✂✂✂Merasa ada yang aneh dengan salah satu putrinya. Sasuke yang sedari tadi mengawasi Sayana ikut menghela nafas. Beberapa hari ini gadis kecilnya itu tampak menjauhi nya. Entah karena apa. Saat ia hendak berbicara pada Sarada pun juga percuma karena putrinya itu juga sedang menjauhinya.
"Ekhm!" deheman Sasuke tampaknya berhasil membuat Sayana yang tengah duduk melamun di kursi pinggir kolam renang kini menoleh. Namun gadis itu buru-buru turun dan ingin melewati Sasuke.
"Sayana kenapa?" tanya Sasuke seraya menahan lengan Sayana. Ia mensejajarkan tubuhnya dan mengusap surai hitam Sayana yang saat ini tengah di gerai.
Sayana menggeleng menjawab pertanyaan Sasuke.
"Sayana menjauhi Papah. Sayana marah sama Papah?"
Lagi-lagi, Sayana hanya menggeleng. Gadis itu menunduk menatap ujung kaki kecilnya yang beralaskan sandal rumahan hello kitty. Mata bulatnya berkaca-kaca ketika membayangkan bagaimana sang kakak memarahi dan membentaknya.
"Cerita sama Papah-"
"Sayana tidak mau celita," potong Sayana dengan nada bergetar dan kedua tangan yang meremas dress lucunya.
"Kalau Sayana tidak mau cerita sama Papah. Sayana cerita sama Bunda," ucap Sasuke seraya menangkup wajah manis putrinya agar mereka saling tatap.
"Kalau Sayana celita sama Bunda, apa Papah nanti tahu?" tanya Sayana polos.
"Jadi Papah tidak boleh tahu?"
"Ini lahasia," jawab Sayana dengan bibir yang melengkung ke bawah.
"Baiklah, Papah tidak akan tahu. Tapi Sayana tidak boleh sedih lagi,"
Bukannya mengiyakan ucapan Sasuke. Namun malah air mata yang jatuh melewati pipi tembamnya.
Dengan sekali angkatan, Sasuke menggendong putrinya dan membawanya memasuki rumah dengan Sayana yang memeluk leher Sasuke. Sesekali terdengar isakan kecil dari putrinya itu.
Sasuke membawa Sayana ke kamarnya dan mendudukkan putrinya di hadapannya.
"Cerita sama Papah. Aya kenapa?" tanya Sasuke lembut setelah mengusap jejak air mata Sayana."Kata Kakak, Kakak benci Aya kalena Aya dekat sama Papah," jawab Sayana dengan nada bergetar. Namun apapun yang di lakukan dan diucapkan gadis kecil itu, selalu manis dan membuat Sasuke tersenyum.
"Kakak bilang seperti itu?"
"Kakak bentak Aya, Papah," adu Sayana lucu.
"Jadi Aya jauhi Papah karena Kakak bilang benci karena Aya dekat sama Papah?"
"Iya, Papah,"
"Sini, Papah tidak mau jauh dari Aya," ucap Sasuke seraya mengangkat Sayana menjadi duduk di pangkuannya.
Tanpa mereka tahu jika sedari tadi Sarada berdiri di balik pintu yang sedikit terbuka. Gadis itu tampak melamun saat ini.
✂✂✂
"Sayana, kau tidak makan?" tanya seorang teman sekelas Sayana.
"Kakak mau makan tidak?" bukannya menjawab pertanyaan pemuda kecil bersurai seperti nanas, Sayana malah bertanya pada Sarada yang sedari tadi sibuk menulis sesuatu di catatan kecil nya.
Sarada hanya menggeleng, membuat Sayana kembali menoleh ke arah Shikadai dan menggeleng sama seperti Sarada.
"Kenapa harus bertanya pada Sarada? Jika kau lapar, seharusnya kau makan," ucap Shikadai datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIVE COMPENION
Fanfiction[Sequel MY PERFECT BADBOY] END! "Sayang, tetaplah bersamaku. Jadi teman hidupku," "Aku mencintaimu, sayang,"