"Aiden gak setuju kalau Iqbaal harus tinggal di rumah sait jiwa." Kata Aiden sambil menggeleng kan kepalanya. Ia benar benar tidak habis pikir akan jalan pikiran pria paruh baya didepannya itu. Bisa bisa nya menjebloskan anak kandung nya sendiri dirumah sakit jiwa.
"Cuma itu yang terpikir diotak Om setelah melihat Iqbaal menyakiti dirinya sendiri. Dan itu sama persis dengan apa yang di lakuin mendiang ibu nya. Om paham disini Om yang salah, tapi Om mau memperbaiki Iqbaal sebelum hal terburuk terjadi sama anak Om."
"Om, selama ini Aiden selalu bersama Iqbaal. Apa yang Iqbaal rasain itu juga yang Aiden rasain, Iqbaal sakit begitupun Aiden, Iqbaal bahagia begitupun Aiden. Aiden belum pernah se sayang ini sama temen Om, sama seperti Iqbaal yang nganggep Aiden seperti saudara kandung nya. Aiden mau lindungin dan jagain Iqbaal sama seperti saudara kandung Aiden sendiri. Coba Om pikirin, apa Om tega misahin dua anak lelaki Om sendiri?"
Ayah Luthfy tertegun sambil menatap Aiden. Remaja didepannya memang sudah seperti anak nya sendiri, tidak heran jika Aiden tidak terima akan saran Luthfy.
"Bukan kah akan lebih memperburuk keadaan jika Iqbaal tiba tiba dianggap gila oleh ayah nya sendiri." Kata tegas Aiden
Double kill
Aiden berdiri dari duduk nya, ia menunduk. "Maaf jika perkataan Aiden menyinggung Om. Aiden minta maaf, hujan sudah reda Aiden pamit pulang."
Aiden meraih tas dikursi sebelah dan memakainya. Baru beberapa langkah Aiden harus terhenti kala Ayah Luthfy memanggilnya dan mengintruksi Aiden untuk duduk kembali. Nampaknya, Ayah Luthfy masih ingin berduskusi dengan remaja pria ini.
Flashback off
Aiden memijat pangkal hidung nya, ia sedang belajar untuk ulangan matematika esok hari namun pikirannya melalang buana membuat fokus nya hilang. Pikirannya masih melayang kearah pembicaraannya dengan Ayah Luthfy dua hari yang lalu.
Ayah Luthfy meminta Aiden untuk memikirkan bagaimana caranya gadis yang disukai Iqbaal agar menyukai balik Iqbaal. Nyatanya saja, (Nama kamu) bersikap menghindari Iqbaal dan menolak berulang kali cintanya Iqbaal.
Memikirkannya saja Aiden merasa sakit, bagaimana bisa Aiden memikirkan sebuah acara untuk Iqbaal mendapatkan cinta nya (Nama kamu) sedangkan dari sisi Aiden sendiri ia merasa hancur.
"Oi, belajar mulu lo."
Aiden setengah kaget lalu menoleh cepat ke sumber suara. Aiden mengumpat. "Sialan, kaget gue."
Darrel terkekeh lalu tiduran diatas kasur Aiden, Aiden memutar kursi belajarnya menghadap Darrel. Darrel ini sahabat nya Aiden sejak masih di PAUD sampai sekarang, kadang kadang Darrel suka menginap dirumah Aiden kalau kalau diusir Mamanya karna pulang terlambat. Mereka terpisah karna SMA nya beda.
"Diusir lagi?" tanya Aiden, Darrel ngangguk.
"Keluyuran mulu sih, tunggu aja nama lo di kartu keluarga di coret sama bokap lo. Dan disitu jangan harap lo kerumah gue lagi." ancam Aiden
"Ck, iya iya Cuma malem ini doang kok."
Aiden menghela napas. "Gak belajar lo?"
"Hm udah pernah."
"Buset."
Darrel terkekeh lalu mengubah posisi menjadi duduk. "Eh gue kemaren kerumah lo, mau ps an bareng. Tapi lo nya gak ada, kemana?"
"Oh itu, gue dirumah Iqbaal. Nemenin takutnya kumat."
Darrel terlihat menggeleng. "Lo dibayar berapa sih jadi babysister nya Iqbaal, heran gue lo kok ya nurut nurut aja gitu. Mbok ya nolak."

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Scenario
FanfictionJudul terinspirasi dari lagu IKON cerita berasal dari imajinasi author sendiri. Sekian,silahkan nikmati alur cerita nya ^^