CHAPTER 15||You

387 61 20
                                    

[Quandary]

🌷
🌷
🌷
🌷

















"Anak itu kemana sih?" Namjoon memencet kesal ponsel di genggamannya. "Jam 2? Aish Haechan!!" matanya tak henti melihat kearah jam dinding.


Satu jam lagi mereka akan berangkat, tetapi tidak ada tanda-tanda dari Haechan yang membalas balik pesan maupun panggilan Namjoon di ponsel.

Sibuk dengan ponselnya hingga seseorang mengetuk pintu ruangan berucap dari luar agar dipersilahkan masuk.


"Ada apa?" sebuah pertanyaan yang langsung Namjoon tujukan setelah orang itu masuk.

"Barang anda sudah selesai kami bereskan. Tiket dan paspor sudah kami urus. Bos besar meminta anda untuk menemuinya sekarang."

"Baiklah."

Namjoon mengangguk paham ia beranjak dari kursinya. Memasukkan ponselnya kedalam saku celana. Mengambil jas dan berjalan mendahului anak buah nya tadi.

Ia memberhentikan langkahnya saat hendak meraih pintu mobil. Ponselnya bergetar. Panggilan masuk dari seseorang. Namjoon melihat sekilas, jimin menelponnya.

"Ya, kenapa jim?"

"Ke apartemen Siyeon sekarang joon."

"Tapi aku diminta bos besar menemuinya sekarang."

"Kalau begitu aku akan menelpon kakek dan membatalkan pertemuan mu itu."

"Tidak bisa begitu jim, jika ini penting bagaimana? Kau tau kan bos besar sangat mempercayai ku."

"Ini lebih penting. Cepatlah anak ini terus memberontak. Aku membutuhkan mu."

"Apa maksudmu? hey bicaralah yang benar."

"Joon, aku tidak punya waktu. Lebih baik kau cepat kemari!"


Tut.

Panggilan diputus sepihak. Namjoon memasuki mobilnya tergesa. Terdiam sejenak. Sedikit mengerang frustasi. Namun ia mengikuti kemauan Jimin dan meminta si sopir mengantarnya ke apartemen Siyeon.

****











"Ikat tangannya kebelakang kursi, kakinya juga." 

Haechan menuruti perintah Jimin. Tangannya bergetar kala tali yang ia gunakan untuk mengikat adik nya itu terkadang membuat kulit adik nya lecet.


Jimin memegang tubuh Jean yang terus memberontak. Mereka mengikatnya pada kursi meja makan.

"Lepaskan aku! Hey! Kalian berdua argh! Brengsek!"

Tidak ada yang memperdulikan teriakannya. Tapi cukup membuat bising didalam apartemen itu.

"Apa kau punya lakban yeon?"

Jimin mendekati Siyeon yang sedang berdiri menatap mereka berdua yang sibuk mengikat dan menahan Jean.

"Apa itu tidak berlebihan Jim? Di-dia sudah kesakitan dengan ikatan itu."

Ada raut khawatir terpancar pada wajah gadis itu. Jimin menghela napas nya pelan. Memegang tangan adik nya yang sedikit bergetar lalu mengelus lembut.

Quandary [Jeno X Siyeon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang