4. Sitting Alone

5.6K 562 106
                                    


-


Jennie POV

"Jennie-yya.. kenapa kau lama sekali..? Ayo kita lanjut..mmmph" Aku membungkam mulutnya dengan sebelah tanganku.

Dia sengaja. Sudah pasti sengaja mengucapkan kalimat ambigu seperti itu. Di ujung sana aku mendengar eomma ku histeris.

"Jennie-yya.. kau tidak bisa berbohong lagi. Apa yang sebenarnya sedang kau lakukan?"

Aku hanya bisa memelototi Min Yoongi. Dia? Dengan mulut yang sudah terbungkam dengan tanganku, dia masih bisa mengejekku dengan menaikkan sebelah alisnya.

Pria ini.. benar benar!!

"Eomma.. apa yang eomma pikirkan? Itu temanku. Dia ingin aku lanjut menonton film nya."

"Suaranya terdengar sama seperti suara yang pertama kali eomma dengar.."

"Eomma.. aku benar-benar tidak melakukan apapun." Setelah meyakinkan eomma selama beberapa menit, akhirnya ia mempercayaiku dan menutup teleponnya. Aku menghela napas dan menatap kesal pria di hadapanku.

"Yhaa.. apa-apaan itu tadi?!?"

Dia melepaskan tanganku yang membungkam mulutnya. "Nah.. sekarang kau kesal kan? Kau juga pasti menyesal membantuku kan? Kau sebaiknya pergi."

Benar, aku kesal sekali padanya. Jadi, rupanya dia memang sengaja membuatku kesal agar aku pergi dari hadapannya. Tapi, kalau dia pikir itu akan membuatku pergi.. dia salah. Aku terlalu enggan untuk kembali ke bawah. Di bawah sana jauh lebih menyebalkan.

"Di mana kotak obatnya?" pertanyaanku membuat dia heran selama beberapa detik. Heran karena ternyata upayanya untuk mengusirku tak berhasil.

"Whoaa.. kau cukup tangguh rupanya, Kim Jennie-ssi" ucapnya sambil berdecak. Kemudian ia berjalan terpincang-pincang, membuka lemari di atas wastafel dan mengeluarkan kotak berwarna putih. Aku langsung merebut kotak itu dan membantunya berjalan lagi menuju kasur. Dia duduk dan mengecek kakinya yang ternyata masih mengeluarkan tetes-tetes darah, pertanda bahwa goresan pecahan kaca itu cukup dalam.

Aku ikut duduk dan membuka kotak itu, mencari kain kasa dan larutan antiseptik. Salah jika ada yang berpikir aku sangat baik hingga membantunya mengobati luka. Alasanku mau berlama-lama di sini tentu bukan itu. Aku mungkin hanya berusaha sebisa mungkin untuk tak kembali ke bawah sana, sedih sendirian di tengah keramaian. Lagipula, melihat tatapan mata Min Yoongi yang cukup menyedihkan dan melihat penampilannya yang cukup frustasi.. aku merasa seolah tidak sedih sendirian.

"Aku rasa lebih tepat jika aku memberitau member Bangtan. Aku rasa luka ini perlu dijahit," ucapku saat mengobati lukanya.

Dia menutup mulutnya dengan tangan, barangkali tidak ingin mengeluarkan suara kesakitan. Kemudian ia menggeleng, tidak setuju dengan pernyataanku barusan.

"Yhaa.. luka seperti ini tidak bisa sembuh dalam beberapa hari. Bukankah dua hari lagi Bangtan akan shooting untuk iklan produk sepatu?"

"Darimana kau tau?"

Ah sial! Aku tak seharusnya membahas hal itu. Aku tentu saja mengetahuinya dari Jimin oppa. Tapi aku tak mungkin menjawab pertanyaannya. Aku sedang tidak ingin membahas tentang Jimin oppa.

"Tidak menjawab pertanyaanku?"

Aku mengabaikannya, terlihat pura-pura fokus melilit perban di telapak kakinya.

"Ah majda ! Jiminnie! Kau pasti tau darinya? Kalian cukup dekat kan?"

Entah kenapa intonasi suaranya terdengar sarkastis, seolah mengejekku.

Sweet SavageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang