Epilog

11.6K 498 12
                                    

Alya menghelah nafas panjang sambil melirik kekenan dan kiri bergantian, tidak terasa kalau sekarang Alya sudah hampir menyelesaikan kuliahnya bahkan tinggal nunggu hari wisuda saja. Saat ini Alya sedang berada dipesta pernikahan Aji, Alya bahkan gak sedikit gak percaya kalau Aji yang sifatnya kekanak-kanakkan itu lebih dulu menikah dari pada ia, Aji mengambil tema outdoor dipantai dan banyak para wartawan yang datang untuk meliput Aji. Alya melirik kearah sebelah kirinya dan menemukan Dafka yang sedang mengobrol dengan rekan bisnisnya, ya, Dafka memang sudah menjadi Ceo sekarang, semenjak ia tamat Sma, ia semakin giat belajar untuk membangun kembali perusahaan om Hendra yang sempat gulung tikar waktu itu.

"Kapan nyusul?" tanya bang Riki yang tiba-tiba muncul disebelahnya sambil merangkul bahu Alya, sedangkan disebelah bang Riki sudah ada kak Bella istrinya bang Riki yang sekarang sedang hamil 6 bulan.

"Jangan tanya ke gue soal itu, tanya Dafka, yakali gue yang ngelamar dia, kan gak lucu." ucap Alya sambil mendengus, entah kenapa jika berada disekitar kedua abang kembarnya bawaanya itu emosi terus, karena apa? Mereka gak akan pernah malu untuk bermesraan dengan istrinya walaupun sedang didepan umum. Sungguh, mereka berempat adalah pasangan laknat yang tidak memikirkan perasaan kaum jomblo yang belum menikah. Ya walaupun Alya sudah punya pacar, tapi kan itu masih pacar, jadi Alya gak ada hak untuk bermesraan didepan orang-orang.

"Udah ngasih ucapan selamat ke Aji dek?" tanya kak Bella dan hanya dijawab gelengan oleh Alya.

"Ucapin gih sana, dia nyari-nyari lo dari tadi." Alya mendengus. "Tapi nanti Aji bakal ngeledek Alya kak." ringis Alya dengan nada sebal.

"Gak akan, mangkanya ajak Dafka naik nya." Alya menganguk dan langsung menghampiri Dafka yang sedang berdiri sendiri dipojok sambil menikmati minuman yang ada ditangannya.

"Gimana pestanya?" tanya Alya saat sudah menghampiri Dafka.

"Lumayan, ternyata lebih enak di luar ya dari pada didalam." Alya mengangguk menyetujui ucapan Dafka.

"Yuk naik, ucapin selamat ke Aji."

"Sekarang?"

"Iya dong sayang."

"Kamu duluan aja, aku ada perlu." Alya mendengus dan meninggalkan Dafka untuk segera naik keatas panggung sambil mengentak-ngentakkan langkah kakinya.

"Kenapa cemberut?" tanya Zahra, ya Zahra anak Catania, kalian mungkin gak akan menyangka Aji bisa menikah dengan Zahra, jangan kan kalian, aku aja gak percaya, bahkan aku sempat mengira kalau Zahra bakal sama Dino. Tapi ternyata takdir berkata lain, setelah mereka berpacaran selama 2 tahun, sampai lah mereka ketahap sekarang yaitu pernikahan.

"Gue sebel liat kalian nikah duluan." Aji dan Zahra langsung tertawa mendengar ucapan Alya.

"Mangkanya minta Dafka buru-buru nikahin lo, masa udah pacaran 5 tahun tapi gak nikah-nikah juga."

"Sialan lo Zahra." Aji terkekeh sambil mengusap wajah Alya, sebenernya ia ingin mengacak-acak rambut Alya, namun ia tidak ingin mood Alya menjadi tambah buruk.

"Kan seharusnya emang gini Alya, bukan nya ini emang perjanjian kita kecil dulu? Kita bikin perjanjian kalau kita ingin menikah harus berurutan dari yang paling tua. Terbukti kan? Dengan bang Riko yang menikah duluan, diikuti bang Riki dan sekarang adalah gue, setelah itu baru lo. Inget, gue lebih tua dari pada lo."

"Tua 6 bulan aja bangga." cibir Alya sambil mendengus. Setelah itu terdengar suara seseorang dari panggung yang satunya lagi, Aji memang menyediakan dua panggung disini, satu untuk mempelai, yang satu lagi untuk siapapun yang ingin menyumbangkan lagu dihari pernikahan mereka. Dan Alya langsung membelalakkan matanya saat melihat Dafka sedang duduk sendiri disana dengan gitar yang ada dipangkuannya.

"Untuk wanita yang sedang berada diatas panggung sana dengan mempelai, Alya maudiva carolina. Alya, aku sadar kalau aku hanyalah pria yang gak bisa apa-apa dan biasa aja jika dibandingkan dengan papa dan abang kamu, empat pria yang sangat kamu sayangi sejak kamu lahir." Dafka menarik nafasnya panjang sambil memberi jeda ucapannya.

"Alya, kamu tau kalau aku gak pandai merangkai kata-kata. Yang perlu kamu tau adalah, bahwa aku benar-benar mencintaimu."

"Alya." panggil Dafka.

"I thing i wanna marry you." ucap Dafka dengan nada bernyanyi lagu marry you- Bruno mars.

Alya langsung speechless ditempatnya, bahkan lututnya terasa lemas saat Dafka mulai bernyanyi tadi, sedangkan matanya terus-terusan mengeluarkan air mata bahagia.

"So, Alya maudiva carolina, Will you marry me?" Alya langsung mengangguk pasti dan berlari kearah Dafka untuk memeluknya.

"I will." Dafka hanya terkekeh melihat tingkah Alya dan langsung menarik Alya kedalam pelukannya.

Melihat kejadian itu, sontak seluruh tamu undangan langsung bertepuk tangan, bahkan wartawan yang tadinya berniat untuk fokus meliput Aji pun berpindah haluan dan langsung merekam mereka berdua, dan ada juga yang merekamnya secara live yang saat ini sedang tayang disaluran televisi.

"Cie." terdengar sorakan dari para tamu saat Alya tak juga melepaskan pelukan mereka, ia malah semakin menyembunyikan wajahnya dibalik jas Dafka yang sengaja ia buka kancingnya. Masih dalam posisi saling memeluk, Dafka menggiring Alya kearah tepi pantai yang jarak nya sedikit lebih jauh dari pesta pernikahan itu.

"Alya."

"Hm?" jawab Alya yang masih dengan posisi yang sama membuat Dafka hanya bisa tersenyum.

"Liat mata aku Alya." Alya memberanikan untuk melirik mata Dafka yang saat ini sedang menatapnya dengan tatapan geli.

"Ih, aku malu Dafka." Dafka langsung meringis saat Alya malah memukulnya sekarang.

"Seneng?" Alya mengangguk. "Banget malah."

"Sorry aku gak nyanyi lagu merry you kaya yang kamu pingin."

"Gak pa-pa kali, tapi kan kamu ada nyanyiin juga tadi, walau cuma satu bait."

"Alya." Alya mengalihkan pandangannya kearah Dafka.

"Apa?"

"Makasih."

"Buat?"

"Semuanya." ucap Dafka sambil tersenyum bahagia, akhirnya setelah menunggu selama 5 tahun, ia dapat membawa hubungan mereka kejenjang yang lebih serius yaitu pernikahan.

"I love you kometku."

"Love you too Aldebaranku."

Aldebaran [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang