[&]
[&]
[&]
[&]Ruangan luas itu menjadi sesak sekarang dengan keadaan yang mencekam. Mereka saling menatap tajam enggan melepaskan tatapan itu sembari menyeringai.
"Woah, rupanya kalian bersembunyi disini, huh?"
Seseorang dengan jas berbalut sweater tebal nya datang dari arah pintu ruangan itu.
Berjalan dan berhenti diposisi depan anak buahnya yang tepat dibelakangnya dengan setelan jas dan kacamata hitam.
"Aku akan meminta baik-baik dulu, serahkan!" Ucap nya dengan memasukkan sebelah tangan nya ke saku sweater.
"Bos, apa otaknya dicuci atau kelamaan menjomblo?" Namjoon sedikit berbisik ditelinga bos nya, Tuan Lee.
Sontak Tuan Lee tertawa pelan menatap sosok didepannya kini.
"Hey hey, jangan berbisik, aku disini. Tidak dengarkah apa yang ku ucap tadi?"
Seseorang itu mengambil sebuah rokok dan mengapitkan dibibirnya dengan anak buahnya yang menghidupkan apinya.
Tuan Lee menyipitkan matanya sebentar kemudian memutar bola matanya jengah.
"Hey Tuan Park jangan membuat keributan disini. Atau ingin kuhanguskan gedung kepolisian mu itu." Sergah Tuan Lee.
Park Jimin membuang putung rokoknya sembarang ia mulai tertawa renyah.
"Haha, kalian ini lucu sekali. Oh ayolah, Tuan Lee ——Appa Eomma ku——, sudah lama sekali aku tidak bertemu kalian. Sedikit membuat keributan tidak masalahkan?"
Jimin kemudian tertawa kembali sembari berjalan mendekati Tuan Lee yang duduk di kursi kebesarannya dan menepuk pundak lelaki tua itu.
Tuan Lee hanya terkekeh memandang Jimin—–cucu tertuanya–— itu.
Jimin merupakan cucu tertua dari Tuan Lee. Eomma nya menikah dengan Appa nya yang bermarga Park. Sehingga ia dan Eomma nya memakai dan mengganti marga awal Lee menjadi Park.
Eomma jimin juga merupakan anak tertua dari Tuan Lee dan memiliki seorang adik Laki Laki yang hanya terpaut 2 tahun darinya, mereka hanya 2 bersaudara. Lee Jian yang sekarang menjadi Park Jian—Eomma jimin— dan Lee Jaebum–– adik dari Eomma Jimin––.
"Kau ini. Bagaimana pekerjaan mu? Aku bangga sekali padamu. Tapi ingat, jangan selalu membebani orangtuamu untuk mengurus perusahaan. Sesekali kau belajar untuk mengambil alih."
Anak buah Jimin sudah meninggalkan ruangan sejak tadi begitu juga Namjoon yang sekarang akan beranjak dari ruangan itu, tetapi suara mengintruksi jimin membuatnya berhenti dan menoleh.
"Hey, kau mau kemana Namjoon-ssi duduklah, kita masih harus berbicara beberapa hal."
Namjoon mendengus malas akan tetapi ia menurutinya dan melangkah menuju sofa untuk duduk disana.
"Kau sangat menyebalkan Park bantet. Membuat ku naik darah saja. Aku kira kau akan menangkap salah satu dari kami disini, ternyata hanya membuat kekacauan." Namjoon kesal sekarang.
"Ya, ya aku tahu. Itu salahmu. Sudah kubilang aku merindukan Siyeonku tapi kau malas memberitahu dia sekarang dimana. Aku hanya ingin memberikan kejutan padanya karena aku ada disini, Seoul." Jimin hampir tertawa lepas melihat ekspresi sahabatnya itu.
"Ngomong-ngomong, satu minggu lagi Siyeon ber ulang tahun. Kakek sudah bawakan apa yang kuminta sebelumnya kan?" Jimin mengalihkan tatapannya pada Tuan Lee yang dengan tenang membaca sebuah majalah dikursinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Quandary [Jeno X Siyeon]
Fanfiction"Aku buruk, berkepribadian ganda. Menjauhlah, maka aku tidak bisa menyakitimu."-Jeno ~♪♪♪♥♥♥♪♪♪~ "Aku lebih buruk darimu, tugas ku menyiksa bahkan membunuh. Aku yang lebih berdosa disini."- Siyeon. . . . . . . . . Seorang pemuda bernama Lee Jeno yan...