CHAPTER 16||Thanks

392 64 1
                                    

[Quandary]

🌷
🌷
🌷
🌷









"Jim, bangunlah." Tepukan pelan pada bahu Jimin membuat dirinya membuka mata dan melihat Siyeon yang sudah berdiri disampingnya.

"Bersihkan dirimu Jim. Setelah itu kita makan malam. Aku akan memasak dulu." Siyeon tersenyum lembut, kakinya mulai melangkah namun terhenti saat Jimin menarik lengannya.

Jimin ikut mendudukkan Siyeon disebelahnya.

"Tunggu dulu. Aku ada sesuatu untukmu."

Jimin mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya. Sebuah kotak. Ia mulai membukanya. Wajah Siyeon sedikit terkejut.

"Kau tahu, kuharap gelang ini yang bisa menemanimu saat aku tidak ada. Kerjakan lah tugasmu dengan baik. Aku sudah meminta cuti dikepolisian hingga hari ulang tahunmu."

Jimin memegang tangan Siyeon dengan lembut. Memasangkan sebuah gelang indah di lengannya. Gelang yang memiliki warna putih mengkilap dan terdapat satu huruf yang bertengger disana.

"Indah bukan? Aku sengaja membelinya tadi untuk adik kesayangan ku ini. Ada inisial 'S' disana yang kupilih sesuai dengan namamu." Jimin tersenyum lembut sembari mengusap pelan rambut Siyeon.

Siyeon sedikit menunduk memperhatikan dan mengusap gelang itu. Sudut bibirnya mulai terangkat menampilkan senyum haru nya.

Ia segera memeluk Jimin dengan isakan kecil yang terdengar. Tangannya erat memeluk leher pemuda itu dan tanpa henti mengucapkan 'terima kasih' disela isakan nya.

Jimin mengusap punggung adik nya lembut. Mulai melepas pelukan Siyeon dan tersenyum hangat menatap gadis itu.

"Kau cengeng sekali sih. Kau sudah bekerja dengan baik Yeon. Dan sekarang aku harus membersihkan diriku dulu. Oke."

Kedua tangan Jimin menangkup pipi basah Siyeon. Mendekatkan padanya seraya mengecup lama pucuk kepala gadis itu. Mengusak rambut Siyeon sebentar kemudian melenggang pergi untuk membersihkan diri.

Siyeon sendiri melangkah menuju dapurnya dan mulai memasak.

****







"Oh, kau sudah bangun rupanya." Siyeon segera meletakkan nampannya di atas meja nakas disamping tempat tidur Jeno.

Gadis itu ikut duduk disebelah Jeno.

"Kau lapar?" Tanya nya sembari menatap Hazzel biru pemuda itu.

"Kepala ku pusing sekali." Ucap Jeno. Tangannya bergerak memegang kepalanya yang sesekali terasa berdenyut.

"Aku membawakan mu bubur. Makanlah."

Mendudukkan tubuhnya disamping kasur dengan perlahan, Jeno membuka mulutnya menghabiskan satu sendok bubur itu sekali telan.

Terlihat manja memang. Tapi Siyeon tahu ini sudah menjadi bagian dari tugasnya. Dan ada sesuatu yang bergejolak pada dirinya. Terkadang setiap pagi menatap sepasang Hazel biru kembar itu selalu membuatnya terpesona.

"Aku ingin ke kamar mandi."

Meski tungkai kaki nya tidak begitu kuat untuk membantu nya berjalan, Jeno menyeretnya paksa. Kepalanya pening luar biasa.

Sepasang lengan mengapit tangannya. Siyeon dengan cepat menopang pemuda itu yang hampir limbung. Berdecak kecil, Siyeon menatap kesal ke arah Jeno.

Quandary [Jeno X Siyeon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang