Chapter - 6. Tomorrow And The Day After

1.7K 83 2
                                    

HAPPY READING 📖

---------------------------------------------

Seharian, ia dikurung oleh Mike di gudang yang pengap dan gelap. Keringat sudah membasahi seluruh tubuhnya. Ia benar-benar kepanasan dan membutuhkan udara. Jika berlama-lama ia di sini, ia takut akan mati sia-sia dan tidak dapat mewujudkan impiannya.

Menjadi seorang istri dari pengusaha! Itulah impiannya

Memang terdengar konyol, tapi itulah faktanya! Ia selalu melihat banyak foto pria-pria dan memimpikan apakah ia bisa mendapat pria idamannya? Ia rasa tidak! Selagi ia masih berada dalam kehidupan Mike, kebebasan tidak akan membuka jalan untuknya.

"Aku takut." Cicitnya sembari meringkuk di lantai yang beralaskan kain. Kakinya ditekuk sejajar dengan tubuhnya. Berbaring di lantai dengan posisi miring.

Ia tidak tahu sudah berapa jam ia di sini. Ia pun tidak tahu apakah ini sudah pagi atau masih malam. Ia mencoba memejamkan mata, tapi tidak berhasil. Pikirannya selalu menggambarkan ada sosok makhluk halus di belakangnya maupun di depannya. Tentu ia semakin takut. Hari ini terasa begitu lama dan ia tidak sabar untuk segera keluar dari ruangan mengerikan ini.

Suara pintu berdecit dan sekelebat cahaya memasuki ruangan gelap dan panas itu. Kana mendongakkan wajahnya melihat sosok yang ditunggunya sedang membuka pintu.

Mike menatapi Kana dengan pandangan datar dan matanya setajam elang. Ia menyilangkan tangannya di depan dada sedangkan Kana segera terduduk dan kemudian menunduk.

"Maaf," gumam Kana. Sudah cukup ia membuat masalah dan berakhir dengan hukuman.

"Tidak sopan jika berbicara dengan lawan bicaramu dengan kepala yang menunduk!" mata cokelat Mike terus mengamati Kana yang menunduk.

Perlahan Kana mendongakkan kepalanya dan menatap Mike yang terlihat tampan? Di saat keadaan seperti ini, masih pula ia berpikir seperti itu. Tapi apa yang ia lihat memang benar. Tubuh tegap Mike yang terhalang cahaya, seperti siluet pangeran yang tengah mengunjungi kekasihnya. Tapi sayang, bukan itu yang terjadi padanya sekarang.

"Maaf, Mike." Kana menatap tepat di manik mata Mike dan kemudian menunduk lalu mendongak lagi, mengumpul kekuatannya untuk berbicara pada Mike dan berpikir keras agar ia tak salah bicara. "Aku berjanji tidak mendekati pria lagi."

"Aku tidak perlu janjimu. Aku hanya perlu bukti. Sekarang masuklah ke kamarmu dan mandilah. Kau sudah seperti pengemis!" Ia meninggalkan Kana yang terdiam akibat perkataannya. Kana sendiri tak berani melawan. Jika ia melawan, mungkin Mike akan memotong tubuhnya di saat itu juga. Dan ia tak ingin itu terjadi. Ia belum mewujudkan impiannya.

Kana bangun dan keluar dari gudang itu langsung bernafas lega karena udara segar di luar memberikan paru-parunya oksigen baru. Berbeda di gudang tadi yang banyak debu dan hidungnya terasa akan mati jika ditahan di sana lebih lama. Ia akan menikmati paginya sebentar sebelum masuk ke kamar dengan berkeliling untuk melihat dekorasi rumahnya yang begitu indah. Ralat, bukan rumahnya. Melainkan rumah Mike. Mike pasti tidak akan memberikannya rumah semewah ini. Ia hanyalah gadis sampah di mata Mike dan tidak mungkin Mike memberikan gadis sampah ini dengan rumah semewah ini. Dalam mimpi saja jika mau berharap!

Ia melihat kalender yang bergantung di dinding rumah dan kemudian mendekatinya. Saat ia melihat tanggal besok, ia bersorak girang. Besok adalah ulang tahunnya dan lusa adalah ulang tahun Mike!

Tanggal lahir mereka hanya berjarak satu hari dan di bulan yang sama. Ia sangat menantikan ulang tahunnya. Ia akan meminta sesuatu pada Mike dan akan memberikan kejutan yang spesial kepada Mike lusanya.

"Aku tidak sabar!" Kana melompat-lompat kegirangan dan berlari ke kamarnya. Terdengar teriakan dari dalam kamar yang menandakan betapa senangnya gadis itu karena hari yang paling ditunggunya sudah dekat. Tinggal menghitung jam menuju hari lahirnya.

Di dalam kamar, ia berpikir akan memakai baju apa dan hal apa saja yang harus ia persiapkan untuk besok. Ia sangat tidak sabar. Ia yakin Mike akan senang dengan pestanya begitupun perayaan kecil yang akan dibuatnya untuk Mike. Ia tak henti-henti tersenyum dan memilah-milah baju apa yang akan digunakannya.

"Oiya, aku belum mandi!" Kana menepuk jidatnya dan bergegas masuk ke kamar mandi. Ia akan berpikir keras di dalam sana. Berpikir hal apa yang harus disiapkannya untuk hari lahirnya dan hari lahir Mike.

***

"Kalau aku pakai ini, bagus tidak, ya?" Ia mematut dirinya di depan cermin sembari menggunakan baju yang telah ia pilih di lemari. "Sepertinya tidak cocok!" ia kembali memilih dan melihat sisa tabungan di bawah baju. Ia mengambilnya dan menghitung jumlah uangnya, berencana membeli baju baru untuk ia gunakan saat ulang tahunnya dan juga ulang tahun Mike.

"Ah, tidak cukup!" ia mendesah dan menggerutu. Uangnya tidak cukup untuk membeli baju. Bahkan tidak cukup untuk membeli satu porsi makanan.

"Apa aku minta Mike saja? Dia pasti memberikannya, kan besok aku berulang tahun." Kana tersenyum lebar. Ia percaya bahwa Mike pasti akan memberikan uang untuknya agar dapat membeli baju baru. Ia melirik jam weker yang ada di nakas. Pukul delapan pagi dan ini masih lama untuk menunggu Mike pulang bekerja.

Ia membereskan semua baju-baju yang berserakan kemudian berbaring di ranjang. Matanya terasa berat akibat tidak tidur semalaman dan dalam posisi telungkup, ia memejamkan mata—tertidur pulas sembari menunggu Mike pulang. Yang pasti begitu lama hingga malam hampir tiba.

.

.

.

TO BE CONTINUE

Light As A Feather ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang