Intro ; Freya

23.8K 2K 15
                                    

Gavin, lelaki bertubuh jangkung yang sedang mondar-mandir di belakang pintu cafe itu terlihat sedang panik.

Sesekali dia melihat jam dan yang benar saja, Cafe akan segera dibuka tetapi Barista andalannya belum juga menampakkan batang hidungnya.

"Freya mana?!" tanyanya pada Thea, yang merupakan rekan kerjanya itu dengan nada lumayan tinggi.

"Telfon coba."

"Freya kejebak macet, Vin." jawab Thea, yang sedari tadi sedang menggenggam ponsel untuk menghubungi Freya.

"Masih jauh emang?"

"Ntah." Thea mengedikkan bahu dan menggelengkan kepalanya menandakan bahwa dia tidak tau.

☕☕☕

Di sisi lain, Freya sedang bersenandung merdu di dalam mobil sambil menikmati hujan dan kemacetan Jakarta.

Dia hanya perempuan yang tidak ingin ambil pusing dengan hidup. Jika macet ya tunggu saja hingga normal. Simpel kan, tidak perlu teriak dan membunyikan klakson. Berisik.

Setengah jam berlalu, dia bergegas memasuki lahan parkir di cafe yang baru dibuka setengah tahun itu.

Dia berlari memasuki pintu belakang, menerobos rintik hujan dengan flatshoes hitamnya.

"Lo kemana aja dah?" tanya Gavin dengan raut wajah kesal.

"Macet vin, gue nggak bisa terbang." sahut Freya dengan nada mengejek sambil melepaskan mantel yang ia kenakan.

"Yaudah, sekarang gue butuh lo, coba buat satu kopi spesial yang nggak pernah ada di menu." ujar Gavin, yang membuat Freya memicingkan matanya.

"Ada apa? tamu?" tanya Freya, sambil memakai apron yang tergantung.

"Iya, tamu spesial dari Paris." jawab Gavin dengan sedikit tertawa, sedangkan Freya hanya menanggapi dengan senyum mengejek.

"Jangan lama-lama ya, gue duduk disana." tambah Gavin sambil menunjuk ke arah bangku pojok cafe.

'Hahhhhhh'

Freya menghembuskan napasnya kasar setelah ia berhasil membuat kopi spesial yang diminta oleh Gavin.

Dengan cepat ia membawa kopi tersebut ke tempat Gavin yang sedang duduk dengan seorang laki-laki, sepertinya seumuran dengan dirinya.

"Silahkan." ujar Freya, sambil meletakkan segelas kopi diatas meja tersebut.

"Nah, sekarang lo coba, ini kopi spesial dan nggak ada di menu." ujar Gavin pada temannya itu.

"Gue coba ya, awas gak enak." ucap lelaki itu dengan melirik Freya sekilas.

"Wah!"

"Gimana? enak?" sahut Gavin.

"Kamu yang membuat ini?" tanya Lelaki ini kepada Freya.

"Iya, saya baristanya." ujar Freya, sambil tersenyum kepada lelaki itu dan ditanggapi dengan anggukan.

"Enak kopinya, rasanya pas." ujarnya kemudian sambil menatap Freya.

"Terima kasih banyak, silahkan dinikmati. Saya permisi dulu." ujar Freya sopan, dan berlalu meninggalkan kedua lelaki itu.

"Dia temen gue. Namanya Freya. Kita ketemu di cafe deket kantor lo waktu itu, dia tau banyak tentang kopi, dia juga punya selera bagus sama kopi. Jadi ya, gue kasih dia kesempatan buat jadi barista. Ya, she's good" jelas Gavin yang selanjutnya di angguki oleh Lelaki itu.

Freya Faza Wijaya. Pencinta kopi dan Fotografi, tetapi kopi yang lebih utama. Gavin dan Freya dipertemukan ketika mereka sama-sama menunggu hujan reda di sebuah cafe.

Gavin yang saat itu tertarik dengan hasil potretan milik Freya mulai penasaran dan mulai menggali informasi lebih dalam tentang perempuan itu, dia cukup terkejut ketika mengetahui bahwa perempuan itu merupakan anak dari keluarga pengusaha interior yang cukup terkenal.

Terkadang dia heran, Freya si pencinta kopi dan fotografi itu sangatlah sederhana, dia juga memiliki bakat, dengan bakat itu bisa saja dia membuka Studio Foto yang di campur dengan Cafe, mengingat bahwa dia bukan berasal dari keluarga sederhana.

'Ya bisa aja gue buka bisnis sendiri, tapi lo mau kehilangan karyawan terus bangkrut?

Gavin hanya tersenyum ketika mengingat perkataan Freya,

'Ini udah jadi hobi gue dari kecil, Vin. Gue udah cukup bahagia walaupun cuma gini'

☕☕☕

—njunmoomin

ARTIFICIAL WEDDING  -JUNG JAEHYUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang