PART 26

4.1K 169 19
                                        

Typo bertebaran
Bener-bener nggak Author cek ulang...
So... Harap maklum ya...

Happy Reading 📖

------💞------

Sekali lagi Steve harus dihantam palu kenyataan, dan itu membuat dadanya terasa semakin sesak. Ia tidak sanggup jika harus ikut Rendra dan Abi menuju kamar tempat Binar menginap, setelah apa yang ia dengar dari Arlo sebelumnya bahwa Serkan semalam memilih tidur di kamar Binar. Padahal sepupunya itu sudah dipesankan kamar sendiri oleh Arlo. Serkan tidak ingin Binar kembali pergi tanpa pamit seperti sehari sebelumnya. Rupanya Serkan sudah benar-benar  serius mengikat wanita itu.

Kali ini apa yang harus ia perbuat? Bagi Steve ia cuman punya satu opsi membiarkan Binar berada dalam genggaman Serkan. Berusaha percaya bahwa sepupunya itu akan selalu membuat Binar bahagia.

Mempercayakan pada pria lain?

Siapa?

Bagaimana latar belakangnya?

Apa jaminan kebahagian Binar?

Cinta saja?

Oh tidak!

Steve tidak mau ambil resiko Binar terluka kedua kalinya.

Seyakin itukah dirinya? Serkan akan membuat Binar bahagia.

Tapi jika tidak?

Opsi lain seperti apa yang bisa Steve yakini?

Tidak ada. Karena Steve tidak akan pernah sanggup memaksa Binar untuk masuk dalam rengkuhannya. Wanita itu terlalu jujur akan penolakan didalam hatinya. Dan akan bersembunyi jika hatinya menerima namun tidak sesuai akan komitmen yang selama ini dia pegang teguh.

Mungkin lebih baik jalani saja semua seperti ini adanya. Nikmati apa yang ada sekarang, biarkan nanti waktu yang menunjukkan. Meski terlambat sekalipun. Sesungguhnya Steve tidak ingin kebersamaan dan kedekatannya dengan Binar berakhir dengan cepat. Bukankah jika Binar memilih berada dalam dekapan seorang pria yang di cintainya, otomatis itu berarti mereka harus menjaga jarak kedekatan.

"Aku pesankan nasi pecel dengan teh hangat," Binar meletakkan tas mini ranselnya diatas meja seraya duduk di hadapan Steve

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Aku pesankan nasi pecel dengan teh hangat," Binar meletakkan tas mini ranselnya diatas meja seraya duduk di hadapan Steve.

"Dari tadi aku tanya, kamu asyik melamun. Jadi aku pesenkan menu sama saja dengan ku," ia sama sekali tidak menutupi kejengkelannya karena sejak keluar dari resort Steve lebih banyak diam.

Mereka memilih makan malam disebuah warung nasi pecel yang bukanya di depan emperan toko. Tempat favorit mereka. Berbaur dengan masyarakat sekitar tanpa memandang strata itu selalu menjadi pilihan mereka. Tempat ini cukup ramai pembeli, karena rasanya yang sangat cocok di lidah banyak orang. Dan mereka harus mengantri, tidak ada yang di spesialkan.

Binar Cinta CEO Brondong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang