HAPPY READING 📖
-----------------------------------------------
Tubuh yang pegal karena tidur semalaman di atas sofa, Kana beranjak bangun dan duduk dengan mata yang masih terpejam. Saking lelahnya menunggu Mike yang belum pulang, ia memutuskan untuk tidur dan berakhir dengan tidak merayakan ulang tahunnya maupun ulang tahun Mike.
Sungguh! Tahun yang menyedihkan.
Biasanya walaupun terlambat, ia pasti tetap merayakan ulang tahunnya bersama Mike atau sendiri. Tapi di tahun ini, ia benar-benar tidak merayakan ulang tahunnya maupun ulang tahun Mike. Ekspetasinya terlalu tinggi untuk merayakan kejutan-kejutan ini berdua. Nyatanya tak ada satupun yang terwujud.
Ia bangun dari sofa untuk melihat Mike berada di kamarnya atau tidak. Kalaupun Mike pulang, pasti ia akan merasakannya dan bangun untuk merayakan ulang tahun.
Kakinya terus melangkah menuju kamar dan saat pintu kamar telah ia buka, ternyata kosong. Bahkan tempat tidur itu masih rapi belum tersentuh sejak ia merapikan kamar ini.
Apa Mike tidak pulang semalam?
Benar! Mike pasti tidak pulang!
Secepat kilat, Kana berlari ke ruang tamu untuk mengambil ponselnya di meja kemudian mendial nomor ponsel Mike untuk menelpon pria itu apakah masih dalam keadaan baik-baik saja atau tidak.
Tapi sayangnya, beberapa kali ia menghubunginya, tidak ada jawaban.
“Kau ke mana, Mike? Apa terjadi sesuatu? Kenapa kau belum pulang?” Kana bergumam sembari mondar-mandir. Panik? Tentu ia panik. Mike belum pulang dari semalam dan ia tidak tahu keberadaan pria itu untuk mencarinya. Apa yang dilakukan, di mana Mike, ia sama sekali tidak tahu. Panggilannya pun tak dijawab.
Ia mencoba menghubungi Mike lagi dan lagi. Hasilnya nihil. Hanya ada suara operator yang membuat ia muak dan hampir melempar ponselnya ke lantai.
“Astaga, Mike!" pekiknya khawatir. “Apa aku cari dia saja, ya?” Kana terdiam sejenak. Entah mengapa ia ingin menangis karena Mike tidak pulang bahkan tidak ada kabar untuknya.
“Oh, ya ampun!” Ia menghapus air mata yang sudah membasahi pipi dengan kasar. Tiba-tiba saja, ia menangis sekencang-kencangnya dalam keadaan berdiri. Ia menangis karena membuat Mike tidak pulang, membuat Mike merasa terganggu dan bahkan untuk menjawab teleponnya saja Mike tidak mau.
“Mike kau di mana?!” pekiknya lagi lalu menghentak-hentakkan kaki menuju sofa kemudian menelungkupkan wajahnya di sana. Ia merasa terabaikan. Bukan sesekali Mike mengabaikannya, tapi setiap hari. Namun ini dalam keadaan yang berbeda, Mike mengabaikannya tanpa bertatap muka, berbicara, bahkan menganggapnya tidak ada.
“Kau mengabaikanku begini aku merasa semakin tidak berguna, Mike!” Kana menjerit histeris dengan wajah yang ia terlungkupkan di atas sofa.
Ia mengambil ponselnya lagi lalu menghubungi Mike. Saat Mike tidak menjawab panggilannya, ia merasakan sesak di dada. Ia tidak tahu harus melakukan apa agar Mike tidak mengabaikannya. Ia takut Mike akan meninggalkannya dan terus-menerus mengabaikannya hingga Mike tidak ingin melihat wajahnya lagi. Ia tidak tahu harus bersama siapa kalau Mike membuangnya. Ia semakin menangis kencang. Kesedihan, kepedihan, dan rasa sakit semakin mencengkram dada.
“Mike! Aku janji tidak akan merepotkanmu lagi, tapi pulanglah! Kalau kau sudah pulang aku berjanji tidak akan menganggumu lagi!” Kana memeluk bantal, berteriak sekencangnya dan menangis sekeras yang ia bisa. Hanya karena Mike belum pulang ia sudah sedrastis ini bahkan ia pun tidak memikirkan apakah Mike mempedulikannya atau tidak. Ia tak butuh apa-apa. Ia hanya ingin Mike pulang dan mengatakan baik-baik saja agar ia tidak khawatir. Kecemasannya mulai berlebihan karena ini.
Kana yang emosi pun melepas topi ulang tahun yang daritadi melekat di kepala lalu mencampakkannya begitu saja hingga rambut merah tembaganya yang tergerai, ia ikat asal. Ia akan mencari Mike! Tak peduli ia akan tersesat, yang jelas Mike harus berada di hadapannya.
Ia beranjak ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi. Ia tidak ingin mandi karena akan membuang-buang waktu karena ia harus cepat mencari Mike.
Ia berlari kecil lalu menyambar jaket yang digantung di depan pintu masuk dan saat membuka pintu, Mike sudah berdiri di depannya dengan seorang wanita di sebelahnya.
Matanya membulat, terkejut. Secepatnya ia menjatuhkan jaket di tangannya lalu memeluk erat Mike sembari menangis keras.
“Kau ke mana saja! Aku menunggumu dari semalam! Ponselmu juga tidak bisa kuhubungi!" Tangisnya pecah. Ia terisak kuat di dada Mike, meluapkan kekesalannya yang tidak bisa ia salurkan. Pelukannya semakin erat. Ia tidak mau Mike melakukan ini lagi. Ia tidak mau diabaikan. “Kau membuatku khawatir setengah mati karena tidak mengabariku! Setidaknya kabari aku kalau kau tidak pulang agar aku tidak khawatir!”
“Jangan seperti itu lagi, Mike!” Kana memukul pelan punggung Mike menggunakan kepalan tangannya. Ia bahagia akhirnya Mike pulang dan kekhawatirannya lenyap begitu saja bak angin yang menghempaskan layang-layang ke udara tanpa tali.
Kana merasakan Mike mengelus rambutnya dan saat itu juga ia mengeratkan pelukannya pada Mike.
“Aku bahagia kau sudah pulang, dan jangan lakukan itu lagi!” Kana mendongakkan wajahnya menatap Mike yang tengah menatapnya juga. Ia tersenyum lebar dengan air mata yang masih mengalir dan menenggelamkan kepalanya di dada Mike lagi. Ia merasakan kenyamanan di dada ini dan ia tidak tahu dengan cara apa ia membalas kenyaman yang diberikan Mike. Ia tahu ia manja dan ia akan mengubah sifat manjanya kalau Mike menginginkan itu.
Mike mendorongnya pelan berusaha untuk menjauhkan tubuh Kana dari tubuhnya. Kana mendongak dengan alis bertaut apalagi gurat wajah Mike berubah dingin.
“Aku sudah pulang dan jangan khawatir lagi.” Mike menggandeng tangan Anne, melewati Kana yang sempat terpaku dengan mereka. Ia tak peduli. Kana tak berhak tahu siapa Anne begitupun sebaliknya. Tatapannya melirik tempat yang sudah didekorasi lalu kepalanya menoleh ke belakang.
‘Apa Kana melakukan ini?’ Secuil perasaan bersalah menghampiri. Ia terdiam sejenak lalu pergi menuju kamarnya bersama Anne yang sedari tadi hanya diam menyaksikan peristiwa yang baru saja terjadi.
Kana tersenyum lesu. Kepergian mereka menyisakan kesepian untuknya. Walaupun begitu, ia tidak akan menganggu, berbuat ulah, melarang, atau hal apa pun yang bersangkutan dengan Mike. Ia tidak ingin Mike membencinya lalu mengabaikannya seperti tadi.
Ia tidak mau itu terjadi.
Ia tahu ia harus sedikit menjaga jarak dari Mike, karena Mike sudah mempunyai kehidupannya sendiri bersama wanita itu. Wanita yang bahkan tak pernah ia lihat sebelumnya seakan-akan masuk ke kehidupan Mike secara tiba-tiba.
Dan ia akan berakhir sebagai gadis terlantar.
.
.
.
TO BE CONTINUE
KAMU SEDANG MEMBACA
Light As A Feather ✅
RomancePertama kali publish : 16 Desember 2018 [PRIVATE ACAK] Kana Schumacher, gadis ceria dengan tampang manisnya. Siapa pun akan senang berdekatan dengan dirinya. Polos, lugu dan tidak tahu apa-apa karena seorang pria yang selalu mengekangnya. Sedikit i...