LC | Delapan Belas

7.2K 541 44
                                    


✂✂✂

Sakura yang berjalan dengan kepala menunduk di belakang Sasuke membuatnya mendapat perhatian penuh dari orang di sekelilingnya. Mereka memasuki lift Hotel dalam diam. Sakura tahu jika ia yang salah di sini. Sasuke pantas marah padanya.

"Aku ingin pulang," gumam Sakura dengan wajah yang pucat. Gadis itu benar-benar kelelahan seharian ini. Bahkan ia hanya memakan sosis besar tanpa memakan nasi.
Perutnya terasa mual dan pusing di kepalanya mendadak datang.

Sasuke masih terdiam. Pemuda itu hanya meredam rasa cemasnya karena ia sudah sangat bersyukur jika Sakura baik-baik saja saat ini.

Dengan lembut, Sakura meraih sebelah tangan Sasuke dan menggenggamnya lembut. Kemudian menjatuhkan kepalanya tepat di bahu kekar Sasuke yang hanya di lapisi kaos hitam panjang dengan aksen abu-abu.

"Maaf," gumamnya lirih dengan air mata yang sudah berkaca-kaca. Entah kenapa ia mudah sekali menangis jika Sasuke mendiaminya seperti ini. Sakura tidak mau, walaupun ia salah sekalipun. Sakura hanya ingin di manja oleh Sasuke, bukan di diami seperti ini.

Lift yang terbuka membuat Sakura menegakkan kepalanya yang terasa berat. Gadis itu tersenyum lemah ketika Sasuke membalas genggaman tangannya dengan erat dan berjalan keluar dari lift bersamaan.

Sesampainya di kamar hotel mereka, membuat Sakura lebih dulu melepaskan genggaman tangannya dan berjalan lemas ke arah sofa. Kemudian mendudukkan dirinya yang benar-benar merasa lelah saat ini. Ia mengambil bantal sofa dan menenggelamkan kepalanya di bantal tersebut. Seraya berusaha menahan keras air matanya untuk tidak keluar.

Sasuke yang tidak tega mendiami istrinya seperti ini, perlahan duduk di samping Sakura dan membawa istri mungilnya ke pangkuannya kemudian memeluknya dengan erat. Air mata yang sedari tadi di tahan Sakura pun jatuh begitu saja di kaos yang di kenakan Sasuke.

"Aku minta maaf," lirih Sakura dengan tubuh yang bergetar.

"Hn," gumam Sasuke seraya mengecup lembut pucuk kepala Sakura. Mengusap punggung istrinya dan menyalurkan perasaan sayang. Menenangkannya seakan mengatakan jika ia tidak marah.

"Jangan lakukan lagi. Apapun yang terjadi, kau harus ada dalam pengawasan ku. Kau tahu apa yang ku takutkan jika kau tidak dalam jangkauan ku?" Sasuke berhenti sejenak dan mengeratkan pelukannya.
"Aku takut kejadian masa lalu terulang lagi," dan air mata Sakura semakin menetes. Hampir saja kejadian masalalu terulang lagi jika Jugo tidak datang tadi.

Bedanya, dulu Jugo adalah sang pelaku. Namun sekarang, pemuda itu adalah penyelamatnya. Tatapan Jugo padanya juga berbeda, pemuda itu seakan sudah menghilangkan rasanya pada Sakura.
Ia juga tidak tahu jika Jugo menetap di Paris selama ini.

Rasa sakit di perutnya yang tiba-tiba, membuat Sakura menghentikan pemikirannya pada Jugo dan menggigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit tersebut. Gadis itu menduga jika sakit perutnya karena memang Sakura belum makan seharian ini. Dan akibat berlarian kencang tadi.

"Kenapa?" tanya Sasuke lembut dengan nada cemas. Ia mendengar rintihan lirih dari istrinya dan segera menatap wajah Sakura yang tampak sekali menahan rasa sakit dengan sebelah tangan yang meremas perutnya.

"Sakit," lirih Sakura.

"Kau sudah makan?" tanya Sasuke seraya menarik lembut tangan Sakura yang meremas perutnya sendiri. Menggantikannya dengan usapan lembut.

Gelengan Sakura membuat Sasuke menghela nafas dan segera mengangkat istrinya kemudian menidurkannya di atas ranjang.

"Tunggu sebentar, akan ku pesankan makanan," ucapnya seraya mengusap lembut dahi Sakura.

LIVE COMPENIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang