Chapter - 10. Spend Time Together

1.2K 69 13
                                    

HAPPY READING 📖

--------------------------------------

Kana sangat bahagia sampai-sampai ia lupa janjinya pada Mike untuk tidak berdekatan dengan para pria. Tapi bersama Neil, ia benar-benar melupakan segalanya. Masalahnya, harinya, bahkan Mike tak terlintas di pikirannya saat ia bersama Neil.

Neil bisa menjadi teman yang baik. Menghiburnya dengan berbagai lelucon. Sekarang, mereka berdua tengah menikmati minuman di salah satu kedai kopi ternama, Starbucks!

Neil menikmati Vanilla Latte-nya, sedangkan Kana menikmati Hazelnut Signature Chocolate dingin yang menjadi favoritnya saat pertama kali datang. Pertama bersama Mike, kedua bersama seorang pria asing yang mendadak menjadi temannya. Neil.

Kedua kali ke tempat ini bukan berarti dua kali ia merasakan nikmatnya minuman itu. Terkadang ia menitip Mike saat ingin pulang untuk singgah ke Starbucks agar membelinya.

Kana menyeruput minumannya dengan nikmat. Ia begitu menyukai minuman satu ini dan akan mencoba yang lainnya bersama Mike sembari bercerita seperti yang ia lakukan dengan Neil.

Teringat Mike, Kana melihat ponselnya dan sangat bersyukur karena baru menunjukkan pukul dua siang.

"Neil, terima kasih sudah menemaniku hari ini. Aku tidak tahu ternyata kau suka make-up."

"Hahaha! Tadi itu hanya kebetulan." Neil tertawa kecil lalu menyesap Vanilla Latte-nya.

"Tapi kenapa kau tahu hal-hal semacam itu? Aku yang seorang perempuan saja tidak tahu." Setelah berbicara, Kana kembali meminum minumannya. Lidahnya bahkan tidak bisa lepas dari rasa manis cokelat yang terus memanjakan lidah. Efeknya membuat ketagihan.

"Aku punya adik, jadi aku selalu menemaninya membeli beberapa peralatan kosmetik sampai hafal apa saja yang dibutuhkan perempuan. Dan tahu penjaga toko tadi? Dia adalah temanku sekaligus langganan adikku. Biasanya adikku sering membeli make-up di tempatnya."

"Oh .... ternyata dia temanmu! Pantasan kalian terlihat akrab tadi. Aku pikir kau menggatal dengan dia. Sok-sok mengedipkan mata."

"Hahahaha!" Penuturan Kana yang terdengar santai, sangat menggelikan hingga ia tak kuasa menahan tawa. "Aku tidak menggatal dengan wanita mana pun. Mereka bukan tipeku. Hanya kau tipeku!"

Kana memutar bola mata. Malas mendengar bualan Neil. Tapi, ia benar-benar tidak menyangka jika berteman dengan Neil sangat menyenangkan. Ada perasaan menggelitik saat Neil menggodanya hingga ia merasa nyaman.

"Jangan blushing begitu! Kau lebih terlihat menyegarkan dengan pipi memerah di mataku." Kana yang tidak sadar pipinya memerah pun menggembungkan pipi untuk menutupi rasa malu. "Dan kalau kau begitu, 500 persen sangat-sangat menggoda dan menyenangkan mataku."

"Berhentilah menggodaku, Neil. Kau tidak lihat aku sudah hampir salah tingkah karena ulahmu!" Kana memejamkan matanya kuat-kuat, tak berani menatap Neil yang terus menatapnya.

"Kau terlalu jujur. Dan ini juga yang membuatmu terlihat sangat perfect!" saat Kana menatapnya, ia mengedipkan sebelah mata hingga wajah gadis itu semakin memerah.

"Astaga, Neil! Tolong berhenti menggodaku? Aku sangat malu!" Kana menutupi perasaan anehnya dengan berpura-pura marah. Ia sudah sangat malu terus digoda. Oleh pria tampan pula.

"Baiklah .... sekarang Nona Kana mulai marah dan lebih baik aku per--"

"Eh, jangan pergi! Aku tidak bermaksud begitu!" Kana menampilkan wajah bersalah yang malah mendapatkan tawa dari Neil.

"Kenapa, Nona Kana? Kau akan merindukanku kalau aku pergi?" Neil tersenyum menggoda malah. "Aku ingin membayar minuman kita. Kau pikir aku akan meninggalkanmu di sini sendirian? Oh tidak, Nona! Tidak secepat itu!"

Light As A Feather ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang