Sudah tersedia dalam PlayStore. Klik link di bawah ya...
https://play.google.com/store/books/details?id=8PHgDwAAQBAJ
BINAR AURORA. 31 th
Pengkhianatan cinta di masa lalu, membuatnya tenggelam dalam kubangan pesakitan yang teramat dalam. Menorehkan l...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Sebenarnya apa sih yang kalian bicarakan?"
Tangan lentiknya yang bergerak lincah diatas keyboard terhenti, memicingkan mata ke arah Rendra yang tengah duduk bersandar di kursi empuknya dengan kedua kaki bertopang di atas meja.
Binar mengakui betapa mengagumkan bentuk tubuh abangnya ini, yang tentunya mampu menipu banyak wanita diluar sana. Wajahnya saja jelas tidak buruk rupa, sayang pria ini memiliki penyimpangan seksual. Ck!Kasihan wanita yang jatuh cinta padanya.
"Hingga mengakibatkan bibir bengkak seperti itu," Sarkas Rendra.
"Waktu cipokan tadi, lo udah sikat gigi belum?"
Tangan Binar bergerak cepat menutup mulutnya, bola matanya bergerak gelisah. Rendra tertawa dan Binar sadar udah kepancing.
"Bukan urusan lo bang!!" sungut Binar, kembali dengan pekerjaannya.
"Jelas ini urusan gue ya! Gue gak mau lo kejebak ama pria bule yang suka tancap batang kemana-mana," Rendra tak kalah sengit.
"Emang situ abis ngintip ya?"
"Bukan gitu Bi, jelas terlihat di wajahnya. Dia pecinta ONS."
"Dari pada ngomongin Serkan, mending lo bikin perhitungan sana ama si duda edan," sengaja mengalihkan pembicaraan, Binar tau Rendra tidak pernah salah dalam menilai orang. Dan entah kenapa, ucapan Rendra barusan membuat hatinya sedikit kecewa.
"Nah!!" Rendra menggebrak meja membuat Binar terlonjak.
"Gue masih belum tau keberadaan itu duda. Ck! Sialan memang!"
"Hellow! Kemana keahlian menguntit seorang Rendra Haston selama ini?" ejek Binar.
Sebuah pulpen melayang kearah dahi Binar dari tangan Rendra.
"Lo pikir gue psyco?"
"Gue gak bilang gitu ya!" mengusap dahinya.
"Gue kalo inget wajahnya semalam, hiii.... Takut banget gue bang. Nyeremin," tubuh Binar menggeliat mirip cacing kepanasan.
"Tapi gue acungi jempol tindakan dia," Binar melotot.
"Nikahin lo dulu baru lempar ke atas ranjang. Akan lebih buruk jika kebalikannya."
"Sialan lo bang! Uda deh gak usah bahas ini lagi, pening kepala gue," rambutnya diacak gak karuan.
"Bukannya lo dulu ya yang ngomongin duda edan itu?" Rendra sudah berdiri didepan meja kerja Binar, sedikit membungkuk dengan kedua tangannya bertumpu pada meja.