OL33 - 4 vampires

6.3K 360 6
                                    

Hi😁
Sorry late post, kalau ada typo mohon dibenerin.

Happy Reading
***

Langkah demi langkah mengakhiri alunan musik terakhir,tidak lepas dari injak menginjak membuat keduanya sedikit merasa bersalah. Pada nada terakhir setiap pasangan akan memberikan hormat kepada lawannya. Tatapan tajam itu masih saja setia memperhatikan wanita itu tanpa berkedip sedikit pun, membuat rasa canggung menyelimuti dua insan ini, hanya Kenzie yang tau mengapa dia menatapnya dengan intens sedari tadi.

Leo menghampiri mereka dengan segelas darah di tangan, senyuman menawan ia perlihatkan ke semua orang, berbeda dengan Kenzie yang terus terang melihat orang dengan mata tajamnya, nggak tersentu tapi menyakitkan, mungkin itu julukan yang pas untuk menggambarkannya.

"Kau terlihat sangat serius Ken, ada apa?"tanyanya sambil meminum darah dengan mengoyang goyangkan gelas bening tersebut.

yang ditanya tidak menjawab hanya menoleh sejenak kemudian mengalihkan pandangannya kembali, Cristy hanya tersenyum kecil, kurasa ada sesuatu yang tidak beres dengan dia, pikirnya!

"Aku tidak pernah berdansa dengan seorang wanita, lagi pula aku tidak pandai dalam berdansa,"ucapnya sejujur-jujurnya, awalnya hanya kekehan kecil, karena merasa tidak kuat lagi akhirnya terlepas dengan bebas. Tawa keras menghiasi ruangan ini, bahkan Leo tertawa sampai terpingkal pingkal, semua pandangan tertuju pada mereka bertiga yang menatap heran dengan sebelah alis dinaikkan, untuk menjaga image akhirnya ia meredakan tawa tersebut.

"Ehem,"dehemnya dengan maksud agar semuanya kembali pada kegiatan masing masing.

"Tidak lucu,"ucap Kenzie menatap Leo dan Cristy dengan mata tajamnya. Mata mereka saling melirik satu sama lain, seperti berinteraksi tanpa berbicara.

"Biasa saja wajahnya tuan,"ejeknya.

"Jika kau seperti ini terus sampai abad ke terakhir pun kau tidak akan menemukan matemu, melihatmu saja membuat mereka takut, coba tersenyum,"saran yang Leo berikan sia sia, tidak ada senyuman yang terukir dibibir tebalnya.

Cristy yang melihat mendengus kesal, mereka seperti berbicara dengan sebuah pantung hidup, tangannya dengan spontan menyentuh sisi pipinya dan membentuknya dengan sebuah senyuman lebar.

Kenzie menatap semua pergerakkannya diam, hatinya sedikit berdebar merasa sebuah kehangatan yang jarang ia rasakan. Tubuhnya bergetar saat merasakan sentuhan yang dulu pernah ia terima dari ibunya, sangat sama. Bila saja ibunya masih ada mungkin senyuman ini akan tetap bertahan sampai sekarang ini, tapi mungkin ada seseorang yang mampu mengukir ini dari awal lagi.

Kenzie menampilkan apa yang mereka inginkan, membuat yang tadinya menegangkan aneh menjadi  cair kembali, hanya melihatnya senyum Cristy dan Leo terlihat sangat gembira, sebegitu senangnyakah? padahal menurutnya ini biasa saja, ia menggeleng-gelengkan kepalanya, benar benar aneh! mungkin mulai sekarang hidupnya bakal ada sedikit perubahan.

"Tuan-tuan silakan dilanjutkan, aku akan pergi sebentar saja,"Cristy memundurkan diri dari obrolan asik yang tertunda.

Kenzie mencekal tangan Cristy erat,"mau pergi kemana?"tanya.

"Ke toilet,"tunjukkan ke depan, padahal ia tidak tau dimana letak yang sebenarnya.

"Toilet disana,"Kenzie menunjuk ke arah yang berbanding terbalik dengannya,"heheheh,"Cristy hanya bisa menampakkan cengiranya.

"Biar aku temani."

Langsung saja Cristy menolak ajakannya, tidak baik jika merusak percakapan mereka lagi pula mereka sepertinya lama tidak bertemu,"tidak perlu, aku bisa menjaga diriku sendiri,"tolaknya dengan lembut tapi tetap saja membuat Kenzie sedikit khawatir. Dia bahkan sudah berjanji dengan ayahnya bahwa ia akan selalu berada disisi Cristy.

Our Luna ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang