Chapter 11 : Sempurna

6.5K 613 93
                                    

Untuk yang ke sekian kali, please jangan ngeburu - buru gw buat apdet. Gw akan nulis saat ada ide & punya waktu. Dan akan apdet secepatnya after that. 

Please inget, nulis FF cuma hobby gw, di tengah kesibukan real gw. Tolong jangan bikin sesuatu yang gw anggap hobby malah menjadi beban gw nantinya. And gw akan berenti nulis kalo hobby ini sudah menjadi beban

💠🔻💠🔺💠🔻💠🔺💠🔻💠🔺💠🔻💠🔺💠  

Can menangis di dalam toilet. Mungkin inilah yang di rasakan Tin saat aku menolaknya, pikirnya.

Can bukanlah orang yang pandai berpura – pura. Dia selalu menunjukkan perasaannya secara nyata. Dan sekarang dia merasa sangat sedih, bahkan mungkin sakit hati dan terluka. Dia tak ingin merusak acara Mama Pete malam ini, jadi dia memutuskan untuk pulang tanpa sepengetahuan Pete. Dia akan mengirim Line saat di perjalanan nanti.

Sekali lagi Can mencuci wajahnya, menarik napas panjang beberapa kali untuk menenangkan diri. Setelah dia merasa sedikit lebih tenang, dia segera keluar toilet dan berbelok ke arah kanan, ke arah pintu rumah Pete, tanpa menyadari bahwa ada seseorang yang menunggunya keluar toilet.

"Kau mau kemana, Can?."

Baru beberapa langkah, Can di kejutkan dengan suara seseorang yang menjadi pusat kegelisahannya malam ini. Suara yang amat dia rindukan 2 minggu ini. Suara Tin.

"Kepalaku pusing. Aku mau pulang saja. Tolong pamitkan pada Pete dan......"

Can menjawab tanpa berbalik. Belum sempat Can menyelesaikan kalimatnya, Tin menariknya keluar.

"Ikut aku!!!!."

Suara Tin tidak kencang, tapi tegas. Can mencoba melepaskan tangan Tin dari pergelangan tangannya tapi, percuma. Tin terlalu kuat untuknya. Tin menariknya ke taman di depan rumah Pete. Halaman yang luas dan terlihat cukup terang walaupun hari sudah malam. Tin mendorong punggungnya ke sebuah pohon besar. Can tak berani melawan lagi, takut akan memancing teman – temannya keluar dan menonton pertunjukkan malam mereka.

"Can

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Can......." Ucap Tin sambil menyandarkan kepalanya di bahu kiri Can.

"Tin......." Suara lirih Can terdengar sendu di telinga Tin.

"Apakah sampai sekarang kau tetap hanya ingin menjadi temanku? Tak punya perasaan yang sama denganku, Can?."

Masih dengan posisi yang sama, Tin menanyakan hal itu pada Can. Seharusnya dia masih meneruskan permainannya dan membuat Can yang datang padanya. Tapi persetan!!!! Tin tak sanggup lagi. Melihat punggungnya saat akan meninggalkan rumah Pete tadi membuatnya berpikir bahwa dia tak akan punya kesempatan lagi. Tin tadi sempat melihat wajah Can yang sedih dan terluka, juga sempat melihat matanya memerah sesaat sebelum dia menyandarkan kepalanya di bahunya. Tin hanya ingin memberi Can pelajaran dan membalas cintanya, bukan melukainya seperti malam ini.

Kau Milikku - TinCan KlaNo Story (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang