Sudah tersedia dalam PlayStore. Klik link di bawah ya...
https://play.google.com/store/books/details?id=8PHgDwAAQBAJ
BINAR AURORA. 31 th
Pengkhianatan cinta di masa lalu, membuatnya tenggelam dalam kubangan pesakitan yang teramat dalam. Menorehkan l...
Langit di pulau dewata masih gelap, karena waktu menunjukkan tengah malam. Dua pria tampan jalan beriringan di area kedatangan luar negeri, dengan koper besar di masing-masing tangan berotot mereka. Tidak ada wajah lelah disana yang ada ekspresi datar yang menyiratkan banyak arti. Menatap lurus ke depan mengabaikan segala tatapan memuja dari setiap pasang mata wanita yang tertuju ke arah dua makhluk Tuhan yang tampan nan rupawan dengan khas garis wajah masing-masing, seolah hal itu sudah menjadi hal biasa yang tidak perlu untuk di ladeni.
Seorang pria baya dengan kemeja batik dan celana bahan hitam, nampak tersenyum dengan sedikit membungkuk ke arah dua pria tampan yang sudah berdiri menjulang di hadapannya.
"Selamat datang kembali Mas Steve dan Mas-" ucapan pria baya itu menggantung saat bertatap muka dengan pria berwajah khas negara Turki.
"Serkan Miller," ujar Steve, jelas Serkan tidak mengerti dengan bahasa yang di ucapkan pria baya di depannya.
"Dia sepupu saya dari Istanbul, Pak Bambang bisa panggil dia dengan Serkan. Dia juga tidak paham dengan bahasa indonesia. Pakai English aja!" Steve terlihat fasih berbicara menggunakan bahasa dari negara kelahiran ibunya. Serkan dan Pak Bambang saling melempar senyum ramah.
"Baik Tuan!" jawab Pak Bambang.
"Kalau begitu kita berangkat sekarang?" di jawab anggukan oleh dua pria tampan itu.
"Kamu menginap di rumah ku?" Steve bertanya saat mobil yang mereka tumpangi keluar dari area bandara.
"Di sana ada 2 teman baik ku yang juga ikut tinggal. Selain pak Bambang sopir merangkap tukang kebun dan mbak Yuli asisten rumah," jelas Steve lagi.
Dahi Serkan berkerut mendengar penuturan sepupunya.
"Banyak sekali penghuni rumah mu, memang seberapa besar?" Steve terkekeh mendengar pertanyaan sepupunya. Jelas rumah seluas miliknya dengan banyaknya penghuni sangat tidak sukai oleh Serkan. Bukan kapasitasnya.
"Hanya rumah minimalis biasa, aku tidak suka tinggal sendirian," tapi tetap Steve menjawabnya santai.
"Pasti berisik, antarkan aku ke hotel mewah saja!" tegas Serkan.
"Ck! Penampilan mu sudah seperti preman di luaran sana tapi lagak mu masih sama, pria kaya dengan keangkuhannya," cibir Steve.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Serkan Miller
"Damn it! Kau yang memaksaku memakai ini," sargah Serkan cepat, melihat penampilannya yang sangat bukan seorang Serkan Miller. Kaos tanpa lengan dilapisi jaket denim yang juga tanpa lengan mempertontonkan otot pada tiap lengan besarnya, rambut yang sengaja dibuat berantakan membuat kesan badboy tampan. Walau tidak munafik bahwa ia seorang playboy kelas kakap.