CHAPTER 22||Beautiful Timer

378 54 28
                                    

"Ta-tangan nya tadi bergerak Dok." Siyeon nampak masih tidak percaya akan yang dilihat nya.

Pagi ini saat ia terbangun, dirinya tak sengaja menemukan sebuah kotak kecil yang terlilit pita cantik diatasnya. Ia tidak tahu pemiliknya. Namun sebuah surat disana bertuliskan..

'Happy birthday'

Terpampang jelas disana. Ia tersenyum bahagia. Membuka kotak tersebut perlahan namun sedikit tidak sabaran. Bahkan dirinya saja lupa kapan ia berulang tahun dan itu sudah lewat begitu saja.

Botol kecil didalam nya berkilau indah. Ia bisa melihat isi didalam botol transparan itu, cantik sekali.

Sebuah botol parfum kaca yang pernah ia minta dan selalu menjadi kesukaan nya.

Parfum Gloriosa.

Siyeon kemudian hendak berdiri setelah menaruh dengan hati-hati botol tersebut. Ia ingin membersihkan dirinya sebentar. Namun matanya sedikit melirik pemuda yang sedang tertidur pulas dan tenang itu.

Ia mulai berjalan mendekati dan tersenyum samar.

"Tidak kah kau lelah tertidur setiap hari, Jeno. Apa mimpimu terlalu indah sampai kau tidak ingin bangun?" Lantas gadis itu mengusap cepat matanya yang sudah mulai menggenang lagi.

Sepersekon detik saat tangannya hendak menyentuh lengan pemuda itu. Siyeon terkejap kala merasakan pergerakan kecil pada jari pemuda itu. Matanya tidak mungkin salah lihat bukan?

Siyeon nampak mengernyit dan masih berdiri kaku. Lalu saat ia tersadar ia mulai membulatkan mata coklat lembutnya dan berlari keluar dengan tangan yang menutup mulutnya.

Siyeon berteriak mencari dokter bak orang kesetanan.











"Dia baik-baik saja, akan tetapi fungsi sistem tubuhnya masih lemah dan sedikit efek obat itu masih ada, sebaiknya jangan terlalu ramai mengunjunginya didalam sana." Dokter Shin menatap orang-orang yang sedang duduk didalam ruangan nya itu.

"Baiklah, terima kasih Dokter Shin telah bekerja keras atas semuanya." Ucap Tuan Lee terdengar lebih semangat dari sebelumnya.

Dokter Shin hanya membalas dengan senyuman lembutnya. Mereka membungkukkan tubuh mereka sebelum keluar dari ruangan itu.












Tidak ada kesedihan lagi. Namun didalam ruangan VIP itu bisa dirasakan atmosfir yang cukup canggung.

"Kau sudah merasa baik, nak. Apa ada yang sakit? Katakan pada kakek."

Tuan Lee, Namjoon dan Haechan tampak masih khawatir akan keadaan pemuda itu yang baru tersadar pagi tadi.

Jeno tidak bicara apapun, pemuda itu hanya duduk tenang. Hazzel kembar birunya itu sibuk menatap keluar jendela.

Haechan menghembuskan napas pelan. "Jen? Kau butuh sesuatu? Jika kau diam saja, mana kami tahu kau ingin apa."

Namjoon yang berada disebelah Haechan dengan cepat menyikut pelan lengan pemuda itu. Dan membuat Haechan mendongak menatap Namjoon yang memasang wajah datar menatapnya.

Haechan memang terkadang suka bicara blak-blakan. Pemuda itu cukup membuat jengkel setengah mati.

Haechan menyengir menunjukkan senyum tak bersalah nya. "Aku hanya bercanda. Berhenti menatapku seperti itu, Namjoon hyung."

Tuan Lee tersenyum, terlihat gurat keriput menghiasi wajahnya. Ia mengelus lembut rambut hitam Jeno. Namun pemuda itu tak memberi refleks apapun. Ia masih fokus menatap keluar jendela.

Quandary [Jeno X Siyeon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang