Chapter - 45. Dad?

779 41 7
                                    

HAPPY READING 📖.

------------------------------------------

Pergelaran acara Xitz Studio, tak kalah megah dengan perayaan Hollywood Awards. Hanya saja perayaan ini dirayakan untuk mengenang tahun demi tahun yang sudah dijalankan oleh mereka. Kerja keras hingga bisa menjadi terkenal sampai detik ini. Film-film yang sudah ditayangkan dan disebarluaskan, kembali ditayangkan di salah satu ruangan besar layaknya bioskop umum bagi siapa saja yang ingin melihat hasil film-film mereka.

Tamu-tamu terus berdatangan, bersamaan dengan kedua insan yang tengah saling merangkul memasuki lokasi. Lampu kelap-kelip sedikit mengganggu mata, namun tidak ada yang protes. Gelapnya malam seakan menjadi pendukung selama acara berlangsung. Angin malam yang begitu sejuk membuat sebagian pendatang memilih berada di luar untuk menikmati pemandangan indah bersama sang kekasih di bangku yang sudah disediakan.

Ponsel yang berada di saku Neil bergetar. Ia yang semula sibuk bercakap-cakap dengan Kana, malah ternganggu karena si penelpon.

"Aku ingin menjawab panggilan ini dulu. Kau tunggu di sini. Jangan ke mana-mana, ingat?" Neil memastikan agar Kana tidak kabur darinya setelah melihat layar ponselnya memunculkan nama Edmund.

"Apa?" tanyanya ketus setelah menjauhi Kana. Ia tidak suka pria tua ini selalu mencampuri urusannya. Termasuk urusan hari ini. Kapan Edmund tidak mengganggu?

"Ingat rencanamu, Neil! Kau sudah terlalu bersenang-senang dan lupa tujuanmu!" Neil merasa ingin melempar ponselnya agar ia tidak dapat mendengar omong kosong itu lagi. Semudah itu Edmund berkata demikian? Apa pria ini tidak tahu artinya bersenang-senang?

"Ck, kenapa tidak kau akhiri saja semua ini? Anakmu tidak akan suka kalau tahu ayahnya mempermainkan hidup seseorang. Dengar, aku mengikuti permainanmu karena aku merasa memiliki utang budi padamu. Tapi tidak untuk sekarang. Jangan memaksaku!"

"Begini sekarang nada bicaramu denganku, Neil? Ck, kalau kau tidak memberikan Kana, ingat keluargamu menjadi taruhannya!" Saat ingin mengucapkan sumpah serapah, sambungan ponsel telah diputuskan sepihak. Neil menggeram dan menggenggam ponselnya erat. Konsekuensi yang takut ia dapat adalah orang terdekatnya menjadi sandera dan ia harus merelakan Kana menjadi incaran Edmund.

"Edmund sialan! Anak-bapak sama saja! Sialan!" umpatnya kesal tanpa menyadari sosok yang mendengar ucapannya tengah menatapnya tajam dari belakang.

***

"Kau ikut denganku!" Mike tiba-tiba menarik lengan Kana dan membawanya ke luar gedung. Kana yang masih belum fokus, melangkahkan kaki dengan terseok-seok. Nyeri di lengan begitu terasa karena kuatnya lelaki ini mencengkramnya. Deru napas lelaki ini begitu terdengar dan ia tidak bisa mendongak bahkan melihat pemilik wajah yang membawanya menjauhi arena acara. Belum ada setengah jam di sini, tapi sudah ada yang membawanya keluar.

"Lepaskan aku!" pekik Kana agak ketakutan karena dibawa ke tempat yang jauh dari kerumunan.

"Diamlah, Kana. Kalau kau banyak bicara, kita akan ketahuan!" Suara itu membuat Kana menegang. Ia mengenal suara itu dan saat menatapnya, ia terkejut. Matanya berkedip-kedip untuk mencerna baik-baik sosok pria yang tengah terengah-engah dengan mata yang melirik ke sana kemari, seakan ada sesuatu yang mengincar mereka.

"Mike?" Merasa namanya dipanggil, Mike menoleh, mendapati Kana yang tampak terkejut. Ia tahu apa yang dilakukannya memang kurang ajar, tapi keselamatan gadis ini kembali menjadi tugas utama.

Ia memegang kedua pundak Kana dengan lembut lalu menunduk sedikit dan menatap lekat manik matanya yang tampak khawatir.

"Jangan pernah pergi dariku, Oke? Kau tidak tahu seberapa kejam orang-orang yang mengincarmu sekarang ini. Bahkan orang yang kau percaya, sanggup melakukan itu padamu. Jangan banyak bertanya dan lakukan apa yang kusuruh. Kau cukup diam dan turuti apa kataku kalau ingin selamat." Kana meneguk ludah dengan pelan. Ucapan Mike terdengar mengerikan. Apa benar ada orang yang mengincarnya? Tapi siapa? Setahunya ia tidak pernah memiliki musuh. Kenapa ada orang yang ingin menculiknya?

Light As A Feather ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang