"Kenapa melepaskan nya begitu saja! Aish..Tuan Lee akan membunuh kita berdua nantinya!" Namjoon tak henti berucap kesal kepada Jimin sejak mereka kembali kerumah utama.Jimin yang tampak tenang-tenang saja semakin membuat Namjoon naik darah hingga ia menghadang langkah Jimin yang akan memasuki pintu utama rumah itu.
Jimin masih menatap datar. "Apa..?"
Namjoon mengangkat alisnya cengok. "Jadi sedari tadi aku berbicara sampai mulutku berbuih kau tak mendengarnya?!" Kesal Namjoon.
"Menyingkirlah." Namjoon tersentak saat Jimin mendorong bahunya.
"Hey...Yak!!" Semakin kesal, Namjoon akhirnya hanya melampiaskan dengan meremat rambutnya frustasi.
Rumah tampak sepi. Jimin melirik jam tangan nya yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Mungkin orang dirumah ini sudah terlelap pikirnya.
Namjoon duduk disofa ruang tengah sambil menghela napas lelahnya. Sedangkan Jimin, pemuda itu mulai naik menuju kamar atas dengan membawa kantong obat.
Selang beberapa menit ia kembali turun kebawah. Tidak langsung duduk disofa, Jimin berbelok ke dapur untuk mengambil minuman soda didalam kulkas.
Jimin yang sudah membuka kaleng soda nya terlebih dahulu hanya mendengus melihat Namjoon yang tiba-tiba sudah berada didepan nya menatap dengan tatapan membunuh ke arahnya.
"Apa..?" Tanya Jimin lagi.
Namjoon sedikit berdecih membuang muka, kemudian menatap tajam ke wajah Jimin.
"Aku tidak akan mengulang, mengapa kau melepaskan bocah itu? Bagaimana kau bisa percaya begitu saja? Jika Tuan Lee tau tentang ini...tamatlah riwayat kita." Namjoon meraup oksigen sebanyak nya setelah puas akan pertanyaan nya.
Kaleng soda itu terlempar dan masuk tepat ditempat sampah setelah Jimin menghabiskan isinya. Pemuda itu menghela napasnya pelan kemudian beralih menatap Namjoon yang sedang menunggu sambil mengetuk kan jarinya.
"Kau akan tahu nanti.." Jeda sesaat, Jimin bisa melihat perubahan raut wajah rekan nya itu. "Oh..dan untuk kakek ku, tenang saja. Aku yang urus."
Jimin segera berlalu disana setelah mengatakan ia sangat lelah dan ingin istirahat.
Namjoon masih berada ditempatnya dan menatap punggung pemuda itu yang menaiki tangga.
"Misterius, gila, sok pengatur. Hah..dasar Park Jimin." Umpat Namjoon.
Kemudian dirinya juga segera menuju kamar tamu dan mengistirahatkan tubuhnya.
***
Seorang pemuda berjalan berjinjit pelan. Ia menutup kembali pintu yang tadi ia masuki itu.
Melihat suasana rumah tampak sepi, ia kemudia bernapas lega dan dengan santainya berjalan menuju dapur. Namun pergerakan nya terhenti saat ada tangan yang bertengger ditelinganya dan menarik dengan sangat kuat.
"Aw!..Eomma aduh, sakit."
Wanita paruh baya itu tersenyum kesal ke arah nya.
"Bagus ya, kemana kau dua hari ini huh? Tuan muda sakit dan kau mengilang tanpa kabar. Eomma stress memikirkan kalian, tau?"
Bibi Rae semakin menjewer telinga Mark hingga memerah membuat si empu hanya bisa meringis dan menunduk pasrah.
"Maaf Eomma, Mark tidak tahu. Mark menginap dirumah Renjun. Eomma tau kan, Mark biasa bermain game dan belajar bersama dirumahnya." Mark mulai berani menatap Bibi Rae dengan wajah polosnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Quandary [Jeno X Siyeon]
Fanfiction"Aku buruk, berkepribadian ganda. Menjauhlah, maka aku tidak bisa menyakitimu."-Jeno ~♪♪♪♥♥♥♪♪♪~ "Aku lebih buruk darimu, tugas ku menyiksa bahkan membunuh. Aku yang lebih berdosa disini."- Siyeon. . . . . . . . . Seorang pemuda bernama Lee Jeno yan...