CHAPTER 17||Bad

391 58 1
                                    

16.45 KST.

Dikediaman rumah utama, tidak banyak aktivitas didalam rumah tersebut hanya beberapa maid yang sedang bekerja.

Namun beda hal nya dengan seorang pemuda yang sedang mondar mandir tidak jelas dan sesekali meremas rambutnya frustasi.

"Kau ini bisa diam tidak? Eomma tidak fokus memasak melihatmu, Mark."

"Aku tidak bisa menghubungi Siyeon Noona eomma, dari kemarin malam sampai sore ini ponselnya tidak bisa dihubungi."

Mark terduduk lesu pada kursi meja makan. Menangkup wajahnya yang terlihat gusar. Bibi Rae hanya mengerutkan dahinya mencerna kata-kata Mark.

"Oh..eomma lupa memberitahumu, tunggu sebentar...."

Mematikan kompor nya sebentar, Bibi Rae kemudian berjalan mendekati sebuah kursi kecil yang terapit antara kulkas dan nakas dapur. Mengambil sebuah ponsel disana dan memberikannya pada Mark.

"Bacalah, Siyeon menitipkan pesan itu pada Eomma. Dia bilang tolong sampaikan padamu."

Memberikan ponselnya pada Mark. Bibi Rae kembali menuju dapur untuk melanjutkan masaknya tadi.

Tidak butuh waktu lama untuk membaca pesan itu. Mark sedikit membolakan matanya ketika selesai membaca pesan tersebut. Mulutnya terbuka, berdecak bingung sembari mengucap kata 'ha' dengan pelan.

"Jadi—Siyeon Noona minta cuti selama tiga hari, eomma?"

Bibi Rae balas mengangguk kan kepalanya. Mark meletakkan kembali ponsel itu pada meja makan. Masih bingung apa yang terjadi. Kenapa Siyeon meminta cuti? Bukankah itu akan memperlambat misi nya. Dan mungkin sesuatu akan terjadi jika misi ini di sepelekan.

"Mungkin dia ada masalah keluarga. Eomma tidak dapat mencegahnya. Toh hanya tiga hari saja."

Mark menghembuskan napas beratnya. Ia tahu, sekarang dia lah yang harus mengantar makanan, meminumkan obat serta menyiapkan pakaian ganti untuk Jeno tiga hari kedepan. Oh ya tuhan, ia ingin sehari saja menghabiskan waktu untuk tidur.

***





Di lain tempat, bunyi dentuman alunan musik yang memenuhi seluruh penjuru tempat itu menjadikannya tempat ramai dan banyak dikunjungi untuk menghilangkan stress dan mencari kesenangan–mungkin– termasuk gadis itu, Siyeon.

"Tolong berikan aku satu gelas ."

Ia duduk disalah satu kursi dengan segelas bir yang baru dipesan nya tadi.

Meminumnya dalam sekali teguk. kemudian menyodorkan gelas itu lagi menambah pesanan nya.

Sang bartender lelaki itu hanya tersenyum samar memperhatikan tingkah laku Siyeon yang menggelengkan kepalanya sembari matanya mengedip dan mengatup.

Dan lagi. Segelas beer itu lewat begitu saja melalui kerongkongannya dalam sekali teguk.

Tubuhnya hampir limbung dan terjungkal kebelakang jika saja tangan seseorang dengan cepat menahan punggungnya.

Quandary [Jeno X Siyeon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang