Fifteenth Bloom

2.2K 273 62
                                    

Sedikit? Supaya nanti melahap bukunya lebih nikmat.

[La Fleur]


“Jimin-ah, Ayah perlu bicara dengan Paman Seokjin sebentar. Apakah kau ingin menunggu Ayah di ruangan Paman Seokjin atau—”

“Aku ingin jalan-jalan saja ya, Yah? Boleh kan? Menunggu dalam diam itu membosankan.”

Anggukan Hoseok menjadi isyarat bagi Jimin untuk berbalik dan melangkah bebas ke penjuru rumah sakit. Tujuan pertama Jimin adalah kafetaria. Ia ingin sekali membeli sandwich kafetaria yang dulu sering Seokjin belikan.

Langkah Jimin melambat saat melihat seseorang sedang berdiri di depan kasir. Raut wajah orang itu sangat muram hingga membuat Jimin tergerak untuk mendekat. Sekaligus untuk memastikan dugaannya.

“Kim Taehyung?”

Orang itu menoleh. Sedikit terkejut, namun ia tak merespon sapaan itu. Kebetulan, petugas kasir juga langsung mengajak Taehyung bicara, sehingga Jimin harus bersabar. Menunggu Taehyung selesai dengan urusannya.

“Maaf. Administrasi untuk ruang rawat belum selesai. Jadi, pasien belum bisa di proses untuk tindakan selanjutnya.” Penjelasan itu terdengar sayul di telinga Jimin.

“Tidak bisakah tindakannya dilakukan lebih dulu? Aku akan melunasinya besok.”

“Maaf, Tuan. Kebijakannya seperti itu. Anda harus melunasi administrasi sebelumnya untuk dapat melanjutkan tindakan lebih lanjut.”

Pernyataan petugas membuat Taehyung menghela. Taehyung terdiam untuk beberapa saat.

“Kim Taehyung…” Jimin kembali mencoba menarik perhatian Taehyung.

“Baiklah. Terima kasih, Suster.” Taehyung tidak menggubris Jimin sedikitpun. Ia berbalik dan mengabaikan Jimin yang sudah menunggu sedari tadi.

“Taehyung?” Jimin secara refleks memegang lengan Taehyung. Menahan tubuh pemuda itu agar berhenti melangkah.

“Apa maumu?” tanya Taehyung kasar.

“Aku…” Jimin kebingungan. Ia juga tidak mengerti mengapa ia mendekati Taehyung. Seperti ada yang menggerakkan hati dan tubuhnya.

.
.

Jimin menyodorkan sebungkus sandwich pada Taehyung. Setelah beberapa menit memaksa Taehyung, akhirnya Jimin berhasil menyeret Taehyung ke kafetaria.

Dua orang yang bertemu sebagai musuh di sekolah, malah duduk bersama di kafetaria sebuah rumah sakit. Jimin sendiri merasa geli dalam hati. Namun, ia lebih peduli pada cerita Taehyung. Bagaimana ia bisa bertemu Taehyung di rumah sakit.

“Kau berpikir kalau aku dikeluarkan dari sekolah?”

“Aku memang berharap begitu. Batang hidungmu sudah tak terlihat lagi sejak aku memukulmu. Kupikir kau jera berhadapan denganku dan lari ketakutan.” Taehyung menjawab datar.

Jimin tertawa remeh. “Kau kira aku ini pecundang hah?” Jimin berkata sombong. Taehyung tak mengubah ekspresinya. Rautnya masih sama seperti saat Jimin menemukannya tadi. Suram.

Jimin mengunyah sandwich-nya. Matanya terus menatap Taehyung yang menunduk.

“Kau sakit?” tanya Jimin tanpa basa-basi.

“Bukan urusanmu.” Sahut Taehyung ketus.

“Memang bukan urusanku. Hanya ingin tahu. Setelah itu, selesai. Gampang kan?” Jimin tidak mau kalah. Sifat keras kepala tidak hilang dari diri Jimin yang manja.

“Ayahku.” Jawab Taehyung kemudian. Jimin mengangguk mengerti. Ia tidak ingin bertanya lebih banyak karena Jimin paham betul bahwa Taehyung tak akan memberikan keterangan panjang lebar. Jimin sudah cukup paham titik permasalahannya saat mencuri dengar percakapan petugas kasir dan Taehyung tadi.

“Semoga Ayahmu lekas membaik.”

Taehyung tersenyum pahit. “Terima kasih. Sudah selesai kan? Aku pergi.” Taehyung beranjak dari kursinya. Tidak ingin berlama-lama dengan musuh bebuyutannya di sekolah. Ia malas berhadapan dengan seseorang yang sudah ia pukuli.

Jimin ingin mencegah, namun tidak ada alasan baginya untuk melakukan itu. Sejak awal, Taehyung memang tidak suka pada Jimin. Begitu pula dengan Jimin yang tidak ingin terlalu ambil pusing dengan ketidaksukaan itu. Namun, pertemuan mereka di rumah sakit ini, membuat Jimin memandang Taehyung dengan lebih bersahabat. Hati Jimin melembut setelah diobati oleh kedua orang tuanya.

Setelah pertemuannya dengan Taehyung, ia berharap akan segera bertemu lagi dengan sang ‘musuh’. Bertemu kembali di sekolah atau dimana saja.

##


Semoga yang sudah pesan bisa segera memegang kupu-kupu.
Yang belum, masih ada 3 hari lagi untuk ikut special order


See you

[BOOK] La FleurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang