Happy Reading..... 😘Seulas senyuman Binar berikan pada Steve yang berjalan kearahnya, dengan nampan di kedua tangannya yang berisi dua piring nasi goreng beserta air putih hangat.
"Maaf lama," ujar Steve seraya meletakkan nampan di depan Binar kemudian ia ikut naik ke atas gazebo, duduk berhadapan. Sedang Binar meletakkan gitar di belakang tubuhnya.
"Gak masalah," balas Binar, menerima uluran piring dari Steve.
"Apa maag kamu kambuh?"
"Tidak sama sekali, oh c'mon Steve aku tidak telat makan separah itu."
"Jangan ulangi lagi!" tegas Steve dan di balas anggukan pasrah oleh Binar. Larut malam bukan hal yang tepat untuk berdebat.
Sebelumnya mereka duduk berdua di gazebo sambil menunggu Rendra pulang. Menikmati malam sambil bercengkerama di temani minuman favorit mereka masing-masing. Saat Binar hendak meminum vanilla Latte miliknya, Steve mendengar bunyi perut Binar. Jadilah ia membuang minuman itu dan pergi untuk membeli makanan diluar, karena enggan membangunkan Yuli yang sudah terlelap. Tentu ada alasan jelas kenapa Steve begitu perhatian lebih pada Binar.
Mereka makan dengan diam, setelah usai Steve menggantikan kegiatan Binar yang hendak merapikan bekas makan mereka. Steve dan perhatiannya. Binar menggedikkan bahu acuh.
"Siapa pria tadi?" apa yang sedari tadi bercokol di dalam kepala, akhirnya Binar lontarkan juga.
"Serkan Miller. Sepupuku. Aku lupa memberi tau mu, kemarin waktu datang aku hanya memberi tau Rendra saja."
Binar memicingkan mata ke arah Steve.
"Apa dia kemarin datang bersamamu?"
"Ya, hanya saja waktu itu dia keberatan untuk tinggal disini."
"Apa dia sudah pulang?" tentunya Binar menyembunyikan rasa penasarannya mati-matian, entah untuk alasan apa?
"Tidak dia menginap disini, dikamar atas."
Haruskah Binar berbahagia sangat? Saat mendengar jawaban Steve barusan. Dikamar atas, itu berarti sebelah kamarnya.
Perasaan apa ini?
"Sudah malam Bi, kamu harus istirahat."
Begitu banyak pertanyaan di dalam otaknya, namun tidak mungkinkan ia utarakan segalanya. Mengingat Serkan cousin dari Steve, yang ada nanti malah di curigai.
"Tidak aku tidur disini saja," ia sengaja berpura merajuk dengan merebahkan tubuhnya disana.
"No. No. No. Kamu bisa sakit, aku tidak mau ambil resiko," Steve sudah turun dari gazebo, berdiri di hadapan Binar dengan berkacak pinggang.
Binar mengerucutkan bibir, kedua tangannya terulur kearah Steve.
"Gendong belakang!" rengeknya.
"Ck! Kamu ini selalu saja bikin ulah, gak ada Rendra aku yang kamu siksa," walau Steve menggerutu tapi dia tetap mengabulkan permintaan Binar. Ia meraih tangan Binar kemudian menuntunnya naik ke punggung kokoh Steve.
Steve menggendong Binar di punggungnya. Dengan segala gerutuan atau umpatan yang Steve serukan, karena kebiasaan Binar yang selalu mengacak-ngacak rambut atau bahkan mencubit hidung orang yang sudah menggendongnya. Bisa membuat dan melihat tawa riang di wajah Binar sudah sangat membahagiakan bagi Steve. Apalagi yang ia inginkan? Asalkan wanita yang dicintainya selalu bahagia itu sudah lebih dari cukup.
"Stop it, Bi!" geram Steve.
"Tidak, aku suka membuat rambutmu berantakan," kikik Binar.
"Ralat bukan hanya rambut ku tapi juga Rendra! Oh dimanakah pria jadi-jadian itu? Aku membutuhkannya saat-saat seperti ini, untuk menggantikan posisi ku saat ini."

KAMU SEDANG MEMBACA
Binar Cinta CEO Brondong
RomanceSudah tersedia dalam PlayStore. Klik link di bawah ya... https://play.google.com/store/books/details?id=8PHgDwAAQBAJ BINAR AURORA. 31 th Pengkhianatan cinta di masa lalu, membuatnya tenggelam dalam kubangan pesakitan yang teramat dalam. Menorehkan l...