Chapter - 3. Meant To Be

2.2K 119 6
                                    

HAPPY READING 📖

--------------------------------------

Gadis itu tengah berbaring di kasurnya sembari memainkan ponsel. Ia bingung harus berbuat apa sementara Mike mengerjakan pekerjaan dari atasannya untuk mengedit sebuah video dari tempat ia bekerja. Makanan yang sempat ia masak, dibuangnya begitu saja dan meminta Mike untuk memesan makanan lain. Sekarang, jangan tanyakan bagaimana keadaannya. Ia merasa amat bosan. Yang ia lakukan hanya menelusuri sosial medianya melalui ponsel. Seketika ia menemukan sesuatu yang menarik. Dress yang sangat indah, memikat matanya untuk dibeli. Ia melihat berbagai ulasan dari para pembeli dan kemudian melihat harganya yang mungkin uangnya tidak cukup.

"Kalau aku minta uang pada Mike, dia mau memberikannya atau tidak, ya?" gumamnya. Ia memang tidak bekerja dan hanya mengandalkan uang bulanan yang diberikan Mike. Itupun hanya uang untuk membeli kebutuhan rumah. "Ah, aku minta sajalah!" Tanpa memikirkan konsekuensi yang akan didapatnya nanti, ia berlari kecil menuju kamar Mike yang berada tepat di sebelahnya.

"Mike, aku mau beli ini!" Seru Kana tanpa izin dan langsung nyelonong masuk. Mike yang melihatnya menatapnya tajam.

"Bisa kau lebih sopan untuk masuk ke kamarku? Bagaimana jika aku melakukan sesuatu yang seharusnya tidak boleh kau lihat nantinya?" Mike berucap dingin dan kembali melanjutkan aktivitasnya tanpa mempedulikan Kana yang tengah berdiri dengan perasaan bersalah.

"Maaf." Ia berjalan mendekati Mike kemudian duduk di sampingnya dengan gelagat manja. "Mike, aku ingin membeli ini. Boleh aku minta uangmu untuk membeli dress ini? Aku sudah tidak ada dress bagus lagi yang harus kukenakan nantinya." Ia memperlihatkan gambar dress yang diinginkannya dengan harapan agar keinginannya terwujud.

Mike meliriknya sekilas dan kembali melanjutkan aktivitasnya. "Aku tidak suka kau menghambur-hamburkan uangku dengan membeli barang tak berguna!"

"Tapi ini hanya dress. Aku memintanya karena memang aku tidak ada dress yang bagus lagi. Kalau aku pergi bersamamu nanti aku akan terlihat jelek dengan baju-baju lamaku," ucapnya sembari menarik kursi dan duduk di samping Mike lebih dekat. Ia mencoba membujuk Mike sekeras mungkin. Sudah lama tubuhnya tidak dimanjakan dengan pakaian-pakaian baru.

"Pergi dan tinggalkan aku sendiri!"

"Mike, kumohon. Aku tidak ada uang untuk membelinya. Kuharap kau membelikanku dress itu. Aku sangat menginginkannya," Kana merengek seperti anak kecil yang membuat Mike geram setengah mati. "Belikan aku, ya?"

Mike hanya diam tak menanggapi ucapan Kana. Ia memfokuskan dirinya untuk mengedit video yang harus ia siapkan secepatnya. Dan sekarang ia tidak ingin diganggu!

"Mike," Kana menggoyang-goyangkan tangan Mike dan Mike yang sudah tersulut emosi mendorong Kana hingga terjatuh dengan kursi yang didudukinya.

"Sudah aku katakan pergi dan tinggalkan aku sendiri! Apa kau tak punya telinga?!" bentak Mike dengan tatapan nyalang sekaligus geram. Bisakah gadis ini mengerti bahwa ia tidak mau diganggu? Kenapa susah sekali untuk menurut saja?

"Mike," ucap Kana tergugu. Ia takut Mike akan kembali menghukumnya dan harus berakhir dengan tangisan beserta rasa sakit di tubuhnya.

"PERGI DARI KAMARKU SEKARANG!!!" Mike benar-benar emosi. Fokusnya sudah teralihkan karena ulah Kana dan pekerjaannya yang rumit harus dihentikan sementara. Ia harus extra sabar menghadapi sifat Kana yang kekanak-kanakan dan terkadang memuakkan.

