✂✂✂Sasuke yang membawa sebuah camera yang di kalung kan di lehernya terus saja menyorot ke arah Sakura yang tengah tersenyum seraya berjalan dengan ceria.
Kini mereka sudah sampai di sebuah pusat wisata terbaik di Swiss, Lausanne. Tempat yang berupa pemandangan sebuah danau besar yang luas yang di kelilingi oleh sebuah rumah khas dengan beberapa pohon maple yang berguguran."Kita sedang dimana, sayang?" tanya Sasuke dengan masih menyorot ke arah Sakura yang menatap Kamera dengan senyuman manis.
"Tidak tahu," jawab Sakura dengan senyum watados-nya. Membuat Sasuke menepuk jidatnya sendiri dengan gemas, "Tuh baca saja," sambungnya seraya mengarahkan kamera yang di pegang Sasuke ke arah sebuah palangan besar.
Mereka yang tampak romantis dan serasi dengan fashion serba hitam namun di lapisi jaket jins berwarna mustad dan tampak kebesaran di tubuh Sakura membuat para wisatawan yang menatap istri Sasuke itu gemas.
Bahkan ada wisatawan laki-laki yang mendekati Sasuke dan secara terang-terangan ingin mengajak Sakura berkenalan dengan alih-alih meminta izin pada Kakaknya.
Tentu saja Sasuke marah dan mengucapkan dengan tegas jika ia adalah suami, sekaligus kekasih, sekaligus belahan jiwa, sekaligus tulang rusuk, sekaligus jodoh yang di kirim Tuhan, sekaligus Ayah dari calon anak-anaknya yang sudah mereka buat semalam.
Entah kapan anaknya tumbuh, ia tidak tahu. Yang penting Sasuke sudah berusaha."Sasuke, aku ingin naik itu," ucap Sakura yang menunjuk sebuah kapal panjang yang berjejer indah di pinggir danau. Sasuke mengarahkan kameranya ke arah yang di tunjuk sang istri.
"Kau tidak takut?" tanya Sasuke.
"Memangnya aku penakut sepertimu?" tantang Sakura yang sudah berjalan ke arah seorang pria paruh baya. Dengan senyuman geli, Sasuke mengawasi dari jarak yang lumayan dekat namun tidak terlalu jauh juga. Ia berani bertaruh jika istrinya akan kembali berjalan ke arahnya.
Satu
Dua
Ti-
"Sasuke," panggil Sakura seraya menatap sang suami yang berdiri di hadapannya dengan wajah lucu.
"Kenapa sayang?" tanyanya dengan menahan tawa.
"Itu," tunjuk Sakura pada pria paruh baya itu.
"Itu kenapa?"
"Gini-gini terus gini-gini," ucapan Sakura membuat Sasuke terkekeh geli ketika istrinya itu memperagakan kedua tangannya yang saling berhadapan dengan membuka dan menutup, seakan kedua tangan istrinya tengah berbicara. Dan gini-gini yang kedua bagi gadis itu, di peragakan dengan satu tangan yang bermakna uang.
"Bilangnya yang baik," sahut Sasuke dengan masih terkekeh lucu.
"Tayang, aku ingin naik itu tapi tidak bisa berbicara bahasa aneh mereka, help your'e wife yes?" dengan senyuman manis Sakura mengucapkannya dan berhasil membuat Sasuke ikut tersenyum manis menatap wajah Sakura lembut. Jarang-jarang istrinya memanggilnya dengan manja jika tidak ada maunya.
Coba saja jika mereka berada di tempat yang tertutup, sudah di pastikan Sakura akan habis di tangan Sasuke.
"Yes or No?" tanya Sasuke dengan nada yang menggoda gadisnya.
"Lagunya Twice kan. Aku tidak mau main tebak-tebakan, aku ingin naik itu bersamamu. Kan romantis, kayak di film-film gitu," jawab Sakura yang kembali membuat Sasuke tertawa ringan. Pemuda itu mematikan kameranya dan menepuk puncak kepala sang istri sebelum berjalan ke arah pria paruh baya yang menjaga dengan Sakura yang berada di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIVE COMPENION
Fanfiction[Sequel MY PERFECT BADBOY] END! "Sayang, tetaplah bersamaku. Jadi teman hidupku," "Aku mencintaimu, sayang,"