Chapter - 40. Can I turn back time? (Michael Abraham)

1.1K 61 50
                                    

HAPPY READING 📖

---------------------------------------

"Tidak, Dad! Aku tidak akan memberitahukan di mana Kana! Tidak akan pernah meskipun aku harus mengorbankan nyawaku!"

"Jangan membuatku marah, Mike! Kau tahu betul bagaimana aku marah!"

"Kau bukan lagi sosok ayah yang kukenal! Kau membenciku karena ibu meninggal karena melahirkanku?" lirih Mike saat berusia 19 tahun, barulah ayahnya, Edmund mengetahui anaknya yang telah menyembunyikan seorang gadis kecil yang telah diincarnya.

"Cih! Kau tahu, rasanya aku ingin mengutukmu karena Diamond melahirkan anak sepertimu! Sudah tidak tahu diri, malah mengkhianati ayahnya sendiri!" Edmund berteriak kasar dan mencengkram kerah baju Mike hingga Mike sendiri yang diperlakukan seperti itu tidak menyangka ayahnya bukanlah lagi sosok ayah yang selama ini ia tahu. Musnah sudah keinginan untuk berbaikan dengan Edmund hanya karena gadis polos yang tidak tahu apa-apa. "Katakan di mana dia?!"

"Aku tidak akan memberitahukannya, Dad. Aku mencintainya." Suara Mike memelan saat mata ayahnya yang memerah menatap nyalang ke arahnya. Ia tahu batas wajar di mana ia boleh untuk menaikkan dan menurunkan nada suara. Kali ini ia berharap diberi restu oleh sosok ini.

"Tahu apa kau soal cinta! Kau masih bocah ingusan, Mike! Katakan di mana dia sebelum aku melakukan hal yang tidak akan kau lupakan!" desis Edmund hingga urat-urat lehernya tampak. Mike merasa Edmund bukan lagi ayahnya. Kenapa hanya karena kehilangan ibunya, Edmund sudah bertindak sejauh ini?

"Dad, kumohon jangan lagi menggangguku hanya karena kau membenciku. Kumohon ...." Mike berlutut di depan Edmund. Ia berharap ayahnya dapat luluh dengan segala perlakuannya karena bukan ayahnya saja yang terluka, tapi ia juga. Kehilangan sosok ibu dan tidak pernah melihat bagaimana rupa wajahnya, fisik, bahkan elusan yang seharusnya ia dapat sewaktu lahir ke dunia, lalu kehilangan kasih sayang seorang ayah, apalagi yang lebih menyedihkan daripada itu?

"Kumohon, Dad. Biarkan aku hidup bersama Kana." Lagi, Mike memohon kepada agar Edmund mengerti bahwa kebahagiaannya sudah tertanam pada gadis itu. Gadis yang ia temui di luar dari rencana.

"Kau bawa dia ke sini, Mike! Aku tidak peduli kau mencintainya atau tidak! Yang kuinginkan hanya gadis itu malam ini. Kalau dia tidak ada malam ini juga, kupastikan kau tidak akan hidup lagi! Camkan baik-baik, Michael!" Edmund berkata sinis kemudian berlalu meninggalkan Mike yang masih bersimpu—meresapi ancaman Edmund.

"Mom, what should I do?" gumam Mike beserta isak tangis yang tak henti-henti menjadi bukti bahwa ia lemah sekarang. Otaknya sudah tidak bisa berpikir bagaimana cara untuk menyelamatkan Kana. Yang paling ia butuhkan adalah ketenangan. Jika ia membawa Kana jauh dari jangkauan ayahnya lalu bunuh diri, apakah itu rencana yang bagus? Setidaknya ayahnya tidak mendapat informasi untuk menemukan Kana jika ia mati. Lagi pula apa yang harus ia banggakan jika ayahnya tidak pernah bangga padanya? Selama hidupnya ia bahkan mendapat prestasi apa pun tidak ditanggapi oleh sang ayah. Apa yang ia lakukan terlihat salah.

"Mom, what should I do now?" Ia menatap lantai yang sudah terjejaki air mata. Rasa sesak mencekat dadanya begitu kuat. Bisakah ia bersama ibunya untuk hari ini dan mencurahkan segala emosi yang telah ia pendam?

Di saat ia lemah mental, sosok ibu yang ingin ia cari dan membenamkan kepalanya di dada agar mendapat belaian dan dukungan. Ia sangat membutuhkan itu, namun apakah ia bisa mendapatkannya?

Beberapa menit termenung, ia segera bangkit dan menghapus jejak air matanya. Tekadnya sudah mantap untuk menjauhkan Kana dari Edmund walaupun nyawa menjadi taruhan. Ia tidak peduli apakah gadis itu mencarinya atau tidak jika ia sudah bersama sang ibu. Yang terpenting Kana selamat dari kukungan Edmund dan menjalani hidup tanpa beban dan ketakutan.

Light As A Feather ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang