✂✂✂Senja adalah salah satu pemandangan yang membuat siapa saja yang memandang akan merasakan sensasi tersendiri, apalagi melihat dengan seseorang yang berarti.
Sakura terdiam menikmati pemandangan tersebut. Sasuke pun lebih memilih menatap sang istri dalam diam. Entah kenapa, melihat istrinya, jauh lebih indah dan mempesona daripada langit jingga di atas sana.
"Sasuke, aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada kita nanti, tapi yang pasti aku akan tetap jatuh cinta sama kamu setiap hari dan kita akan terus sama-sama. Tidak hanya sekarang atau saat ini," ucap Sakura pelan dengan tiba-tiba. Membuat pemuda yang masih setia menatap sang istri itu mengernyitkan dahinya tidak mengerti.
Sakura menoleh dan tersenyum. Mereka bahkan mengabaikan tatapan iri dari para pejalan kaki yang melintas melewati jembatan setengah lingkaran tersebut.
"Kau ini bicara apa? Tidak akan terjadi apa-apa, percayalah," sahut Sasuke lembut.
"Aku tidak mau hubungan kita seperti senja. Indah namun sesaat," Sakura menatap Sasuke dengan tatapan sendu. Entah kenapa pikiran negatif terus saja berkeliaran di kepala Sakura.
"Buat aku kehilangan kamu itu jauh lebih mengerikan dari kematian itu sendiri. Sekarang, setelah aku punya kamu, aku benar-benar tidak bisa membayangkan, bagaimana aku menjalankan hidup tanpa kamu," ucap Sakura pelan.
Pemuda itu tersenyum tipis menanggapinya, "Aku lagi minta sama Tuhan, seandainya Tuhan mau ambil nyawa aku, aku mohon supaya Tuhan ambil nyawa aku sehari sebelum Tuhan ambil nyawa kamu,"
"Aku takut," gumam Sakura pelan.
"Sini ngumpet," dan Sasuke pun menarik Sakura dan membawanya ke pelukan hangat pemuda itu.
"Berjanjilah padaku untuk-"
"Aku tidak akan mengucapkan janji. Yang perlu kau percaya, akan ku buktikan apa yang pernah aku janjikan padamu,"
Sakura pun tersenyum tipis dan mengeratkan pelukannya dengan memejamkan mata. Rasanya hangat tubuh Sasuke ikut menghangatkan tubuhnya di suasana senja seperti ini. Jika boleh, Sakura ingin menghentikan waktu seperti ini agar tidak ada masalah yang datang tiba-tiba.
✂✂✂
"Forehead! Astaga Forehead!!"
Sakura menjauhkan ponselnya dari telinga ketika mendengar teriakan menggelegar dari sang sahabat.
"Bisakah kau tidak berteriak?" tanya Sakura jengah.
"Hehehe, maaf yess," terdengar kekehan dari seberang telepon. Sakura yang baru saja mengemasi barang-barang nya karena hendak pulang ke Jepang kini mendudukkan dirinya di sisi ranjang.
"Aku kangen padamu tahu! Kau lama sekali berlibur! Adaya, sahabat yang rela bersenang-senang meninggalkan sahabatnya secara mengenaskan di sini!"
Sakura terkekeh mendengar kekesalan Ino, namun ia juga mendengar isak tangis tertahan di seberang sana. Dugaan Sakura pasti benar, sahabatnya hanya merindukan Sai. Dan Ino butuh teman untuk saat ini.
"Aku merindukanmu dan Sai," ucap Ino dengan lirih.
"Sai baik-baik saja. Kau tenang saja, sebentar lagi kau pasti akan bisa melihatnya. Jadi, persiapkan dirimu Pig. Aku tidak mau menjadi korban pelukan mematikanmu itu," jelas Sakura dengan dengusan kesal di akhir kalimatnya.
"Tunggu tunggu, bukankah kau berada di Swiss? Kenapa kau bisa tahu Sai bagaimana?" pertanyaan bernada curiga membuat Sakura tersenyum manis karena membayangkan bagaimana reaksi Ino ketika Sai pulang dan melamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIVE COMPENION
Fiksi Penggemar[Sequel MY PERFECT BADBOY] END! "Sayang, tetaplah bersamaku. Jadi teman hidupku," "Aku mencintaimu, sayang,"