PART 8

4.4K 166 5
                                        


Happy Reading...


Bersyukur. Itu yang menjadi pedoman bagi Binar dalam menjalani kehidupannya yang sekarang. Dan ia selalu mengingat bahwa Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan.

Segala kenyamanan yang Steve dan Rendra berikan selama ini, bukanlah yang Binar inginkan. Tapi menurut Tuhan inilah yang Binar butuhkan. Binar mendapatkan segala hal yang dulu tidak pernah bisa ia dapatkan, hidup dan tinggal di tempat yang begitu nyaman dan mewah. Dimana dua pria itu membuatnya tidak merasa kekurangan apapun barang secuil sekalipun. Berbeda dengan dulu, ia hanya hidup sederhana, sangat sederhana. Dan tidak ada kata kemewahan atau kenyamanan.

'Aku akan menandatangani surat perceraian ini, tapi dengan satu syarat.'

'Apa?'

'Selama kamu belum menikah lagi, hak asuh mereka berada di tanganku. Nanti jika kamu sudah menikah, kamu bisa mengambilnya kapanpun kamu mau.'

Binar menginginkan kedua belahan jiwanya berada selalu di dekatnya, tapi Tuhan malah memisahkannya.

Apa menurut Tuhan aku masih belum membutuhkan mereka?

Haruskah pertanyaan sepicik itu ia pikirkan terus menerus. Terlintas sedikitpun itu seharusnya tidak pantas. Namun nyatanya kerinduan ini tak berujung, hingga membuatnya terasa sesak nafas.

Lamunan Binar buyar, saat suara notifikasi dari ponsel terdengar lirih. See... Ponselnya ada gambar apel digigit, keluaran terbaru, hadiah ulang tahun dari Rendra, dia tidak menginginkannya. Bahkan dulu bertahun-tahun ia tidak pernah mendapatkan hadiah ulang tahun dari siapapun.

Jagoanku : Kangen!! 😘 Videocall.

Senyuman Binar merekah membaca pesan dari aplikasi WhatsApp. Dengan segera jari telunjuknya menekan gambar camera di pojok kanan atas. Tidak perlu menunggu lama, beberapa detik kemudian sambungan terhubung.

"Ibuuuu... Kangeeennnn," suara itu terdengar melengking namun Binar sangat bahagia mendengarnya.

"Wa'alaikumsalam," ujar Binar, dan sosok gadis kecil dilayar tampak meringis menunjukkan deratan gigi susunya.

"Assalamualaikum dek, kamu gimana sih?" suara lain terdengar.

"Iya maaf mas," bibir gadis kecil itu mengerucut.

Layar ponselnya bergerak, kini berganti wajah anak laki-laki usia belasan tahun tengah tersenyum menatap Binar.

"Assalamualaikum Bu," ujarnya sopan.

"Wa'alaikumsalam," jawab Binar.

"Gimana kabar kalian? Sudah sarapan?" senyum Binar hanya kamuflase untuk menutupi kerinduannya.

"Alhamdulillah sehat semua Bu, baru aja selesai sarapan. Ayah belikan bubur ayam, Tante gak masak lagi sakit," lihatlah, bahkan wajah putranya terlihat sedih karena ibu sambungnya sedang sakit.

"Mungkin kelelahan, kalian berdua jangan menyusahkan Tante ya!" nasihat Binar.

"Iya Bu," jawab dua bocah itu serempak.

"Bu, uang jajannya kok cepet transfernya? Bukannya bulan depan masih seminggu lagi? Terus kenapa jumlahnya lebih banyak? Dua kali lipat dari biasanya ibu transfer?"

Binar Cinta CEO Brondong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang