Chapter - 37. Flowers

1.1K 72 34
                                    

HAPPY READING 📖

--------------------------------------------

Kana yang tengah sibuk dengan kedatangan pelanggan ke tokonya, mulai lelah. Ia tidak menyangka hari ini tokonya akan sangat ramai. Biasanya, pelanggan yang datang tak sebanyak ini. Waktu untuk duduk, ia tak punya saking harus lincah menerima, menulis, dan memberikan pesanan. Tak terelakkan, bunga rangkaiannya banyak disukai karena lebih indah, original, dan banyak bonus.

"Aku ingin memesan mawar putih dan merah dengan bentuk hati karena akan melamar kekasihku. Jadi aku percayakan semuanya padamu, Nona," ucap seorang pria dengan kacamata bulat dan kulit kehitaman.

Kana tersenyum lebar. "Tentu saja, Tuan. Aku yakin rancanganku akan memuaskan untuk satu buket bunga yang amat special untuk Anda."

"Aku percaya dan kuharap kekasihku menyukainya, hahaha!" Sembari tertawa, pria berkulit gelap itu sedikit kagum pada Kana karena selain parasnya yang imut, ternyata gadis ini juga sangat ramah.

"Tenang saja, kekasihmu pasti suka! Mau kutambahkan sesuatu di bungamu, contohnya seperti kartu lamaran atau apa pun?" tanya Kana dengan senyum yang belum pudar sekaligus memperhatikan tiga orang pelanggan lagi yang masih melihat bunga rangkaiannya.

"Ya, jika kau tidak keberatan. Aku ingin membuat semuanya berjalan lancar. Jika hasil tanganmu bagus, aku akan membayar lebih untuk satu buket bunga."

"Oh, Anda mau buket bunga berukuran kecil, sedang, atau besar?" tanya Kana antusias karena mendengar pria itu akan membayarnya dengan jumlah lebih. Ia pasti sangat bersemangat melakukan ini.

"Sangat besar! Karena aku akan memenuhi rumahnya dengan rose kebetulan kekasihku sangat menyukai rose, bahkan di belakang rumahnya saja dipenuhi berbagai warna rose. Seandainya kau bertemu dia, kalian akan cocok," jelasnya hingga Kana terkikik geli.

"Saya pikir karena kekasih Anda menyukai bunga, Anda semakin nyaman bersamanya," kata Kana dengan gelagat takjub, tak menyangka ternyata masih banyak lelaki yang ingin membahagiakan pasangannya.

"Ya, begitulah. Maaf mungkin aku harus pergi karena sebentar lagi aku akan menjemput kekasihku dari tempat kerja. Selamat bekerja, Nona." Setelah mendapat anggukan dari Kana, pria itu pergi sembari melambaikan tangan.

Kana menghela napasnya dengan senyum yang tak memudar kemudian mengunjungi satu per satu pelanggan yang sibuk melihat rangkaian bunganya.

***

"Hahahaha, aku juga tidak menyangka hari ini akan sangat ramai. Bahkan ada salah satu di antara mereka yang memesan paket bunga dengan 15 buket untuk acara yang tidak kutahu acara apa. Sepertinya aku lembur hari ini karena buket bunga harus selesai untuk lusa." Kana menatap layar ponselnya yang terpampang wajah Neil. Setelah selesai bekerja 30 menit lalu, ia menelpon Neil dan saat Neil bilang ingin melihat wajah manisnya, mereka melakukan video call hingga sekarang ini dengan kondisi toko yang sepi.

"Hei, jangan lupa makan! Aku takut saking sibuknya, kau akan lupa makan dan berujung sakit apalagi tanpaku!" peringat Neil sembari melototkan mata.

Kana terkikik geli lalu berkata, "Aku tidak akan sakit! Lagi pula aku bahagia melakukan ini! Urusan makan, kau tenang saja aku tidak akan lupa!"

"Alasan!" Neil memutar bola matanya dan kemudian berkata lagi, "Kau mau lihat studio-ku?"

"Mau! Aku mau!" Kana menegakkan tubuhnya antusias dan melihat Neil yang memamerkan studio-nya dengan warna hijau dan hitam di setiap dinding. Ada pula Neil merekam beberapa pemain yang sedang beradegan dengan kamera yang tersorot.

Light As A Feather ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang