PART 10

4.3K 184 8
                                    

Typo bertebaran...

Happy Reading

Bintang mana bintang???

Senjata makan tuan?

Kira-kira bisa dikatakan seperti itu!

Whatever happens between us now, suppose all this has never happened.

Namun sayangnya kejadian di hari itu begitu melekat di hati dan pikiran Binar Aurora. Merutuki dirinya sendiri, yang malah tidak bisa melupakan insiden tak terduga pagi itu. Rasa berdebar bercampur resah membelit di dalam dirinya dikala teringat.

Dan ketika dimalam yang sama ia harus menerima kenyataan bahwa Serkan sudah kembali ke negara asalnya, berada jauh di benua lain, membangkitkan rasa sesal dan sakit hati yang menyesakkan dada.

Sekeluarnya dari kamar mandi Binar tidak lagi mendapati sosok sang pria tampan, bergerak ke kamar sebelah, hanya sebuah jam tangan mahal tergeletak di atas nakas yang Binar temukan. Yang kini ia simpan sebagai pengobat rindu.

Rindu?

Benarkah?

Bagaimana jika pria itu benar melupakan kejadian pagi tempo hari?

Menerima kenyataan bahwa pria bule itu pergi tanpa pamit, Binar yakin bahwa insiden itu bukanlah hal spesial bagi seorang Serkan yang memiliki paras bak dewa yunani. Di luar sana pria itu dengan mudah akan mendapatkan wanita yang lebih spesial dibandingkan seorang Binar.

Hanya dengan senyuman aku bisa memikat banyak wanita manapun.

Binar tidak boleh lupa bahwa Serkan pernah mengatakan hal seperti itu. Jadi untuk apa memikirkan sesuatu yang tidak akan pernah bisa ia gapai, bahkan sampai berharap.

Jika Steve dan Serkan memiliki marga yang sama, Miller, bisa dipastikan mereka sama-sama berasal dari kaum jetset. Dibandingkan Steve yang selalu tampil dan hidup sederhana, Serkan lebih kepada pria yang menonjolkan hidup mewahnya, sangat terlihat dari segi tampilan dan cara berbicara. Belum lagi tiga orang berbadan kekar yang Binar yakini sebagai bodyguard Serkan, membuatnya semakin sadar diri kalau mereka berdua sangat jauh perbedaannya.

Berhenti berharap bahwa dia akan kembali!

Mantra itulah yang Binar sematkan di dalam otaknya.

"BINAR!!"

DUGH

Teriakan Rendra menarik Binar dari lamunannya, membuatnya terlonjak hingga dahinya membentur jendela kaca mobil. Karena sebelumnya Binar menopang dagu dengan telapak tangan menghadap keluar jendela.

"Apa sih yang lo lamunin?" tanya Rendra. Pandangannya masih fokus pada jalanan, karena ia yang mengemudi.

"Sumpah ya!" Binar mengusap dahinya.

"Ini didalam mobil, elo enggak perlu teriak-teriak kek gitu bang, budhek ntar telinga gue!" emosi Binar, ia melirik Abi yang duduk di sebelah Rendra, tidak terganggu sama sekali karena earphone yang tersemat di kepalanya.

Mereka bertiga kali ini dalam perjalanan menuju kota asal Binar, menggunakan mobil milik Abi. Sedangkan Steve mengendarai mobil miliknya, bersama Bagas dan Ratna. Binar yang mengajak mereka berdua.

"Gue uda manggil lo dari tadi ya, tapi lo-nya aja yang gak respon. Mikirin Serkan lo?"

Jlebb

Binar Cinta CEO Brondong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang