Kabur

8.6K 492 9
                                    

Alya menimang-nimang peta yang diberikan oleh kak Ivi tadi, apakah ia harus kabur sekarang mumpung Leo dan Deo sedang tidak ada disini? Alya menghelah nafas panjang, dan mulai bangkit dari duduknya, ia berjalan mengendap-ngendap seperti maling untuk segera keluar dari tempat ini.

"Siapa disana?" teriak seorang pengawal sambil mengacungkan pistol kearah Alya. Alya langsung berlari kearah yang sudah ia tandai dipeta tadi, ia bahkan tidak memperdulikan suara tembakan yang terus bersautan dibelakangnya itu.

Dor.

Alya tersentak saat salah satu pistol tersebut mengenai pundaknya.

Dor dor dor.

Alya bahkan terus berlari walaupun tembakan-tembakan yang lainnya terus menembus tubuhnya. Ia berhenti dengan nafas terengah-engah dibelakang batu besar yang berada tidak jauh dari jalan raya.

"Lari kemana gadis itu?" tanya salah satunya pengawal yang mengikuti Alya tadi.

"Aku gak liat." jawab pengawal satunya lagi.

"Kalo kita gak bisa menemukan gadis itu, kita akan mati ditangan Leo."

"Mangkanya ayo kita cari lagi." dua pengawal tersebut langsung berlari meninggalkan tempat itu membuat Alya yang sedang bersembunyi disana menghelah nafas lega, Alya mengalihkan pandangnnya kearah tubuhnya, saat ini ada tiga peluru yang bersarang ditubuh Alya, satu dipundak, satu di betis dan satu lagi dilengan kanannya. Alya mencoba bangkit dari duduknya dengan susah payah mengingat luka-luka yang ada ditubuhnya saat ini masih mengeluarkan darah.

"Kalo gue gak bisa pulang saat ini juga, artinya gue gak akan pernah bisa pulang selamanya." batin Alya.

Alya melambaikan tangannya dipinggir jalan raya saat ia melihat taksi yang akan melintas didepannya, Alya langsung masuk kedalam taksi tersebut dan menyebutkan alamat mansion nya.

"Kamu kenapa bisa gitu dik? Gak kerumah sakit aja sekarang?" Alya menggeleng sambil tersenyum kearah supir tersebut.

"Gak usah pak, kita kealamat yang saya bilang aja. Ngebut ya pak!" supir tersebut mengangguk namun baru seratus meter mobil tersebut melaju, mobil tersebut langsung disuruh berhenti oleh beberapa polisi yang ada dipinggir jalan.

"Kenapa ada polisi?" tanya supir tersebut sambil menatap bingung kearah polisi yang sedang memeriksa mobil-mobil yang sedang lewat.

"Itu bukan polisi, itu anak buahnya Leo." gumam Alya namun masih bisa didengar oleh supir tersebut.

"Maksud kamu apa dik?" Alya menggeleng.

"Pak, itutuh bukan polisi asli."

"Maksud kamu?"

"Itu sebenarnya penjahat yang nyamar jadi polisi buat nangkap saya." supir tersebut membelalakkan matanya.

"Jadi gimana nih?" Alya melirik kearah bagasi disana ada koper yang cukup besar. Alya membuka koper tersebut dan menemukan kain berwarna merah yang cukup besar, Alya mengambil kain tersebut dan dibentangnya dikursi belakang untuk menutupi noda darah yang ada dikursi tersebut sedangkan Alya langsung masuk kedalam koper tersebut dan menutupnya tak lupa pula ia melonggarkan sedikit untuk udara masuk.

"Nah pak, tugas bapak sekarang adalah bersikap biasa saja, bapak bersikap seolah-olah bapak sendirian." bapak tersebut mengangguk dan langsung mengalihkan pandangannya kearah jendela saat jendela tersebut diketuk oleh polisi.

"Selamat siang bapak, kami dari aparat polisi sedang melakukan penggeledahan setiap mobil yang melintas dijalan ini."

"Memangnya ada apa ya pak?"

Aldebaran [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang