HAPPY READING 📖
---------------------------------------------
"I said, stop!"
Kana mengeratkan genggamannya pada Neil saat mereka berdua menghentikan langkah untuk keluar. Ia takut hal yang tidak ia inginkan kembali terjadi. Dan sekarang Mike sudah melihatnya berdekatan dengan Neil, pasti ia akan mati dalam hitungan jam. Oh, tidak, hitungan menit jika pria itu sudah kelewat emosi.
Santainya, Neil berjalan dengan tangan masih menggenggam Kana ke hadapan Mike lalu berkata, "Hey, Michael Abraham. Can I go with this beautiful girl?"
Mike menoleh menatap Kana. Dahinya tiba-tiba mengerut saat melihat perbedaan dari wajah Kana yang sekarang tampak berbeda. Wajah gadis itu tampak cerah dan ... cantik?
"Hm, kami akan pergi bersama. Kau bisa membawa adikku pergi bersamamu jika kau mau dan aku pergi bersama gadis cantik ini." Masih dengan santainya Neil memanasi sembari tersenyum. Ekor matanya dapat melihat Kana sedang menunduk. Ia tidak tahu gadis ini menunduk malu karena pujiannya atau takut berhadapan dengan singa ini. "Dia cantik, kan? Kau tahu siapa yang membuatnya begini? Tentu aku. Kalau kau memberikannya padaku, mungkin dia akan secantik model-model papan atas karena aku menjaga dan merawatnya."
"Aku tidak mengizinkanmu pergi, Kana. Masuk ke kamarmu dan jangan keluar!" perintah Mike tanpa mempedulikan Neil yang mengoceh.
Kana mengembuskan napas kecewa tanpa sadar. Ia menggembungkan pipinya dan mencoba melepaskan genggaman Neil yang semakin mengerat.
"Kana ingin menghirup udara segar, Mike. Kasihan dia kalau tidak segera keluar dari rumah ini." Neil menahan Kana agar tidak ke kamarnya. Ia tahu gadis ini akan menurut apa yang dikatakan Mike tanpa mempedulikan diri sendiri yang juga tersiksa. Ia berharap Mike tahu sindiran yang ia berikan agar mengizinkan Kana pergi, tapi tetap saja dengan keras kepala pria itu menolak.
"Kana, masuk ke kamarmu. Se-ka-rang!" tegas Mike penuh penekanan. Tangannya terkepal erat melihat Neil yang terus memanas-manasinya. Ia bukannya bodoh untuk tidak mengerti maksud si bajingan Neil. Tetap saja ia tak mau. Kana pun sudah melunjak dengan membiarkan Neil mengacau.
"Neil, lepaskan tanganku!" bisik Kana saat Neil tidak melepaskan genggamannya.
"Kau tidak mau pergi?" tanya Neil lembut. Ia berhadapan dengan Kana kemudian menangkup pipi gadis itu. Jelas sekali terlihat matanya memancarkan kekecewaan teramat dalam karena ucapan menusuk Mike. Rasanya ia ingin berteriak untuk menghentikan keposesifan tak berguna itu.
Kana menggembungkan pipinya lagi kemudian menggeleng pelan. Ia menggigit pipi dalam dan tersenyum kecil lalu berkata, "Aku di rumah saja. Mike juga sudah pulang,"
Tatapan Neil berubah sayu. Hanya alasan itu yang Kana berikan sudah menjelaskan semuanya bahwa Mike memiliki dampak yang besar. Bahkan gadis ini rela tidak menikmati segalanya daripada melihat Mike yang akan berubah menjadi singa lapar saat keinginannya tidak terpenuhi.
"Kau tetap akan pergi, Kana. Tenang saja, keinginanmu akan kukabulkan." Ia menarik tangan Kana kemudian membawanya ke mobil. Sudah cukup Mike bersikap egois. Sesekali ia ingin beradu otot untuk menyadarkan Mike yang terlalu gila mengekang. Apa Mike pikir Kana ini anjing yang selamanya harus diikat?
Kana mendadak kaku. Mike akan marah. Lagi-lagi ia terkejut saat Neil meninggalkannya dan menguncinya dari dalam.
Mike semakin emosi. Berani sekali pria itu menguji kesabarannya.
"Sialan kau, Mike!" Segalanya sangat mendadak saat Neil mencengkram kerah bajunya. Ia membalas tak kalah kasar dan menampilkan raut wajah emosi.
"Bawa Kana kemari dan kau pulanglah," geramnya. Ia masih berusaha mengontrol emosi karena pria ini mulai sesuka hati, mulai berani menganti mengontrol Kana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Light As A Feather ✅
Roman d'amourPertama kali publish : 16 Desember 2018 [PRIVATE ACAK] Kana Schumacher, gadis ceria dengan tampang manisnya. Siapa pun akan senang berdekatan dengan dirinya. Polos, lugu dan tidak tahu apa-apa karena seorang pria yang selalu mengekangnya. Sedikit i...