"Assalamualaikum. Morning everyone!"
Setiap harinya tepat pukul 9 pagi, seorang wanita masuk kedalam sebuah cafe yang berada di salah satu kota teramai di pulau Bali. Denpasar. Cafe dengan konsep rustic dan semi industrial, membawa kesan instagramable bagi setiap pengunjung yang datang. Wajah cantiknya yang selalu terlihat ceria dan mengeluarkan aura positif, mampu membuat semua orang di sekitar ikut mengembangkan senyuman. Sejengkel atau semarah apapun mood mereka saat itu, tidak akan pernah bisa menolak aura kebahagiaan yang keluar dari wanita berusia 31 tahun itu.
"Wa'alaikumsalam," jawab serempak semua orang yang ada di dalam cafe.
Semua karyawan cafe yang tengah sibuk tetap melanjutkan pekerjaan mereka, seolah tidak terganggu sama sekali oleh kedatangan asisten bos mereka.
"Hellooo!! Masa iya enggak ada yang melirik kecantikan gue sedikitpun? Hey Bagas mending lo liat gue bentar, supaya pikiran lo itu jadi fresh daripada terus-terusan gosok itu kaca, bercermin lo? Muka enggak ada tampan-tampannya juga," ocehan wanita itu bukanlah hal asing bagi semua penghuni cafe. Sang pemilik nama, Bagas, hanya memutar bola mata jengah dengan bibir mencebik.
"Ya elah mbak! Memang liat kecantikan situ harga beras bakalan turun apa?" jawab Bagas tanpa ada niatan untuk menoleh sedikitpun.
"Mending gue fokus ama kerjaan aja!"
"Tenang aja ntar gue ambilin tangga di gudang belakang," menarik kursi kasir, wanita itu duduk di sana.
Karyawan cafe lain, cowok dengan rambut klimis dan mengkilatnya efek dari minyak urang aring menghentikan kegiatan mengepelnya, berjalan mendekat ke arah asisten bosnya itu.
"Memang buat apa mbak tangganya?" tanya Yanto dengan wajah polosnya.
"Buat beras tadi, biar bisa turun," jawabnya santai, tangan lentiknya bergerak lincah membuka laci kasir, menghitung uang modal yang memang sudah di sediakan disana oleh kasir shift terakhir. Karena semalam sebelum pulang ia tidak sempat menghitungnya.
Yanto tampak melongo mendengar jawaban dari atasannya.
"Buset dah! Itu beras di atap genteng apa? Pakai di ambilin tangga biar bisa turun," seru Dimas, koki cafe yang keliatan baru keluar dari balik dapur.
"Mbak Bi kalo ngomong selalu ngaco!" Bagas menimpali.
Yanto menatap wajah Bagas dan Dimas bergantian.
"Aku ambilin sekarang tangganya?"
Sontak semua yang ada di sana tergelak mendengar penuturan teman mereka. Yanto dengan keluguannya.
Sang pemilik cafe sekaligus bos mereka semua terlihat memasuki area cafe, dan tidak menyurutkan gelak tawa mereka sebagai sikap sopan santun mereka pada atasan.
"Kamu ngapain coba ngeladenin wanita sinting ini?" tangan kekarnya mengeplak dahi asistennya dan tatapannya menatap tajam ke arah Yanto. Ya, bos mereka sudah berdiri di belakang asistennya.
"Ya elah Bang jangan asal pukul kenapa! Ntar kecantikan gue luntur, trus enggak ada yang ngejar-ngejar gue lagi, gimana dong?" dahinya di usap seraya mencebikkan bibir.
"Palingan juga manajer hotel itu yang ngejar lo, gak ada yang lain. Yanto kembali sama pekerjaan kamu, yang lain juga, gak usa kalian pedulikan wanita ini ngomong," perintah sang Bos tanpa mau di bantah.
![](https://img.wattpad.com/cover/172919926-288-k745919.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Binar Cinta CEO Brondong
RomanceSudah tersedia dalam PlayStore. Klik link di bawah ya... https://play.google.com/store/books/details?id=8PHgDwAAQBAJ BINAR AURORA. 31 th Pengkhianatan cinta di masa lalu, membuatnya tenggelam dalam kubangan pesakitan yang teramat dalam. Menorehkan l...