✂✂✂
Satu bulan berlalu dengan Sakura yang sudah tidak di perbolehkan melakukan aktivitas rumah tangga. Bahkan memasak pun kini Mebuki ataupun Mikoto yang selalu berkunjung ke rumah Sasuke setiap harinya.
Perempuan itu kini tengah menonton kartun kesukaannya. Apalagi kalau bukan
Keropie. Dengan menyandarkan punggungnya ke sofa dan Emerald yang fokus menatap LCD Tv di hadapannya benar-benar membuat Sakura lupa pada kehidupan sementara.Tendangan halus dari bayinya lah yang membuat perempuan cantik itu menunduk dan mengusap perutnya sepelan mungkin. Beberapa hari ini, ia memang merasakan pinggulnya yang nyeri dan perutnya yang terkadang membuatnya menangis tiba-tiba.
Sakura semakin takut karena hari kelahirannya akan segera tiba. Bayangan-bayangan mengerikan selama dua Minggu ini terus membuatnya berpikir keras.
"Sudah pulang?" tanya Sakura pada Sasuke yang melangkahkan kakinya menuju sang istri. Sakura berdecak kesal karena pertanyaan tidak mendapatkan jawaban. Namun saat Sasuke mendudukkan dirinya tepat berada di sampingnya membuat perempuan itu tersenyum manis apalagi setelah Sasuke mengecup perutnya sekilas.
Membuat rasa hangat yang di salurkan sang suami sudah berhasil menyebar luas di seluruh penjuru tubuhnya.
"Kau lelah?" tanya Sakura yang hanya di jawab oleh anggukan Sasuke. Pemuda itu melonggarkan dasinya dan melepas tiga kancing teratasnya dengan mata yang terpejam. Kentara sekali jika Sasuke sangat kelelahan.
Melihat itu, Sakura tersenyum lembut dan menjatuhkan kepalanya di bahu lebar Sasuke. Yang di sambut baik oleh sang empunya.
"Kamu jangan lelah-lelah ya sayang, nanti sakit," gumam Sakura seraya mengusap lengan Sasuke lembut.
Kekehan ringan Sasuke membuat Sakura mendongak menatap suaminya yang juga menatapnya.
"Harusnya aku yang ngomong gitu ke kamu," sahut Sasuke seraya mengacak surai Sakura dengan gemas.
"Yah, keduluan deh," timpal Sakura bermaksud mengejek. Namun senyumannya kembali terbit entah karena apa.
"Dasar," pelan Sasuke namun Sakura masih saja mendengar apa yang di ucapkan suaminya.
✂✂✂
Sasuke melangkahkan kakinya menuju sebuah ruangan yang terkesan rapi namun jauh dari kata hangat tersebut. Rahangnya mengeras. Dengan kasar, ia membuka pintu di hadapannya dan membuat Naruto terkejut bukan main.
Brakk
"Apa maksudnya ini?!" bentaknya yang membuat Naruto mengernyit kebingungan.
"Apa yang kau lakukan Teme?" tanya Naruto tanpa adanya nada bercanda.
"Apa yang ku lakukan? Seharusnya aku yang bertanya pada istrimu, Apa yang dia lakukan?!" tanya Sasuke santai. Namun saat mempertanyakan Kalimantan terakhir. Nadanya naik satu tingkat.
"Memangnya apa yang di lakukan Hinata?" tanya Naruto serius.
"Bukankah surat yang aku berikan padamu waktu itu sudah cukup jelas jika aku tidak akan pernah lagi ikut campur dalam urusan pembangunan. Tanggung jawab lapangan sudah sepenuhnya tanggung jawab mu. Tapi lihat apa yang dia kirim!" Jawab Sasuke yang sudah mulai muak dengan perilaku Hinata.
Naruto bangkit dari duduknya dan membaca sebuah kertas. Irisnya seketika membulat.
"Ini. Aku tidak tahu kenapa Hinata membuat surat ajakan seperti ini," ucap Naruto pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIVE COMPENION
Fanfiction[Sequel MY PERFECT BADBOY] END! "Sayang, tetaplah bersamaku. Jadi teman hidupku," "Aku mencintaimu, sayang,"