Kana tak dapat mengatakan apa-apa lagi. Ia berdiri dan berjalan menunduk, keluar dari kamar lalu menutup pintu dengan pelan. Ia memasuki kamarnya dan langsung menelungkupkan tubuhnya dengan bantal yang menutupi wajahnya. Dibaliknya, ia terisak kuat.

"Apa salah Kana hingga Mike membenci Kana?" ia menangis sejadi-jadinya dan menahan suaranya agar tidak terdengar sampai ke kamar Mike. Ia sakit hati atas perlakuan Mike. Sangat. Tapi ia tahu Mike melakukan itu untuk kebaikannya juga agar tidak membuang-buang uang dengan hal yang tidak berguna.

Ia mencoba meredakan tangisnya walau sulit. Sesekali ia mengelap ingusnya yang mengalir dari hidungnya. Wajah sembabnya ia bersihkan menggunakan telapak tangan dan meneguk ludah.

Diambil ponsel yang tergeletak jauh dari kasur lalu melihat-lihat lagi hal apa yang harus dia lakukan. Melupakan dengan cepat kejadian tak mengenakkan tadi. Walau tangisnya belum sepenuhnya reda dan menyisakan isakan-isakan kecil, namun ia tidak lagi memikirkan kejadian barusan. Malah yang di pikirannya hanya mengalihkan kebosanannya.

Sembari memainkan ponsel, ia teringat bahwa bahan makanan di kulkas sudah hampir habis. Bahkan hanya tersisa beberapa bahan mentah saja, itupun tidak akan bisa dimasak, mengingat bumbu penyedap rasa sudah tandas semua. Ia berniat untuk membelinya di super market terdekat dan meminta uang dari Mike. Sayangnya, takut kejadian tadi akan terulang mengingat Mike pasti marah jika diganggu lagi.

"Kalau aku minta uang untuk membeli bahan makanan, Mike pasti memberikan uangnya dan tidak marah." Gumamnya lalu mengangguk bodoh. Ia beranjak dari kasur dan melihat pantulan dirinya di depan cermin. Wajahnya begitu sembab akibat menangis dan ia tidak ingin meminta uang pada Mike dengan keadaan seperti ini. Pasti ia akan dihina habis-habisan jika wajahnya begitu lesu akibat permintaan kecilnya tidak dikabulkan.

Ia melangkahkan kaki ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Dilihatnya lagi pantulan dirinya di depan cermin kamar mandi yang menampilkan wajahnya sudah tidak kusut seperti sebelumnya. Diambilnya ikat rambut kemudian mengikat rambutnya yang semula begitu berantakan agar rapi dan tampak lebih segar. Ia menaburkan sedikit bedak baby di wajahnya dan meratakannya di pipi hingga leher agar terlihat sangat segar. Digantinya baju yang menjadi lebih pantas dibandingkan pakaian yang sebelumnya ia kenakan, jika Mike tahu ia akan berpergian menggunakan baju itu, mungkin pria itu akan melarangnya pergi.

Selesai bersiap-siap, ia pergi ke kamar Mike dan mengetuk. Sesuai perkataan pria itu tadi.

Terdengar erangan kasar. "Masuk!" Setelah mendapat ijin dari sang pemilik, ia masuk dan menundukkan wajah. Tidak berani menatap Mike dengan pandangan yang tak luput dari layar laptopnya.

"Mike, aku ingin ke super market. Bahan masakan di kulkas sudah habis, jadi boleh aku minta uangmu untuk membelinya?" takut. Ia takut Mike akan melarangnya dan mengusirnya seperti tadi.

Mike menghela napas kasar kemudian bangkit dari duduknya lalu merogoh saku celananya untuk mengambil sejumlah uang yang akan ia berikan pada Kana.

"Terima kasih." Kana tersenyum kecil tatkala uang yang diberikan Mike sudah berada di tangannya. Mike tak menjawab dan hanya mengangguk kecil lalu melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda.

Dengan hati yang bersorak girang, ia keluar dengan perasaan lega, bahagia, semuanya bercampur aduk. Akhirnya! Ia bisa keluar dari rumah ini untuk sebentar. Rasanya tak sabar untuk menghirup udara segar sembari membahagiakan hati akibat kejadian tidak mengenakkan yang terus-menerus ia dapatkan.

"Yeay!"

.

.

.

TO BE CONTINUE

Light As A Feather ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang