✂✂✂Setelah turun dari pesawat yang mereka tumpangi, kini Sasuke dan Sakura segera menaiki taksi dan pergi ke Rumah sakit. Walaupun Sakura sudah mengeluarkan seribu satu cara untuk mencegah Sasuke karena ia memang tidak suka dengan yang namanya Rumah Sakit. Yang ia suka hanya Sasuke, bukan Rumah Sakit.
Namun tetap saja Sasuke juga mempunyai lebih dari 1 milyar alasan untuk Sakura. Ia pun kalah dan terdiam selama perjalanan bukan karena marah, melainkan karena mood-nya tiba-tiba saja tidak baik.
Saat mobil yang mereka tumpangi sudah sampai di halaman parkir Rumah Sakit, Sasuke dan Sakura segera berjalan masuk dan menunggu Dokter kandungan yang memang sudah di percaya oleh keluarganya. Karena sebelum sampai ke rumah sakit, Sasuke sudah terlebih dahulu menelpon sang Dokter dan mengosongkan jadwalnya sebelum ia dan Sakura datang.
"Kau di luar saja," ucap Sakura pada Sasuke yang juga bangkit ketika ia sudah di panggil dan di suruh memasuki sebuah ruangan.
"Aku ingin melihat pemeriksaan mu," sahut Sasuke datar.
"Tidak mau, kau tunggu di luar saja," ucap Sakura dan segera berjalan mengikuti suster yang memanggilnya tadi. Mengabaikan Sasuke yang memasang wajah kecewa. Namun tetap di ikutinya sang istri.
Belum sepuluh detik Sasuke memasuki ruangan, pemuda itu kembali keluar dengan raut wajah memelas dan duduk dengan wajah menyedihkan karena Sakura berhasil mengancam pemuda itu.
"Untung istri," gumam Sasuke pelan dan lelah.
Sekitar lima belas menit kemudian, pemuda itu segera bangkit ketika si pintu sudah di buka oleh suster. Tanpa memperdulikan suster yang hendak membuka mulutnya, dengan cepat Sasuke memasuki ruangan dan menatap tajam Dokter yang tersenyum ke arahnya.
"Apa saja yang kau lakukan? Aku bisa menuntutmu jika kau-"
"Sasuke ish," potong Sakura kesal seraya menarik jaket berwarna army yang di pakai Sasuke.
"Dia terlalu lama memeriksa mu-"
"Terus kenapa kau tetap ingin membawaku ke sini jika kau tidak ingin aku di periksa terlalu lama?" tanya Sakura kesal.
"Kok jadi marah hn?" tanya Sasuke seraya menangkup wajah Sakura dan menatapnya lembut.
"Lagipula kau sih," jawab Sakura seraya menatap Sasuke kesal. Pemuda itu hanya menghela nafas lelah ketika sang istri mudah sekali tersulut emosi.
"Apa kau lihat-lihat? Senyam-senyum lagi," ketus Sasuke pada sang Dokter, membuatnya mendapat cubitan manis dari sang istri.
"Sakit sayang," gumam Sasuke seraya mengusap pinggangnya dan menatap Sakua gemas.
"Kau sih marah-marah," cibir Sakura pelan.
"Bagaimana keadaan istriku? Beberapa hari ini dia tidak enak badan dan sering muntah," jelas Sasuke masih dengan nada tidak bersahabat. Membuat Sakura diam-diam tersenyum.
"Istri anda sehat-"
"Bagaimana kau bisa bicara seperti itu jika Sakura sering mengalami muntah?" potong Sasuke cepat. Membuat Sakura lagi-lagi menatapnya tajam.
"Itu adalah hal yang lumrah di alami oleh setiap wanita yang mengandung di usia dini," jelas sang Dokter.
"Tapi tetap saja- Apa?" protestan Sakura yang tertuju pada sang Dokter terhenti dan digantikan dengan raut wajah tidak percaya ketika mendengar sekilas tentang keadaan sang istri, "Mengandung?" sambung Sasuke yang membuat sang Dokter tersenyum seraya mengangguk. Dan Sakura menatap Sasuke lekat, ia ingin melihat bagaimana reaksi Sasuke.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIVE COMPENION
Fanfiction[Sequel MY PERFECT BADBOY] END! "Sayang, tetaplah bersamaku. Jadi teman hidupku," "Aku mencintaimu, sayang,"