♣»
♣»
♣»
♣»"Tuan muda, apa anda ingin sesuatu?"
Seorang wanita paruh baya sedang membenahi pakaian tuan mudanya. Tidak tahu apa yang ada dipikiran tuan mudanya itu. Melirik kekanan dan kekiri tanpa mau memberitahu apa yang dia inginkan.
"Apa tuan muda tidak nyaman dengan baju tidur ini?"
Dan lagi. Tuan mudanya itu hanya melirik bayangannya sendiri di cermin tanpa mengatakan apapun. Pandangannya terlihat kosong.
"Bibi rae, kurasa tuan muda butuh menenangkan pikirannya dulu. Biarkan dia sendiri. Dia tidak akan mengacau, aku sudah meminumkan obatnya tadi sore, dan kami izin pamit pulang."
Seorang maid tiba-tiba saja datang. Memberitahu bibi rae yang sedang kesulitan mengurus tuan mudanya itu. Mereka segera meninggalkan ruangan tuan mudanya yang masih menatap dirinya sendiri didepan cermin.
"A-aku sehat. A-aku tidak gila. Ka-kalian semua jahat."
Pemuda itu mulai bergumam sendiri didepan cermin sedari tadi. Mengucapkan kata yang dia sendiri pun mungkin tidak menyadarinya.
Dia menoleh kekanan dan kekiri. Terkadang matanya awas menatap jendela kamarnya yang selalu tertutup.
Dia mulai mendudukkan bokongnya ke kasur. Menunduk sebentar, mengayunkan kakinya seperti anak kecil. Sesekali matanya memandang kamarnya yang begitu luas dengan balutan warna blue sea.
***
Suasana diruang tengah rumah megah itu begitu sepi tanpa suara kegaduhan. Hanya beberapa pegawai dan maid yang bekerja. Sebagian juga sudah pulang karena harus mengurus keluarga mereka masing-masing dirumah karena ini sudah malam tepatnya batas waktu jam kerja mereka.
Bau harum dari arah pantry, dapur rumah itu tercium hingga memenuhi penciuman. Bibi rae sedang memasak makan malam. Beberapa makanan sudah diletakkan diatas meja.
"Mark!...ajak tuan muda untuk makan malam bersama." Perintah bibi rae pada seorang remaja yang kini sedang tergesa gesa berlari kecil menghampirinya.
"Kenapa diam saja, ayo ajak dia kemari. Tuan muda pasti lapar. Cepatlah mark!" Suruh bibi rae lagi.
Namun remaja itu hanya menunduk dan jemarinya meremas pelan baju bawahnya.
"Aku takut eomma ..." lirih remaja bernama mark itu.
Bibi rae hanya menatap sendu anaknya itu. Sudah lama bibi rae bekerja dirumah megah ini. Dia tak menyangka bisa diterima bekerja di rumah itu dulunya.
Bibi rae melamar kerja 5 tahun yang lalu. Sudah lama sekali. Dia memutuskan membawa mark tinggal dan bekerja dirumah itu karena mark akan sendirian jika tinggal dirumah mereka dikampung daegu. Ayah mark sudah lama tiada sehingga bibi rae harus membanting tulang menafkahi nya sendiri.
"Mark!..eomma sudah katakan tak ada yang perlu ditakutkan.
Berhentilah terpengaruh teman-temanmu."Mark masih diam tidak berkutik. Pikiran dan hatinya kalut seolah tidak tahu apa yang akan dilakukannya.
Mark menyerah. Dia tahu masih ada rasa takut yang menyerang. Tetapi hati kecilnya dengan segera menepis perasaan itu. Dia segera pergi menuju kamar tuan muda itu dan segera mengajaknya makan malam bersama.
***
Dilain tempat, suara teriakan memerintah mendominasi ruangan itu yang tertutup rapat.
Terdapat tujuh orang yang berada didalam sana. Mencoba memfokuskan dan memasang telinga dengan baik mendengar atasan mereka."Apa aku bisa berganti peran disini, namjoon- ssi ?".
Sebuah suara memotong pembicaraan atasannya didepan.
"Apa maksudmu siyeon- ah?"
Atasannya namjoon itu berbalik bertanya. Mengerutkan alisnya. Menatap siyeon dengan senyuman kecil. Dia tahu gadis itu tidak akan menyerah.
"Kau memberikan tugas yang seharusnya menjadi tugasku kepada Lucas. Aku tau aku satu-satunya gadis yang bekerja disini. Tapi aku tak selemah itu kau tau!." Ucapnya menaikkan dagu pongah sembari melirik Lucas yang hanya menatapnya malas.
"Justru itu bos besar mengandalkan mu untuk tugas ini. Kau kira ini tidak membutuhkan skill dan energi?. Ini tanggung jawab besar." balas namjoon dengan memegang sesuatu ditangannya.
Seketika semua pasang mata yang berada didalam ruangan itu menatap tajam kearah benda yang ada digenggaman namjoon.
"Golden card...bos besar sudah menyiapkan hadiah spesial ini yang menjadi pemenang dalam misinya. Uang didalamnya tidak terbatas. Jadi siapkan kemampuan untuk tugas kalian masing-masing."
Semua menjadi riuh. Memikirkan bagaimana mereka akan mendapatkan kartu itu. Sedangkan siyeon masih berkutat dengan pikirannya sendiri.
Bukankah tugasnya itu ringan?. Hanya menjaga seorang bocah kan?. Dengan begitu dirinya akan mudah mendapatkan kartu itu dan dengan segera melepas rasa sakit dihatinya.
"Jadi bagaimana?". Ucap namjoon tiba-tiba, membuyarkan lamunan siyeon dan membuat yang lain berhenti bicara dan menatapnya.
"Ya..ya..aku menerimanya. Serahkan dokumennya dimejaku nanti".
Siyeon menungkat dagunya diatas meja pertemuan itu.
Bunyi ponsel bergetar di saku celana siyeon. Dia melihat layar ponselnya dan tersenyum ceria siapa yang mengirimkannya pesan.
From: chim❤
Pulanglah kerumah jangan begadang di sana. Aku sudah memasak makan malam. Jangan sampai dingin....
Siyeon dengan cepat membalas pesan tersebut dan menaruh ponselnya kembali.
"Siapa?" Tanya teman yang duduk disebelahnya mengamati gerak gerik siyeon yang jarang sekali tersenyum. Tapi hanya dengan satu pesan dia senyum merekah seakan mendapat jackpot.
"Bukan urusanmu Chanyeol!" ketus nya dengan mendelik tajam kearah chanyeol.
Chanyeol hanya menanggapinya biasa saja. Siyeon ini angkuh. Urusannya tidak suka dicampuri orang lain. Tapi tidak ada yang berani dengan siyeon. Karena meskipun seorang gadis tapi dia terkuat di divisinya. Bahkan menjabat sebagai ketua divisi saat ini sehingga berada di pertemuan itu.
"So, untuk keenam ketua divisi disini. Jangan lupa apa yang kusampaikan tadi. Kalian harus menyelesaikan tugas ditempat masing-masing. Kita akan bertemu di markas Districk Hannam-dong di seoul." Ucap namjoon menutup meeting dan berlalu pergi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc.Aku double up 😌.
Voment ya yorobun.
Masih pada bingung dengan ceritanya?. Stay tune terus ya.
See u next chap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Quandary [Jeno X Siyeon]
Fanfiction"Aku buruk, berkepribadian ganda. Menjauhlah, maka aku tidak bisa menyakitimu."-Jeno ~♪♪♪♥♥♥♪♪♪~ "Aku lebih buruk darimu, tugas ku menyiksa bahkan membunuh. Aku yang lebih berdosa disini."- Siyeon. . . . . . . . . Seorang pemuda bernama Lee Jeno yan...