Chapter - 24. She Changes Her Mind

1K 67 12
                                    

DiHARAPKAN SABAR YA GENGGSS 😁😁 JANGAN BERCARUT WKWKWK

HAPPY READING 📖

--------------------------------------

Apakah ia terlalu kejam mengatakan itu pada Kana? Apakah kata-katanya menyakitkan untuk gadis itu? Bukankah itu pantas Kana dapatkan karena telah merusak hidupnya? Pantas, bukan?

Seharian memikirkan itu membuat ia terbaring lemah di atas ranjang. Entah mengapa tubuhnya menjadi sangat lemas dan bergerak dari kasurnya sedikit saja sangat tak berdaya. Panas-dingin dirasakan bersamaan.

Ia lebih memilih untuk tetap berbaring di kasur dengan mengeratkan selimut agar dinginnya AC tidak menusuk tulang.
Sayangnya, tidak berhasil. Ia malah menggigil kedinginan dan tak sanggup untuk meraih remot yang hanya beberapa jengkal dari tempatnya berada.

Terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar dan dengan tidak sopannya, sosok itu langsung masuk. Dengan posisi membelakangi, Mike tak tetap memejamkan mata seakan tak peduli siapa pun yang memasuki wilayahnya. Fokusnya hanya tertuju pada menghangatkan badan dan menghilangkan rasa mual yang terus-menerus meluap.

Kana berjalan mendekati ranjang, berencana untuk berpamitan secara tidak langsung di hadapan pria itu agar ia tidak terlalu merindukan Mike nanti.

Terdengar embusan napas pelan Kana dan ia menatap Mike yang ditutupi selimut.

"Di ... ngin ...," ucap Mike terbata sembari mengigil.

"Mike, kau kenapa?" Kana panik. Ia mendekat lalu menunduk untuk membuka selimut itu segera mengelus rambut Mike yang basah. Menyentuh dahi Mike, ia membulatkan mata.

"Mike, kau sakit!" serunya. Tanpa dikomando, ia mengambil remot AC yang berada di nakas lalu menekan tombol off. Ia duduk di tepi ranjang, mendekatkan punggung tangannya ke dahi Mike lalu bergumam, "Kau benar-benar sakit. Tunggulah di sini. Aku akan merebus air."

Kana pergi ke dapur, meninggalkan Mike yang masih menggigil. Ia pun tak tenang. Pikirannya kacau. Tidak tahu mengapa pria itu bisa jatuh sakit pada saat ia ingin pergi. Bagaimana ia meninggalkan Mike dalam keadaan sakit? Ia menggeleng. Bukan itu yang harus ia pikirkan sekarang.

"Aduh, cepatlah!" gerutunya tak sabar karena air itu masih belum mendidih.

Kana berjalan mondar-mandir, mulutnya berkomat-kamit. Beberapa menit kemudian air telah mendidih, ia menuangkannya ke baskom kecil dan mengisinya dengan air biasa.

Merasa takaran suhunya sudah pas, ia berjalan cepat ke kamar Mike. Di tepi ranjang, perlahan ia membuka selimut yang membungkusi tubuh Mike begitu lembut.

"Mike," panggilnya.

Mike tak menggubris panggilan Kana. Ia sudah terjun ke alam mimpi hingga tak merasakan sentuhan-sentuhan Kana secara sadar.

Tidur Mike yang sangat lelap, Kana tak tega membangunkannya. Ia mengompres bagian ketik Mike menggunakan kain yang telah ia basuh selembut bulu. Tangannya meraba pipi Mike yang juga terasa panas, membuatnya meringis. Kenapa tiba-tiba Mike bisa demam tinggi? Apa pria ini kelelahan?

"Ini salahku," gumamnya. Ialah penyebab Mike kelelahan hingga jatuh sakit. Tatapannya sayu. Ia ingin berteriak ia tidak mau pria ini sakit. Ia tidak mau Mike kelelahan karenanya. Sudah cukup banyak ia menyusahkan orang lain dan ia pun masih menambah beban yang tak seharusnya. Ia meneguk ludah, menahan air mata yang ingin merembes. Semua ini salahnya dan tetaplah salahnya.

Rencananya untuk pergi ternyata gagal karena ia memang tak pantas untuk pergi. Ia tak pantas meninggalkan sosok yang sudah berjuang keras untuknya. Betapa tidak tahu diri sekali jika ia pergi tanpa pamit dan meninggalkan sosok yang sedang terbaring lemah di atas ranjang.

Air matanya tak berhasil ia tahan. Kini ia terisak kecil lalu berceloteh, "Mike, kau jangan sakit. Aku tidak akan meninggalkanmu, aku janji!" Ia serius ia tidak akan pergi jika Mike benar-benar tidak membutuhkannya lagi. Dari ucapan Mike, ia sadar Mike masih membutuhkannya. Ia takut ketika Mike butuh pertolongan, ia tidak ada di sampingnya di masa keterpurukan. Ia tidak mau bersikap egois dan berpikir Mikelah yang salah. Ia yang patut disalahkan karena dengan kehadirannyalah membuat Mike terkekang.

Selesai melaksanakan tugas, ia pergi dari kamar untuk membuat bubur agar saat bangun, Mike bisa menyantapnya tanpa menunggu lama.

.

.

.

TO BE CONTINUE

Light As A Feather ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang