✂✂✂
"Sakit," gumam Sakura lirih."Sabar ya Sayang," sahut Mikoto lembut. Wanita itu entah kenapa juga ikut merasakan apa yang Sakura rasakan. Karena ia pernah dua kali seperti ini.
Sakura menggenggam tangan Mikoto sangat erat. Sembari menunggu persiapan persalinannya, juga menunggu jalan debay-nya terbuka. Sakura harus menahan rasa sakitnya. Terkadang sakit itu menghilang, namun terkadang datang dengan sangat luar biasa.
"Mamah," lirih Sakura berharap jika rasa sakitnya berpaling begitu saja.
Mikoto semakin khawatir saat melihat air mata menantunya perlahan mengalir.
"Tahan sebentar ya sayang, ini memang sakit," Mikoto kembali berujar.
"Hiks, Sasuke," panggil Sakura lirih.
"Sasuke akan datang sebentar lagi," sahut Mikoto seraya menyeka bulir keringat di dahi Sakura.
Tak lama setelahnya, Dokter dan beberapa suster yang akan menangani Sakura mulai berdatangan dan segera menyiapkan.
"Normal atau-"
"Normal," sahut Mikoto serius. Ia tidak ingin mengambil resiko jika Sakura melahirkan dengan operasi. Itu akan berakibat pada kandungan setelahnya dan setelahnya.
"Baiklah, tapi kita harus menunggu sampai pembukaan ke sepuluh," ujar Dokter wanita itu dengan tutur kata yang lembut.
"Tak apa," jawab Mikoto kalem.
Sakura semakin meremas selimut yang ia kenakan dan juga tangan Mikoto. Setitik air mata perlahan jatuh di sudut matanya. Pandangannya tiba-tiba memburam. Ia sudah berusaha mengatur kesadarannya. Namun entah kenapa, cengkraman di tangan Mikoto perlahan mengendur bertepatan dengan menutupnya kelopak mata Sakura.
✂✂✂
DegSasuke hampir saja menjatuhkan ponsel di tangannya ketika satu pikiran tiba-tiba merasuk di kepalanya.
Dengan cepat, ia mencari kontak sang istri dan mencoba menghubunginya. Namun sebelum menekan tombol hijau, sebuah pesan sudah terlebih dahulu terkirim ke ponselnya dan membuat jantung pemuda itu kembali berdetak lebih cepat.
Mom🐼
RS Senju. Cucu Mamah akan hadir, cepat Sasuchan. Sakura membutuhkanmu.
Tanpa menjawab ataupun membalas chat dari Mikoto, Sasuke segera bangkit dan berjalan keluar ruangan. Tujuannya hanya satu, Sakura.
Selama di perjalanan pun, ia hanya terfokus pada Sakura yang kini sudah memenuhi seluruh bagian kepalanya. Cengkraman di setir kemudi nya membuat siapapun yang melihatnya pasti akan segera tahu jika pemuda itu sedang panik saat ini. Apalagi macetnya jalan membuat Sasuke sesekali mengumpat kasar.
Tin Tin!
Suara klakson yang ia bunyikan membuat beberapa mobil di belakangnya ikut membunyikan klakson mereka. Membuat jalanan ramai dengan suara tersebut.
"Tuhan," gumam Sasuke seraya meremas rambutnya karena jalanan memang sangat macat. Tidak seperti biasanya.
Sembari menunggu kemacetan, Sasuke mengambil ponselnya dan segera menelpon sang Ibu. Panggilan pertama hanya terdengar suara nada tersambung. Membuat perasaan cemas Sasuke semakin menjadi.
"Bangsat!"
Tin Tin!
Tanpa memperdulikan pengendara lain. Sasuke membuang ponselnya ke kursi di sampingnya dan segera melajukan mobilnya sedikit demi sedikit dengan membunyikan klakson terus menerus.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIVE COMPENION
Fanfiction[Sequel MY PERFECT BADBOY] END! "Sayang, tetaplah bersamaku. Jadi teman hidupku," "Aku mencintaimu, sayang,"