CHAPTER 6||WHY?

574 71 46
                                    





















"Mark, eomma akan pulang ke kampung seperti biasa besok. Tolong jaga rumah dan tuan muda jeno ne."

Bibi Rae yang sedang menyiapkan makan malam segera duduk kembali saat semua sudah tertata rapi diatas meja makan.

"Baiklah eomma. Jangan khawatir." balas Mark yang duduk di samping eomma nya.

"Em, dan ajarkan pada Siyeon apa saja mengenai waktu makan juga minum obat Jeno." Bibi Rae meraih piring dan meletakkan di masing-masing bagian untuk makan malam.

"Nah, makan malam sudah siap. Tolong kau panggilkan Siyeon dan Jeno turun kesini."

Mark mengangguk dan langsung beranjak menuju lantai atas. Jarak dari ruang makan lumayan jauh mengingat meski rumah itu hanya bertingkat dua tetapi rumah itu sangat luas.

***









"Kau ingin sesuatu lagi?" Tanya Siyeon yang sedang menyuapkan bubur pada Jeno.

Jeno mengangguk dan menunjuk sesuatu disampingnya.

"Ingin minum." ujar Jeno yang bersandar pada punggung kasurnya.

Siyeon segera meraih segelas air yang sudah disiapkan nya diatas nakas disamping kasur Jeno.

"Kenapa wajah mu begitu?" Jeno tiba-tiba memegang pergelangan tangan Siyeon, meraih gelas dan menaruh nya kembali.

"Hm?" Alis Siyeon mengkerut tak mengerti.

"Aku memperhatikan mu dari tadi. Cerita lah. Apa kau tidak suka mengurusku?" Jeno masih memperhatikan Siyeon dengan tingkah anehnya.

"Ah, bukan seperti itu. Apa kau bercanda? Aku baru saja bekerja hari ini dan aku sangat senang."
Siyeon berucap dengan menggulung senyum manisnya.

"Aku tidak percaya." Jeno menaikkan sebelah alisnya menatap ke arah Siyeon.

"Yak! Kenapa kau mau ikut campur urusanku? Dan..ada apa denganmu saat ini. Berbeda sekali." Siyeon menaruh kembali mangkuk berisi bubur yang dipegangnya ke atas nakas.

Siyeon ingin berdiri dan beranjak dari sana. Namun Jeno menahannya. Mencengkram lengan nya dengan sangat kuat.

Sontak tubuhnya berbalik dan lengannya menubruk sisi samping kasur itu.

"Yak!..aww. Appo!"

Siyeon meringis kesakitan. Lengannya tergores sedikit.

"Jangan coba-coba pergi dari sini! A-aku takut."

Siyeon menatap jelas Hazzel biru itu. Mata yang memberikan nya kedamaian namun ada sedikit ketakutan didalam sana.

"Baiklah aku akan disini. Lepaskan tanganku." Siyeon duduk lagi disamping Jeno yang sedang berbaring.

Ngomong-ngomong lengannya masih di pegang kuat oleh tangan jeno.

*

Tok..tokk..

Tanpa memberi salam Mark langsung membuka pintu kamar yang tidak terkunci itu. Dengan langkah pelan ia memicingkan matanya kearah sudut kiri kamar itu.

Quandary [Jeno X Siyeon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang