CHAPTER 1||YesToday

1.3K 95 34
                                    

♪»
♪»
♪»
♪»















"APAA!!"

suara lengkingan teriakan tidak terima menggema dipenjuru ruangan tersebut. Sudah tersulut emosi hingga banyak kertas yang berserakan dilantai akibat amukkan.

Untung saja pintu ruangan itu sudah tertutup rapat dan dikunci mengingat pembicaraan mereka sangat rahasia.

"Tch..ini hanya pekerjaan yang ringan, tidak menculik apalagi membunuh"

Orang itu mulai duduk dikursinya dengan kaki yang sudah diangkat diatas meja dan berbicara datar seolah menulikan telinganya akan teriakan tadi.

"Pokoknya aku tidak mau! Lebih baik kau suruh aku membunuh saja dibandingkan menjaga seorang bocah!" balasnya tak kalah sengit.

Mendengar kalimat menantang yang dilontarkan membuat seseorang tersebut menurunkan kaki nya dari atas meja dan mulai berdiri menghampiri lawan bicaranya yang sedang mengamuk tidak terima.

Dia mulai memunguti kertas kertas yang tadi dilemparkan lawan bicaranya itu. Mengumpulkan kemudian memasukkan kedalam sebuah map. Mendelik sebentar ke arah lawan nya yang sudah mengepalkan tangan.

"Ini perintah dari bos besar, kau tidak bisa menolaknya. Lagipula sebelumnya kau sudah menandatangani ini"

Dia membolak balikkan kertas yang sudah dimasukkannya kedalam map tadi. Mengambil selembar kertas dan mengangkatnya kearah wajah lawan bicaranya dengan sedikit kekehan menyinggung.

"Aku tidak tau jika tugas itu hanya menjaga seorang bocah! Kau kira aku babysitter huh! Jika kau beritahu aku terlebih dahulu mana mungkin aku mau menandatanganinya dasar!!"

Amarah lawan bicaranya sudah tak terkendali. Matanya merah nyalang menatap seseorang yang berdiri didepannya itu. Yang ditatap hanya menyunggingkan senyum kemenangan.

Tanpa banyak bicara dan menghabiskan waktu untuk berdebat lawan bicaranya itu segera pergi dari ruangan itu membuka kunci pintu yang sudah bertengger disana dan menutup pintu itu kembali dengan keras.

'Ah come on, dia sangat kekanakkan sekali'

Seseorang itu segera kembali ketempat duduknya. Menaikkan kakinya lagi keatas meja dan mulai membuka satu persatu map yang tersusun rapi memenuhi mejanya.

***












Suasana siang tadi terasa panas setelah dia berdebat dengan atasannya yang sok memerintah itu. Kakinya berjalan menyusuri jalanan yang tidak terlalu ramai karena ini waktunya makan siang. Dia berhenti disebuah toko roti yang lumayan ramai pengunjung dan mulai masuk. Membeli beberapa roti pilihannya disana dan kembali menyusuri jalanan dikota gwangyeoksi yang terkenal sebagai Kota Metropolitan.

"Annyeong sir..Apa komisaris jenderal ada didalam". Sapanya pada seorang lelaki yang berdiri tegap didepan pintu gedung besar itu.

"Jenderal ada didalam ruangannya nona"

Dia membungkukkan tubuhnya kepada lelaki tadi dan dengan langkah kecil memasuki gedung itu dengan wajah yang berbinar ceria sambil meneteng ranjang penuh roti yang dibelinya tadi.

Semua orang yang berada didalam memberi hormat mulai dari menyapa sampai membungkukkan tubuhnya saat dia berjalan menuju ruangan komisaris jenderalnya itu.















Dia berdiri didepan pintu tersebut dengan senyuman memperlihatkan giginya yang sejajar rapi. Berpikir sebentar.

'Mungkin langsung masuk saja, aku harap dia senang dengan kejutanku ini'

Setelah membatin dan berpikir dia memutuskan membuka pintu itu tanpa mengetuknya terlebih dahulu membuat seseorang didalam ruangan yang sedang berkutik dengan laptopnya memberhentikan kegiatannya sejenak. Sangat kaget melihat siapa yang berada didepan pintunya saat ini.

"Siyeon-ah!"

Orang yang disebut jenderal itu segera berlari dan langsung memeluk nya. Teramat rindu mungkin. Sedangkan yang dipeluk sangat gembira karena kejutannya berhasil.

Cukup lama adegan berpelukan ala teletabis itu berlangsung. Siyeon mulai merasa pegal karena tadi habis berjalan kaki menuju gedung ini dan jangan lupa akan perdebatan yang sangat menjengkelkan itu.

"Chim..aku pegal berdiri terus. Lepaskan aku. Ini dikantormu."

Sebelum melepaskan pelukannya orang itu menangkup kepala siyeon dan mulai mengecup pucuk kepalanya sebentar.

"Ayo duduklah. Kau terlihat sangat letih. Mau kupesankan sesuatu"

Siyeon hanya tersenyum menatap seseorang didepannya itu. Kemudian mengangkat keranjang roti yang tadi dibawanya.

"Tidak usah repot-repot chim, aku sudah membeli ini. Kita makan siang bersama bagaimana?"

Yang dipanggil chim hanya mendengus sebal. Karena siyeon selalu memanggil nya dengan sebutan laknat itu.

"Berhenti memanggilku chim, chimchim atau apalah itu. Namaku P.a.r.k.j.i.m.i.n". Ucapnya dengan keras penuh penekanan diakhir kalimatnya.

Siyeon hanya terkekeh pelan sambil memberikan satu potong roti yang berisi selai keju berbalut meses warna warni itu.

"Kapan kau datang? Kenapa tak memberitahuku. Aku bisa menjemputmu". Ucap jimin dengan mengunci tatapan mata siyeon dan segera melahap roti nya.

"Huh..kau tau chim, seperti biasa. Tugas baru". Balas siyeon yang kemudian beranjak dari duduk nya mengambil air di dispenser ruangan tersebut.

"Kenapa tidak berhenti saja. Pekerjaan mu itu membuatku terpisah darimu dan tugas mu terlalu berbahaya. Aku bisa memasukkan mu di kepolisian ini. Aku akan menjagamu. kita ini saudara siyeon"

Siyeon duduk kembali setelah meminum air. Menatap jimin dengan penuh rasa bersalah. Ya, siyeon lulusan Kyung-Hee Cyber University belum lama ini. Park jimin saudaranya itu sudah bekerja dikepolisian terbesar gwangyoksi  5 tahun lalu dan sekarang menjabat sebagai komisaris jenderal paling tinggi. Tentu dia bangga dengan saudaranya itu.

Tapi tidak baginya dia memilih untuk bergabung dalam organisasi hitam yang mengharuskannya mengikat kontrak dan menjadi bagian disana. Berlatih bela diri, memanah dan juga menggunakan senjata api. Organisasinya itu sudah tersebar luas. Tidak heran jika polisi sulit menakhlukan organisasi ini.

"Aku tau jim, appa dan eomma pasti kecewa jika mereka tahu aku seperti ini. Aku benar-benar tidak berguna. Kebencianku telah menutup hati dan jiwa ku. Kau tak akan mengerti"

Jimin hanya menatap kasihan siyeon yang berusaha menyembunyikan kesedihannya itu dia tau adiknya ini sangat kuat.

"Aku mengerti siyeon. Jangan anggap aku tidak tau apapun. Jika kau bukan adikku, pasti sudah kutangkap dan kumasukkan kau kedalam sel penjara. Tapi aku sudah belajar terhadap rasa sakit adikku ini. Aku merasakannya. Jika kau ingin tempat sandaran untuk mencurahkan isi hatimu datang padaku hm?"

Jimin mengelus punggung adiknya itu. Mengusap rambutnya pelan. Dan membawanya kedalam pelukan hangat seorang kakak.

"Jika mereka menyakiti mu beritahu aku. Jiminmu ini akan menghanguskan mereka semua nee"

Siyeon hanya mengangguk didalam dekapan oppanya itu. Memeluk erat menahan tangis. Hanya bersama keluarganya dia terlihat manja dan lemah. Saat sedang beraksi menjalankan tugasnya dia seperti mesin pembunuh.



.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc

Bagaimana? Voment dong yorobun hehe.

Makasih yang udah setia baca cerita aku.

Okey see u in next chap💚

Quandary [Jeno X Siyeon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang