Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lemah dah w 👆😫
●●●
Tiga hari berlalu
Iqbaal merebahkan tubuhnya diatas kasur Aiden, pria itu meletakkan lengan kanan nya untuk menutupi kedua matanya. Aiden mengedikkan bahunya kala melihat tatapan Darrel. Aiden melanjutkan game nya. keduanya duduk dengan berpegangan stik ps.
“Lo kenapa baal, dateng dateng main tidur aja” kata Aiden
“Udahan ah mainnya menang terus gue capek” sahut Darrel beranjak dari duduknya ikut berbaring disebelah Iqbaal
“Sombong banget soang” Aiden menggeleng kan kepalanya lalu merapikan stik ps nya. “Makan dulu baal dibawah. Mama masak banyak tadi”
“Oh ya lo kemana aja dari pagi ngilang dan gak ngajak gue” lanjut Aiden
“Penting banget ngajak lo” balas Darrel sambil memainkan ponselnya
Iqbaal bangkit dan duduk dengan wajah lesu dan rambutnya yang sedikit acak acakan, wajahnya sayu namun masih memancarkan aura ketampanan cowo itu.
“Lo darimana? Nyokap bokap lo juga nanyain gue tadi” ulang Aiden
“Gue ke bandara”
“Apa? ke bandara? Ngapain?”
Darrel ikut duduk disebelah Iqbaal “Ada yang gue dan Aiden gak tau, lo aneh belakangan ini. Meski gue gak terlalu deket sama lo, gue menyadari sesuatu yang lo gak mampu buat pendem sendiri”
Iqbaal menatap Darrel lalu berdecak, Darrel tidak banyak berubah masih pintar menilai dan menebak “Dulu nyokap lo nyidam apaan dah atau keluarga lo ada turunan cenayang? ya gue akui lo tepat sasaran”
Aiden manarik kursi belajar dan duduk berhadapan kedua temannya “Apa? apa?”
Iqbaal menghela napas “Gue abis nganter Mila ke bandara, dia balik ke Amerika”
“Yaelah gitu doang lo galauin, santuy lah bru lo masih bisa nyusul. Elah gue kira apaan” kata Darrel
“Bukan hanya masalah gitu Rel, ini problem nya beda.” Kata Iqbaal “Gue udahan sama dia”
“Apa?!” Darrel dan Aiden berucap bersamaan
“Iya udahan, putus gitu”
“Kenapa bisa? Setahu gue kalian baik baik aja dan keliatan cocok cocok aja” kata Aiden
Iqbaal membaringkan tubuhnya lagi memandangi langit langit kamar Aiden yang berwarna biru dan sedikit motif awan disana. “Hubungan kami memang baik dilihat dan enak dipandang. Tapi gue mutusin buat tinggal di Indonesia dan Mila paling anti hubungan jarak jauh, jadi kami mutusin buat udahan gitu aja”
“Tapi bukan karna (Nama Kamu) kan?” kata Darrel, cepat membuat Iqbaal kembali duduk
Tepat sasaran part 2
Aiden juga ikut memandang Iqbaal selidik “Lo masih ada perasaan sama (Nama Kamu)? setelah empat tahun ini?”
Iqbaal kembali menghembuskan napas “Salah satu alasan gue setuju mengakhiri hubungan gue dan Mila”
“ Lo berdua jangan berburuk sangka dulu, gue memiliki rasa sama Mila sewaktu kami berhubungan. Gue menjaga dia dan gue sayang sama Mila, Mila yang selama ini bantu gue sembuh. Tapi semakin gue memperdalam perasaan gue ke Mila, perasaan itu lebih kayak sahabat ke sahabat nya sendiri. Lo berdua paham gak sih”
Aiden mengangguk sambil mengusap usap dagunya
Darrel menjetikkan jarinya “Intinya?”
“Gue tipe orang yang sekali suka sama sesuatu akan selalu gue jaga dan gue pertahanin. Ai, lo inget gue lo pernah ngasih gue mainan bus Tayo. Sampai saat ini mainan itu aman sama gue, gue jaga dan gue rawat mainan itu. Jadi, lo bisa bayangkan gimana perasaan gue dulu ke (Nama Kamu) dan sampai sekarang”
“Jadi lo masih ada perasaan lebih?” tanya Aiden
Iqbaal mengangguk. Darrel melempar Iqbaal dengan bantal
“Lo kenapa dah Rel!”
“Sadar baal sadar, (Nama Kamu) minggu besok udah mau ijab kabul. Gue tau lo berkabung tapi tolong lo jangan ngibul gitu” kata Darrel. Aiden terkekeh sebentar
“Iya iya gue tau dan gue inget betul hari pernikahan dia, tapi gue—arggh tau dah pusing kepala gue” kata Iqbaal mengacak acak rambut hitam legamnya
“Terus sekarang lo mau apa? ya gue akui akting lo bagus banget ketika mengakui lo bener bener sayang ke Mila dan seolah olah sok gak peduli ke (Nama Kamu). Cih soang” cerca Aiden
Darrel merangkul Iqbaal “Entah pikiran kotor gue mulai bermunculan saat ini juga. Baal mending lo batalin pernikahan (Nama Kamu), sekarang”
Kali ini Aiden melempar wajah Darrel dengan spidol “Astaga Darrel!! Otak lo astaga—gimana bisa lo—waah.. enggak jangan turutin iblis disebelah lo itu. Itu gak bener”
“Salah gue apa coba”
“Masih sempet nanya lagi! woy (Nama Kamu) akan jadi istri orang woy!”
“Masih akan Ai, masih ada kesempatan buat Iqbaal”
“Dan Iqbaal baal di katain pebikor Rel, lo ngerti harga diri gak sih”