✂✂✂Kesunyian yang di rasakan Sakura bukan kesunyian yang biasa ia rasakan. Kali ini berbeda, diamnya Sasuke pertanda bahwa pemuda itu marah besar, dan Sakura tidak suka jika seperti ini.
Mobil yang tadinya melaju, perlahan melambat dan berhenti di halaman parkir kampus Sakura. Sebelum turun, gadis itu menatap Sasuke yang masih menatap ke arah depan dengan datar.
"Nanti jemput aku ya?" tanyanya seraya meminta ijin.
"Hn," gumam Sasuke singkat.
Sakura mengerucutkan bibirnya dengan tatapan sedih. Gadis itu melepaskan selt beat-nya dan memajukan tubuhnya ke arah Sasuke. Mengecup pelipis pemuda itu sebelum benar-benar turun dari mobil Sasuke.
Lain dengan Sasuke yang saat ini tengah tersenyum tipis seraya menatap punggung mungil Sakura yang perlahan menjauh. Setelah punggung gadisnya benar-benar tidak terlihat, Sasuke mulai menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju ke kantor. Sebenarnya hari ini ia free, tapi asistennya memberitahu jika ada berkas yang harus di tanda tangani hari ini juga.
Sesampainya di kantor, pemuda itu berjalan santai dengan tatapan datar. Ia segera melangkah ke arah ruangan pribadi asistennya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Membuat sang empunya berjenggit kaget akibat ulah atasannya itu.
"Mana berkasnya?" tanya Sasuke to the point.
Yamato pun segera mencarikan berkas berwarna merah dan memberikannya pada Sasuke. Dengan cepat, Sasuke membacanya dan tersenyum tipis ketika Sai mengiriminya surat kerjasama. Tanpa ragu, Sasuke segera menandatangani berkas tersebut.
"Beritahu aku jika terjadi apa-apa," ucap Sasuke pada Yamato yang saat ini berdiri.
"Baik," sahut Yamato tegas.
Sasuke berjalan keluar kantor dan berpapasan dengan Hinata yang membuatnya mengernyit tentang keberadaan gadis itu yang tiba-tiba di Perusahaannya.
"Ada perlu apa kau ke sini?" tanya Sasuke datar.
"Aku ingin tahu alasan apa yang tiba-tiba membuatmu membatalkan kerjasama kita," jawab Hinata tak kalah datar, "Seharusnya kau tidak dengan mudah membatalkannya karena itu hanya akan merugikan mu," sambung Hinata.
"Sakura yang memintaku," jawab Sasuke dingin.
Kening Hinata mengernyit, "Hanya demi tunanganmu kau rela membatalkan pembangunan kita? Kau gila Sasuke? Hotel itu akan menguntungkan kita di masa depan. Seharusnya-"
"Masa depanku adalah Sakura, bukan Kita," potong Sasuke datar sekaligus dingin.
"Jangan menyalahkan Sakura. Aku tidak suka. Jika aku sudah membatalkannya, seharusnya kau tidak perlu meributkannya," sambungnya tajam dan dingin."Banyak yang ingin bekerjasama denganmu. Kau bisa mencarinya dengan cepat. Dan kenapa kau tidak meminta Naruto selaku tunanganmu?" Lanjut Sasuke sinis.
"Naruto? Dia hanya akan mengacaukan ku," jawab Hinata tak kalah sinis.
"Naruto tidak seperti yang ada di pikiranmu. Dia termasuk orang cerdas dalam menjalani sebuah bisnis. Seharusnya kau tahu itu dan bukannya malah menjatuhkannya,"
"Sudahlah, aku malas membahasnya," timpal Hinata seraya mengibaskan tangan mungilnya, "Pikirkan baik-baik, aku memilihmu dalam pembangunan ini karena aku tahu akan sangat cepat di lakukan jika bekerjasama denganmu," setelah mengucapkannya, Hinata pun berbalik dan melangkahkan kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIVE COMPENION
Fanfiction[Sequel MY PERFECT BADBOY] END! "Sayang, tetaplah bersamaku. Jadi teman hidupku," "Aku mencintaimu, sayang,"