Ruang kenangan

9.4K 490 15
                                    

".......Bilang kalo gue kangen kalian." Riko dan Riki mengerutkan dahi mereka.

"Kangen maksudnya?"

"Yaa, kangen aja gitu. Ah udah ah, pusing pala gue sekarang."

"Yaudah lo istirahat aja." Alya mengangguk.

"Gue mau nanya deh sama kalian."

"Apaan?" Alya melirik kearah Riki dan Riko.

"Kalian kuliah kan?" mereka menganguk.
"Jurusan apa?"

"Hukum." jawab Riki dan Riko berbarengan.

"Mereka nepatin janji." batin Alya.

"Kenapa?"

"Kenapa apanya?"

"Kenapa milih hukum?"

"Memangnya kenapa dengan hukum?" Alya terdiam.

"Ekhm, gak papa sih. Cuma, emang cita-cita kalian beneran dihukum? Atau disuruh bokap nyokap?" Riko, Riki dan Aji langsung memandang Alya dengan raut penasaran.

"Kenapa? Gue salah nanya ya?" Riko menggeleng sambil tersenyum.

"Sebenarnya itu permintaan adik kita."

"Kalian punya adik?" tanya Alya dengan antusias. Riko dan Riki mengangguk sambil tertawa.

"Iya dan sebenernya yang mau masuk hukum itu adik kita, dia ingin jadi Jaksa tapi karna beberapa hal yang membuat ia patah semangat. Dan ia tidak bisa menjadi Jaksa." Alya mengerutkan dahinya.

"Btw, adik kalian umurnya berapa?" tanya Alya.

"16 tahun."

"Widih seumuran." Riko mengangguk sambil sesekali menyuapi Alya dengan jeruk yang entah sejak kapan sudah ada diatas meja.

"Terus adik kalian dimana sekarang? Mau dong gue ditemuin sama adik kalian." tak ada satupun dari mereka yang merespon perkataan Alya, hinggah Aji berdehem dengan agak keras dihadapannya.

"Ekhm, udah deh kepo amat dah lo. Mending lo istirahat aja, lagian katanya Dafka itu calon pacar lo, minta rawat sama dia kek kalo sakit." sinis Aji namun tidak direspon apa-apa oleh Alya, Alya hanya terdiam sambil memandang Aji membuat suasana disekitar mereka menjadi canggung.

"Gue nyusahin kalian ya?" lirih Alya membuat ketiga cowok tersebut mengerutkan dahi mereka, sungguh, sikap Alya cukup aneh untuk hari ini.

"Lo kenapa sih?" Alya menggeleng sambil tersenyum dan mengeluarkan ponsel dari kantongnya.

"Halo Ray?"
"Jemput gue sekarang ya? Ntar alamatnya gue kirim."
"JEM.PUT GU.E SE.KA.RANG."
"Makasih beb." Alya mengalihkan pandangnya kearah mereka sambil tersenyum.

"Aku pamit." ujar Alya membuat ketiga pemuda tersebut mengerutkan dahi mereka. Karna sebenarnya mereka tidak tau apa makna dari kalimat yang Alya ucapkan tersebut.

"Lo marah Al? Udahlah omongan Aji gak usah didengerin, dia hanya bercanda kok." ucap Riko.

"Aku gak marah kok bang."

"Terus kenapa sikap lo aneh? Lo juga ngomongnya pake 'aku' bukan 'gue'." lagi-lagi Alya hanya tersenyum kearah mereka.

"Alya gak pa-pa. Alya pamit ya, jangan khawatirin Alya, Alya baik-baik aja kok."

🚀🚀🚀

Kring kring kring

Alya membuka kedua matanya sambil menguap. Ia membelalakkan matanya saat jam tersebut sudah menunjukan pukul 06.30.

"Mampus." Alya langsung berlari kearah kamar mandi untuk segera siap-siap pergi kesekolahnya. Tak butuh waktu lama untuk Alya bersiap, setelah mengecek semua keperluannya Ia langsung berlari lagi kearah luar dan hanya menemukan ruangan kosong saja. Ia mengalihkan pandangannya kearah jam dinding dan ternyata sekarang sudah pukul 07.20.

"Shit" umpat Alya sambil berlari kearah luar. Alya terus berlari kearah halte bus yang ada disekitar rumah tersebut, Alya berlari sampai ia tidak sadar jika ada mobil yang melaju dari arah yang berlawanan darinya.

Sontak pengemudi tersebut langsung menginjak rem saat Alya dengan tiba-tiba berlari menyebrang jalan.

"Woy mbak, kalo mau nyebrang liat-liat dong. Untung gak ketabrak." maki pengemudi tersebut membuat Alya langsung mengalihkan pandangannya kearah pengemudi tersebut.

"Loh Rayn? Kebetulan ada lo, cepet anter gue kesekolah. Udah telat nih." ujar Alya yang langsung masuk mobil dan duduk dikursi penumpang dibelakang.

"Sialan, dosa apa sih hidup gue ketemu lo mulu."

"BURUAN JALAN, MAU GUE BOCORIN BAN MOBIL LO?" teriak Alya.

"Lo tuh gatau diri banget ya, setiap minta tolong ngancam mulu." ucap Rayn sambil mencoba menahan emosinya.

"Tahan Rayn, emang susah kalo ngadapin bocah begini." batin Rayn.

"Bacot. Buruan!" Rayn menjalankan mobil tersebut dengan perasaan kesal.

"Sialan nih bocah, dikira gue supir apa? Awas aja lo, gue bales entar." batin Rayn.

Bugh

"Yee ngakunya pembalap, kalo bawa mobil aja dikecepatan segini kapan nyampenya. Buruan bego ini udah jam -8." Rayn hanya mampu meringis saat kursi pengemudi ditendang oleh Alya dengan keras.

Setelah melewati saat-saat yang terburuk bagi Rayn, mobil tersebut pun akhirnya berhenti didepan gerbang sekolah.

"Dah, sono lo balik." usir Alya sambil berjalan santai kearah pagar sekolah tersebut.

"Sama-sama." sindir Rayn dan langsung menjalankan mobilnya meninggalkan Alya yang masih berdiri menatap gerbang sekolah tersebut.

"Lah? Gimana gue masuknya coba?" gumam Alya. Ia mengelihkan kearah tembok yang diujung dan menemukan sebuah kursi disana.

"Mimpi apa coba semalem? Beruntung banget gue hari ini." Alya langsung memanjat tembok tersebut sambil sesekali mengintip kearah gerbang takutnya ada satpam atau guru yang mergokin dia saat sedang memanjat.

Sementara disebrang jalan tersebut, seorang anak kecil terus memperhatikan tingkahnya.

"Ma, itu bukannya kak Alya ya?" ucap anak tersebut kearah ibunya. Sontak ibu tersebut langsung membelalakkan matanya kearah apa yang ditunjuk oleh anaknya itu.

"Ya ampun Alya."

🚀🚀🚀

Follow me! Jangan lupa VoMent ya.
Kritik dan sarannya juga sekalian :)

Aldebaran [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang