CHAPTER 9||The Love?

559 69 73
                                    

[❤]
[❤]
[❤]
[❤]
















"Sudah coba periksa ke ahli jiwa?"

"Sudah, hingga yang dari luar korea pun hanya bisa bantu dengan obat. Apa gunanya obat itu? Sampai saat ini tidak ada perubahan sama sekali."

Mark dan Siyeon sedang melamun memandang seseorang yang sedang lelap tertidur memeluk boneka bear besarnya. Mereka duduk di sofa kamar yang berbalut warna blue sea itu.

"Kau sangat menyayanginya, ya?"

Siyeon sejenak menatap arah mata Mark yang memandang sedih kedepan dengan kedua tangan menangkup dagunya.

"Hm, tidak ada yang lebih kusayangi dari mereka berdua Eomma ku dan Jeno hyung. Sejak aku masuk kekehidupan nya, ia sangat senang dan menganggap ku seperti adiknya sendiri."

Mark menoleh sebentar kearah Siyeon dan menghembuskan deru napasnya. Kemudian kembali menatap kedepan.

"Jeno hyung orang yang sangat baik. Sangat. Aku tak menyangka ada orang yang sebaik dirinya dan keluarganya yang menganggap orang lain seperti aku dan eomma sebagian dari keluarganya. Sedangkan status kami hanyalah orang asing yang membutuhkan tempat berlindung." Lanjut nya lagi.

Siyeon terdiam sejenak. Mengalihkan arah pandangnya. Terangkat sedikit senyum di bilah bibirnya.

Mark sendiri sebenarnya tidak bermaksud untuk masuk kedalam kamar Jeno. Hanya saja Siyeon terus saja mengirimi nya pesan untuk membantunya.

Mark menurutinya. Itulah yang membuat mereka sekarang sedang bercakap-cakap didalam kamar itu dengan Jeno yang sudah tertidur memeluk boneka bear sebagai pengganti Siyeon.

"Ah, sudahlah Noona. Apa kau tidak mengantuk? Hoamm— aku akan pergi kekamar ku dulu kalau begitu."

"Mark—–"

Langkah Mark terhenti saat ia sudah berada di ambang pintu kamar itu. Ia kembali menoleh kearah Siyeon yang masih duduk di sofa. Alis nya terangkat sedikit.

"Apa besok kau sibuk? Kalau tidak aku ingin kau menjaga rumah, karena—"















"—–aku ingin mengajak Jeno kesuatu tempat."

Mark hanya menganggukan kepalanya dan tersenyum.

"Ya tidak masalah, bawa obatnya sekalian."

Lalu ia melenggang pergi.

***













"Namjoon hyung, apa aku boleh menginap disini sampai Siyeon kembali?"

Haechan lagi-lagi memohon untuk yang kesekian kalinya. Namjoon mengurut pelipisnya kasar. Anak itu sungguh keras kepala.

"Percuma, bocah. Siyeon lebih fokus pada tugasnya, dia tidak akan kembali kemarkas untuk saat ini."

Chanyeol sudah sangat kesal dengan haechan sedari tadi.

"Aku tidak bertanya pada mu, om."


Tatapan tajam antar keduanya terjadi lagi. Namjoon sudah sangat jengah. Chanyeol yang menyuruh Namjoon untuk bersabar menghadapi bocah—haechan—itu, malah dirinya yang tidak bisa mengontrol emosi nya sendiri.

Quandary [Jeno X Siyeon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang