03. Sebuah Keraguan

2.3K 363 3
                                    



“Jadi, Si playboy kelas kakap itu—i mean Iqbaal malem malem kerumah lo nganterin coklat segini banyaknya buat lo? Wah gelaseh.” Heboh Dara kala sang sahabat selesai bercerita

(Nama kamu) mengedikkan bahu acuh, ia lebih memilih melihat anak anak cowo tengah bermain futsal. Cuacana hari itu sedikit mendung dengan angin semilir dingin, seperti akan hujan. Beberapa kali (Nama kamu) menggosok lengannya akibat angin menerpa pori pori kulitnya.

“Terus terus Iqbaal bilang apa? maksud gue apa dia nembak lo lagi atau ngerayu lo lagi gitu.” Cerca Dara

(Nama kamu) menarik senyum tipis. “Dia bilang mau ketemu gue terus ngucapin selamat malam minggu doang. Gak guna emang ngucapin begituan.”

“AAAHHH, manis nyaaaaa.” Dara mupeng. “(Nam)..”

“Heum..”

“Gini deh, selama ini Iqbaal udah berulang kali nyatain perasaannya ke elo. Dan berulang ulang kali pun elo nolak Iqbaal. Lo sadar gak sih selama ini Iqbaal itu berjuang buat ngalihin perhatian elo, ngeluluhin hati elo. Mana ada pernah Iqbaal gitu ke cewe cewe lain selain elo. Gue rasa Iqbaal serius sama lo.”

“Jadi, gue pikir Iqbaal udah tobat dan serius sama lo.” lanjut Dara.

(Nama kamu) memilih diam dan mencerna ucapan Dara baik baik. Ucapan Dara ada benarnya, jika diingat ingat selama ini Iqbaal selalu mengejar ngejar (Nama kamu), menyatakan perasaannya kepada (Nama kamu) berulang kali meski (Nama kamu) selalu menolaknya. Iqbaal tetap tidak menyerah.

Perilaku manis Iqbaal untuk nya juga terkadang membuat (Nama kamu) tersentuh. Apa tidak salah menerima Iqbaal? Namun, teringat akan ke-playboy an Iqbaal membuat gadis cantik itu meragu. bagaimana jika Iqbaal hanya  pura pura serius dengannya lalu menjadikan (Nama kamu) korban selanjutnya?

Lamunan (Nama kamu) pecah kala mendengar suara tawa. (Nama kamu) mencari sumber suara tawa yang seperti tidak asing ditelinganya. (Nama kamu) menyunggingkan sebelah bibirnya, ia rasa pilihan untuk menerima dan memberi kesempatan pada Iqbaal bukanlah pilihan yang tepat.

Lihat saja, Iqbaal tengah bersendau gurau dengan para gadis gadis di DPR yang ditidak jauh dari posisi (Nama kamu) dan Dara.

Semalam dan kemarin Iqbaal bersikap manis dan seolah mencerminkan bahwa ia benar benar serius ingin menjalin hubungan dengan (Nama kamu), namun sekarang di hari yang berbeda. Iqbaal seperti kembali pada asalnya.

“Gue rasa lo salah Ra.” (Nama kamu) menoleh pada Dara. Dara mengernyitkan dahi. “Gue masih gak yakin bahwa Iqbaal bener bener serius sama gue. Bisa aja gue dijadikan pelampiasannya karna Iqbaal gak nemuin korban selanjutnya. Lo tau sendiri gue Ra, gue gak mudah luluh gitu aja.”

(Nama kamu) berdiri dari duduknya. “Ra, makasih sarannya. Tapi biar gue nilai sendiri nanti kedepannya. Oh ya, udah gerimis lo mau balik kelas atau gak?”

Dara menggeleng. “Enggak, gue masih ada keperluan sama Osis. Lo duluan aja. hati hati.”

(Nama kamu) mengangguk kecil, lalu mengambil langkah pergi. Dara menatap punggung (Nama kamu) yang semakin menjauh. Dara menghela napas, lalu menoleh kesamping tepatnya kearah dimana Iqbaal tengah berkumpul dengan para gadis gadis. Dara bangkit dari duduknya dan memilih hengkang dari tempat.

***

sementara di tempat Iqbaal berada. Cowo tampan itu tengah berkumpul dengan para gadis gadis dan juga sahabat karib nya.

“Wah sayang banget, Iqbaal udah gak bisa di goda lagi.” ujar salah satu gadis. Namanya Nazwa. “Udah gak jadi playboy kelas kakap yang tiap jam tiap hari gonta tanti pacar.”

Love ScenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang