Chapter - 11. Waiting, Drunk, and Falling In Love

1.2K 66 9
                                    

HAPPY READING 📖

-------------------------------------

Kana mengambil ponselnya, tergesa-gesa untuk menghubungi Mike agar cepat pulang. Bersyukur Mike belum pulang lebih dulu, kalau tidak? Ah, hanya dia yang tahu bagaimana akhirnya.

Di dering pertama, senyumnya merekah mendengar suara Mike walau ia harus sedikit mengerutkan dahi karena nadanya begitu tak bersemangat.

"Halo?"

"Mike, kau cepatlah pulang. Aku ingin merayakan ulang tahunku bersamamu. Jangan telat, Oke? Aku menunggumu!" ucapnya diselingi pekikan bahagia. Ia sangat senang karena Mike pasti akan mengatakan ya. Apalagi menunggu Mike pulang sembari membawakan hadiah. Argh, ia sudah tak sabar!

"Hmm.." Mike memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak. Dari nada suara lesu Mike, ia yakin ada sesuatu yang mengganggu.

"Mike kenapa?" gumamnya. Telunjuknya berada di dagu, tampak berpikir. Kemudian, mengedikkan bahu.

Berjalan menuju sofa, ia memekik kegirangan. "Yeay! Aku tidak sabar!"

Malam ini adalah malam yang sangat ditunggu. Ia tak sabar merayakan ulang tahunnya bersama Mike dan menghabiskan waktu sebanyak-banyaknya. Gadis itu duduk manis di sofa, senyum terbit layaknya manusia tanpa beban, dan kepolosan yang sesuai dengan karakternya, memancarkan sisi menggemaskan.

Kue ulang tahun yang penuh dengan cokelat sudah tergeletak di atas meja, topi ulang tahun yang sudah melekat di kepala, dress yang baru saja dibelinya tadi siang, polesan sedikit make-up tipis di wajah putihnya, benar-benar menunjukkan kepolosannya. Jangan lupakan senyum lebar yang selalu dipamerkan entah untuk siapa.

Dilihatnya jam dinding yang menunjukan pukul tujuh malam. Sudah berapa menit ia menunggu, batang hidung Mike belum juga muncul. Ia khawatir. Apa itu Mike saat menjawab panggilannya tadi? Kenapa jam segini pun Mike belum pulang?

"Mungkin dia masih banyak kerja, Kana!" Ia bergumam dan menepuk pipinya. Mencoba berpikir positif. Ia mulai bersandar malas dan hampir berbaring. Menunggu Mike malah membuat ia mengantuk dan hampir memejamkan mata.

Sehabis pulang belanja, ia langsung bertempur menghiasi ruang tamu dan berdandan agar terlihat cantik di hari ulang tahunnya dan juga di depan Mike. Bertempur dengan segalanya, ia lupa untuk beristirahat dan tak disangka waktu berlalu begitu cepat.

Matanya tidak bisa ditoleransi untuk tetap terbuka. Ia benar-benar lelah dan mulai memejamkan mata. Menguap sekali, ia terlelap ke alam mimpi, tak tahu jam berapa akan bangun.

***

Terlihat seorang pria yang bersenang-senang dengan rekan kerjanya merayakan perayaan Natal. Ia terlihat bahagia bersama wanita di sampingnya tanpa mengingat ada seorang gadis yang menunggunya untuk pulang.

Dia benar-benar bahagia, tertawa, minum-minum dengan teman-temannya hingga tak sadar ia mulai mabuk dan akhirnya benar-benar mabuk.

Ia merasakan saku celananya bergetar dan saat ia merogoh sesuatu ke dalamnya, ia melihat nama Kana terpampang di layar ponsel.

"Siapa itu, Mike?" tanya wanita di sampingnya yang juga ikut minum, tidak sampai mabuk.

Mike hanya mengangkat bahu dan langsung menjawab panggilan itu di saat mabuk berat. Ia bahkan tak tahu apa yang dibicarakan Kana di sana. Ia berdehem dan memutuskan sambungan panggilannya lalu kembali bersenang-senang dengan meminum wine yang beralkohol tinggi. Melupakan semua beban-beban di kepala.

"Mike, ayo pulang! Kau sudah mabuk!" Wanita yang notaben sebagai kekasih Mike memapahnya dalam kondisi setengah sadar.

"Aku tidak mau pulang! Si sialan itu sangat mengangguku!" Mike berceloteh tak tentu arah yang membuat wanita di sampingnya mengerutkan dahi dan menghentikan langkah.

"Siapa?"

"Siapa lagi kalau bukan jalang itu! Dia benar-benar sangat mengganggu padahal aku sudah merasakan ketenangan! Kau tidak tahu betapa menyebalkannya dia!" Mike menunjuk-nunjuk seakan mengucapkan itu di depan orang yang ia maksud.

"Mike, sudahlah aku tidak tahu apa yang kau bicarakan! Ayo, kita pulang!" Hampir melangkah pergi, ia mendengar namanya disebut.

"Anne!" Anne McConnell—kekasih Mike—menoleh. "Kau mau ke mana?" Pria itu melirik sekilas sosok yang dirangkul Anne lalu tersenyum sinis.

"Aku ingin mengantar Mike pulang." Anne merapat pada Mike kemudian melangkahkan kaki. Sayangnya, hampir berjalan selangkah, suara itu kembali menghentikannya.

"Cih! Pria seperti itu masih kau perjuangkan!"

"Kakak! Dia masih mencintaiku dan aku juga mencintainya! Apa salahnya aku memperjuangkan dia dan dia juga memperjuangkanku?" Anne menatap kakaknya tajam tapi yang dikenai tatapan hanya tersenyum miring.

"Terserah kau, Anne!" Dan dalam sekejap saja pria itu pergi meninggalkan mereka lalu merogoh saku untuk mengambil ponsel. Sebenarnya ia malas untuk datang. Tapi untuk memastikan adiknya baik-baik saja, ia terpaksa ke tempat ini. Bahkan ia tak merayakan perayaan ini bersama rekan-rekannya. Walaupun acara ini dibuat oleh produser mereka untuk merayakan hari Natal, tapi ia tak menikmatinya. Dan kali ini ia lebih menikmati dan menyukai merayakan perayaan Natal bersama seorang gadis manis yang terus menghantui kepalanya dan sialnya wajah gadis itu tidak bisa hilang. Hanya dia yang terus muncul, bahkan memunculkan senyum di bibir.

"Hahaha!" Ia menatap wallpaper fotonya bersama seorang gadis yang ia temui tadi siang dan ternyata menghabiskan waktu bersama gadis itu lebih menyenangkan daripada menghabiskan waktu di sini. Entahlah, gadis itu benar-benar terlihat manis di foto saat ia dan gadis itu makan ice cream berdua.

Mengingat kejadian tadi siang, senyuman tak luput dari wajahnya. Mood-nya meningkat drastis hanya karena mengingat gadis yang mempunyai nama empat huruf. Kana.

Ia menggeleng-gelengkan kepala, merasakan bahwa ia akan gila karena gadis yang bernama Kana. Gadis yang ia temui dua kali.

Kana.

Kana.

Kana.

Nama itu terasa berputar di kepalanya. Tawa dan pekikan gadis itu benar-benar tak bisa hilang dari ingatan

"Ini aneh!" Pria itu mengacak-acak rambut kemudian tersenyum. Mungkin bila ada yang melewatinya bahkan mengira ia sudah gila, ia tak peduli. Nyatanya ia tidak gila melainkan .... jatuh cinta.

.

.

.

TO BE CONTINUE

Light As A Feather ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang