Chapter 33 : ILYSM Cannie

4.9K 422 48
                                    

Thank you buat yang udah udah ngasih banyak Plot untuk if-maybe-i-will-write-another-lbc-ff . Gw udah baca semua en akan gw pertimbangkan lagi sambil membayangkan bagaimana kalau menumpahkannya dalam tulisan

Tapi kayaknya gw akan konsen ke cerita - cerita gw yang masih ongoing. Mungkin gw akan mulai nulis setelah minimal salah satu yang ongoing kelar

Btw, siapin ember, coz chapter ini kayaknya bakal bikin gumoh karena terlalu manis. Gw gak suka nulis cerita manis, tapi demi terjalinnya plot demi plot di kepala gw, jadi ya mau gak mau harus nyelipin yang manis - manis kayak gw gitu deh..... (kalo yang ini beneran bikin gumoh yak?? wkwkwkwkwkwkwk)

💠🔻💠🔺💠🔻💠🔺💠🔻💠🔺💠🔻💠🔺💠 

TIN POV

Wajah Can terlihat ceria saat keluar dari ruang ganti. Dia bahkan masih menyempatkan diri bercanda dengan anggota tim-nya dan menyapa setiap orang yang berpapasan dengan kami. Tak lupa mengatakan kata – kata penyemangat pada siapapun yang terlihat sedih karena kekalahan mereka. Tapi sesampainya di mobilku, raut wajahnya berubah 180⁰. Tak ada lagi tawa dan keceriaan. Can langsung memasang seatbelt dan memandang keluar.

"Can.... Can....."

"Hmm..."

"Kau makan di mana?."

Can hanya menggeleng lemah.

"Can, biasanya kau makan banyak sehabis latihan. Tadi kan kau bertanding dengan keras, jadi kau harus makan lebih banyak dari biasanya. Memangnya kau tidak lapar?."

Lagi – lagi Can menggeleng lemah sebagai jawaban.

Sejujurnya, aku tak pernah membujuk siapapun. Can adalah orang pertama dan satu – satunya yang pernah ku bujuk. Biasanya dia sangat mudah di bujuk dengan makanan, jadi ku pikir dia akan luluh dengan mudah.

"Can, kau bisa pilih restoran manapun yang kau mau, makan apapun yang kau suka, makan sebanyak apapun yang kau mau. Aku tak protes. Bagai....."

"AKU BILANG AKU TIDAK MAU MAKAN!!!! AKU MAU MENANG, AI TIN!!! MENANG!!!! BUKAN MAKAN!!!!!"

Ini bukan kali pertama Can berteriak padaku, tapi kali ini berbeda.

"Can, ini hanyalah satu pertandingan. Kau masih punya kesempatan lain kali. Jadi, tak usah terlalu di pikirkan ya?, ucapku berusaha bersabar.

Tiba – tiba Can berpaling dan menatapku tajam.

"Ini bukan tentang aku, Tin. Aku tak peduli tentang diriku atas kekalahan ini."

"Lalu, kenapa kau seperti ini?," tanyaku bingung.

"Karena para senior. Ini adalah pertandingan terakhir mereka di sini. Kami semua tahu apa yang para senior lakukan di belakang kami. Kami tahu mereka selalu pulang jauh lebih malam dari kami, sering bertemu demi merundingkan strategi permainan dan cara melatih kami. Kami tahu itu semua, Tin. Dan apa kau tahu apa yang kami lakukan di belakang mereka?."

Kau Milikku - TinCan KlaNo Story (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang