Sudah tersedia dalam PlayStore. Klik link di bawah ya...
https://play.google.com/store/books/details?id=8PHgDwAAQBAJ
BINAR AURORA. 31 th
Pengkhianatan cinta di masa lalu, membuatnya tenggelam dalam kubangan pesakitan yang teramat dalam. Menorehkan l...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Meraup kasar popcorn manis di dalam toples lalu melahap yang ada di genggaman. Jelas popcorn tidak akan bisa masuk semua, dan membiarkannya tercecer di sofa juga lantai. Tidak peduli jika ruangan minimalis itu akan terlihat kotor oleh tingkah lakunya.
Masa bodoh!
Untuk kesekian kalinya, mendengus kesal menatap keluar jendela, rumah ini dikelilingi pagar tinggi. Televisi yang menyala hanya menjadi latar yang tidak harus ditanggapi serius. Meletakkan kasar -tepatnya membanting- toples ukuran besar yang sebelumnya ia pangku ke atas meja.
Pria itu mengurungnya disini. Meninggalkannya sendiri, ralat, tidak sendiri tapi dengan dua bodyguard dan dua asisten rumah tangga. Ponsel dan tasnya disita, sudah macam tahanan saja!
Sebenarnya apa maunya sih?
Tubuhnya menggeliat, terasa pegal semua. Dua malam tidur masih dengan celana jeans menempel, dan ia sangat membenci hal itu. Insiden pagi tadi terlintas di benaknya, dan semburat merah di pipinya muncul kembali.
Bagaimana bisa?
Dirinya meringkuk nyaman dalam pelukan Serkan. Semalaman? Binar tidak tau.
"Kamu kenapa?" bariton Serkan membuat Binar terjingkat.
"Sejak kapan kamu disana?" ketus Binar.
Alis Serkan menukik sebelah.
"Sebelum semburat merah itu muncul. Apa kamu teringat kejadian pagi tadi?"
Binar mengalihkan pandangannya, menggigit bagian dalam bibirnya. Berharap Serkan tidak melihat pipinya yang semakin memerah.
"Kamu terlihat menggemaskan," Serkan sudah duduk di kursi santai, di sudut ruangan.
"Berhenti bicara seperti itu, aku ingin muntah rasanya. Kenapa kamu mengurungku disini?" Binar merutuki dirinya sendiri, bagaimana bisa semalam ia tertidur didalam mobil. Yang berakibat Serkan membawanya ketempat yang tidak ia tau dimana titik lintang dan bujurnya.
"Aku hanya ingin lebih mengenal dirimu."
Ingin sekali Binar melempar toples di atas meja ke paras rupawan di hadapannya.
Bolehkah?
Beginikah cara mengenal seseorang lebih dekat? Menculiknya? Menyekapnya di dalam rumah mewah ini? Walau Binar mendapatkan segala kenyamanan.
Wait...
Rumah?
"Tadi pagi kamu bilang ini rumah mu, terus yang kemarin itu rumah siapa?" selidik Binar.
"Rumah ku juga, jika kamu aku bawa kesana lagi, dua pengawal setiamu akan mudah menemukan mu. Aku tidak ingin mereka menemukanmu dalam waktu dekat. Katakan aku egois, but I don't care," gaya pongah Serkan semakin meningkatkan kadar emosi Binar.