Chapter - 2. Because Of Food

2.8K 155 3
                                    

HAPPY READING 📖

--------------------------------------

Kana yang masih terbaring di ranjangnya, pun menggeliat tidak enak karena tubuhnya yang amat sakit akibat pukulan dari Mike hingga malam tiba masih begitu terasa.

Pintu kamar yang terbuka, membuatnya kembali menggeliat. Mike masuk sembari membawa nampan ke dalam kamar. Dilihatnya gadis itu masih tertidur dengan posisi yang sebelumnya ia tinggalkan seorang diri. Ia meletakkan nampan itu di nakas lalu melepaskan borgol yang ada di tangan dan kaki Kana kemudian mengelus rambut merah tembaga gadis itu sembari menurunkan baju yang ada di leher Kana seperti semula. Tangannya merambat ke punggung Kana lalu mengelusnya lembut—menyusuri bekas kemerah-merahan yang memenuhi punggungnya.

Kana masih tertidur nyenyak, mungkin karena lelah akibat menahan sakitnya yang tak tertahankan juga menangis berlebihan. Ia sadari itu. Ia menggoyang-goyangkan tubuh Kana untuk membangunkannya dari tidur lelap yang tidak menunjukkan tanda-tanda untuk bangun.

"Bangun!" Kana menggeliat. Ia mencoba untuk membangunkan Kana lagi namun yang didapat malah respon diam dari gadis itu. "Bangunlah. Ayo makan, ini sudah malam. Kalau kau tidak makan kau akan mati." Bahasa kasarnya telah keluar. Jika tidak sehari saja berkata kasar, sepertinya benar-benar tidak bisa.

Ia mulai membuka matanya lalu kembali tertidur seakan tidak peduli dengan ucapan Mike yang mulai meninggi. Meliat reaksi itu, membuat Mike menggeram marah. Ia menumpahkan air yang telah ia bawa ke pipi Kana dengan gelas yang sebelumnya ia ambil.

"Sudah kukatakan berapa kali kau harus makan! Apa kau mau mati dan membuatku merasa bersalah?" kata-kata tajam itu keluar dari mulutnya dan ketika melihat Kana yang mulai membuka mata, rahangnya yang semula mengeras, kembali mengendur.

"Enghhh.." Kana memaksakan dirinya untuk bangun walau sebenarnya ia tidak mau. Ia menatap Mike yang tengah duduk menghadapnya lalu pandangannya mengarah ke makanan yang telah dibawa Mike.

"Perutku mendadak lapar,"

"Ini," Mike memberikan sepiring makanan yang telah ia bawa. "Makanlah." Kemudian beranjak meninggalkan Kana sendirian di kamar dengan perasaan dongkol.

Kana melihat kepergian Mike hingga pintu telah tertutup, kemudian bergumam, "Apa salahku?" dengan penuh tanda tanya di kepalanya, ia melahap makanannya dan kemudian meminum segelas air yang sudah diletakkan Mike di meja nakas.

***

Pagi harinya, Mike yang tengah duduk di sofa ruang tamu menolehkan kepalanya ke arah seorang gadis yang sedang turun dari tangga menggunakan kemeja kebesarannya. Mengingat gadis itu tak pernah memiliki kemeja seperti itu membuatnya mengerutkan alis.

"Apa kau ingin menggodaku dengan pakaianmu yang seperti itu!" Itu bukanlah pertanyaan melainkan sebuah kalimat sindiran.

"Tidak. Aku tidak bermaksud menggodamu. Punggungku sudah kuberikan salep walaupun tidak semua agar bajuku tidak mengenai salepnya, jadi aku menggunakan ini saja." Kana duduk di sofa yang lain dan kemudian menghadapkan wajahnya ke arah televisi.

Mike hanya diam tak menanggapi lagi. Ia menatap televisi dengan datar dan terdengar bunyi yang kurang mengenakkan di telinganya membuat ia mencari asal suara melalui gerakan alisnya.

"Bunyi apa itu?" tanya Mike dengan dahi berkerut.

"Hehehehe, maaf. Aku lapar." Kana cengengesan dengan senyum lebar, menampilkan gigi-giginya yang berderet rapi.

"Ya sudah, makanlah sana. Jangan menggangguku dengan bunyi-bunyi semacam itu! Sangat mengganggu!" ujar Mike dingin yang membuat Kana cemberut dan pergi sembari menghentak-hentakkan kakinya kesal. "Kuharap kau bisa menjaga kesopananmu dengan tidak menghentak-hentakkan kakimu!"

Light As A Feather ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang