Don't play with player

10.6K 545 9
                                    

Mobil yang mereka kendarai sudah memasuki tempat parkir, Alya dan Dafka langsung berlari kearah ruangan om Hendra dan hanya menemukan om Hendra yang sedang terbaring dengan mata yang masih tertutup dan seorang suster yang sedang memeriksa keadaan om Hendra.

"Gimana keadaan papa saya sus?" tanya Dafka.

"Sudah mendingan dibandingkan yang tadi mas, kalo mau tau lebih detail nya bisa temui dokternya aja. Kalo gitu saya permisi mas, mbak." Alya tersenyum manis kearah suster tersebut.

"Lo gak ngasih tau tente Rini kan?"

"Oh iya gue lupa, gue mau ngubungin nyokap dulu." baru aja Dafka hendak mengeluarkan ponselnya, lengannya langsung ditarik oleh Alya.

"Jangan bego, kasian nyokap lo nanti cemas."

"Jadi gimana?" tanya Dafka.

"Biar kita berdua aja yang tau, mendingan kita temui dokter aja sekarang."

Alya melangkahkan kakinya menuju ruangan dokter diikuti Dafka dari belakang.

Tok tok tok

"Permisi dok."

"Keluarga pak Hendra?" Alya mengangguk sambil menarik kursi yang ada dihadapan Dokter tersebut.

"Kenapa dengan papa saya dok?" tanya Dafka. Dokter tersebut menghelah nafas panjang.

"Tadi ada seorang lelaki yang ingin menyuntikkan racun sama papa kamu dek, untungnya sebelum racun tersebut menyebar kita sudah melakukan pertolongan pertama jadinya racun tersebut tidak menyebar. Tapi tetap saja kondisinya lagi kritis sekarang." Alya menghelah nafas lega ketika dokter tersebut telah menjelaskan bagaimana kondisi dari Om Hendra.

"Pelakunya gimana dok?"

"Ia sudah dibawa kekantor polisi yang ada didekat simpang tiga." Alya mengangguk mengerti.

"Ehm, yaudah kalo gitu kita permisi dulu ya dok." dokter tersebut mengangguk sedangkan Alya harus menggeret Dafka dahulu karna sejak mendengar penjelasan dari dokter, Dafka hanya terdiam saja.

"Ka." panggil Alya namun Dafka tidak merespon perkataannya.

"DAFKA! LO DENGERIN GUE GAK SIH? Kalo lo mau balas dendam sama tuh pelaku, lo harus ikutin apa kata gue." Teriak Alya yang langsung membuat Dafka langsung tersentak.

"Terus gue harus gimana Al?" lirih Dafka.
Alya menghelah nafas panjang, karna sepertinya rencana yang akan ia lakukan ini sedikit menguras tenaga baik fisik maupun batin. "Lo suka kerja dilapangan kan?" Dafka mengangguk.

Alya langsung menggeret lengan Dafka keparkiran mobil dan mulai mengendarai mobilnya. Sebelum menjalankan mobil tersebut, Alya menyuruh Dafka buat ambil uang yang jumlahnya cukup banyak di Atm yang ada didepan rumah sakit terlebih dahulu.

"Buat apa sih uang segini banyak? Lagian dari mana coba lo dapat nih kartu Atm? Main sama om-om ya lo?" Alya membelalakkan matanya dan refleks langsung memukul kepala Dafka dengan sangat keras.

"Anjing" umpat Dafka.

"Lo tuh yang anjing! Punya mulut gak bisa dijaga banget dah, sembarangan kalo ngatain orang." sinis Alya.

"Jadi, lo dapat uang nya dari mana?"

"Rahasia."

"Nah kan, udahlah jujur aja. Lo main sama om-om kan?" tuduh Dafka lagi sedangkan Alya hanya mampu menghelah nafas panjang.

"Terserah lo deh ka, sekarang kita harus kekantor polisi dulu buat lihat tuh pelaku." ucap Alya langsung menjalankan mobil tersebut kearah kantor polisi. Tak butuh waktu lama buat mereka untuk sampai kekantor polisi itu karna jarak kantor polisi tersebut memang sangat dekat dari rumah sakit.

Aldebaran [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang